Sebagai warga negara yang baik tentu saja kami wajib melaporkan kedatangan tim ke pihak Kedutaan Besar RI di Kairo di 13 Aisha El Taimouria Street, Garden City, Cairo, sekaligus ingin bertemu dengan Pak Badruzzaman Burhanuddin, yang sudah sering kontak dengan kami semasa masih di tanah air. Rupanya Pak Burhan inilah yang sangat berperan membantu agar visa dari berbagai lembaga kemanusiaan, termasuk ACT, bisa segera dikeluarkan. Namun di hari itu, Rabu sore, 8 Juli 2010, Pak Burhan belum bisa ditemui karena tengah melakukan pertemuan yang penting.
Setelah batal bertemu dengan pihak Kedutaan Besar RI di Kairo pada tanggal 8 Juli 2010, karena Pak Burhanuddin Badruzzaman, Minister Counsellor, maka dibuat janji untuk bisa bertemu esok hari. Malam harinya, Pak Burhan yang sangat ramah itu menelepon mas Imam bahwa kita bisa bertemu besok –Jum’at, 9 Juli 2010- di acara aqiqah putra salah satu staf KBRI di Masjid Indonesia Cairo di Kota Al Dokki, tentu saja sekaligus sholat jumat berjamaah.
Jum’at, 9 Juli 2010, sebelumnya kami berniat mencari sarapan di daerah Ashir, satu daerah yang banyak ditempati masyarakat –terutama mahasiswa- Indonesia dan Malaysia, sebab hanya di tempat itulah kita bisa mendapatkan makanan khas Indonesia seperti nasi goreng, bubur ayam, lontong sayur, sate padang, pempek dan masih banyak lagi. Namun karena waktu sudah agak menipis, kami putuskan langsung ke rumah Pak Burhanuddin sebelum ke Masjid Indonesia Cairo. Oya, seperti halnya di beberapa negara timur tengah lainnya, Jum’at adalah hari libur seperti halnya hari minggu di Indonesia. Jadi hampir semua kantor pemerintah dan juga swasta tutup pada hari itu, karena itulah Pak Burhan meminta kami bertemu di rumahnya.
Rupanya rumah tinggal Pak Burhan berada tepat di seberang Masjid Indonesia Cairo, tentu bukan karena itu beliau diamanahkan sebagai Ketua Masjid, jelas karena keshalehan dan kemampuannya memegang amanah yang tak ringan itu. Setelah bertemu, ternyata kesan ramah yang kami rasa saat di telepon lebih terasa lagi ketika berada di ruang tamu rumah Pak Burhan. Kami berbincang layaknya sudah sering bertemu sebelumnya dan sudah saling akrab seolah sahabat yang bertahun-tahun tidak bertemu. Yang menarik, jika tidak melihat ke luar jendela, serasa berada di tanah air. Sebab, makanan yang disajikan untuk kami khas Indonesia sekali, yakni bakwa, kerupuk gendar dan kwaci.
Pada kesempatan tersebut, Pak Burhan menyampaikan bahwa ia telah mengontak pihak Kementrian Luar Negeri Mesir terkait rencana tim ACT dan beberapa tim kemanusiaan Indonesia lainnya yang hendak memasuki Gaza melalui Rafah. Mulanya, memang hanya berkas tim ACT yang akan diserahkan ke pihak Kemelu Mesir, namun sebelum berkas itu diserahkan, baru berdatangan beberapa permintaan baru dari lembaga kemanusiaan lainnya dari Indonesia. Akhirnya beliau menunggu sampai terkumpul semua, baru dijadikan satu dan diserahkan semuanya ke pihak Kemenlu Mesir. “Mereka tidak suka kalau kita masukan satu, besok masuk lagi, besoknya masuk lagi. Bisa-bisa tidak diurus semuanya oleh mereka, atau bahkan hanya yang masuk terakhir yang diurus. Kasihan ACT nanti yang sudah lebih dulu malah tidak bisa masuk…” terang Pak Burhan.
Kabar ini tentu melegakan, sebab maksud kedatangan tim ke Kedubes dan bertemu Pak Burhan tidak lain memang untuk meminta kesediaan pihak KBRI untuk menghubungi pihak Kemenlu Mesir terkait rencana kami memasuki Gaza melalui Rafah. Sebab sesuai arahan dari Palestinian Red Crescent dalam surat yang kami terima sebelum kami tiba di Cairo mengatakan, bahwa mereka bisa membantu tim ACT memasuki Gaza dengan terlebih dulu ada kontak dari KBRI di Cairo kepada Kemenlu Mesir dan Misr Red Crescent (bulan sabit merah Mesir).
Jika demikian, maka KBRI secara proaktif telah mendaftarkan berkas-berkas kami dan mengontak pihak Kemenlu Mesir. KBRI pun akan membantu pertemuan kami dengan Bulan Sabit Merah Mesir dan Bulan Sabit Merah Palestina di Cairo. “Nanti saya temukan dengan Pak Iwan, dia yang akan membantu mengontak pihak-pihak terkait, insya Allah kami bantu semaksimal mungkin” ujar Pak Burhan.
Menurut Pak Burhan, pada dasarnya peluang untuk pihak Mesir membuka pintu perbatasan di Rafah pada kondisi saat ini masih terbuka. Salah satunya tekanan dunia yang terus berdatangan pasca kasus Mavi Marmara beberapa waktu lalu. Pemerintah Mesir sekarang diyakini Pak Burhan lebih kooperatif, bila dibandingkan sebelum ada kasus Mavi Marmara. Dalam kesempatan itu Pak Burhan juga sedikit menceritakan tentang masuknya anggota Parlemen Indonesia ke Gaza yang ditemani juga oleh staf KBRI di Cairo. Ada sedikit kekhawatiran beliau terkait kunjungan tersebut yang diharapkan tidak membuat pemerintah Mesir ‘kapok’ memberi izin masuk bagi siapa saja yang hendak ke Gaza. Namun intinya, kunjungan Parlemen Indonesia ke Gaza itu sebuah sejarah, belum pernah sebelumnya ada anggota parlemen dari negara lain yang diberi izin melewati Rafah. “Bahkan sesaat setelah parlemen Indonesia masuk, parlemen dari Jordania tidak diizinkan masuk. Padahal Jordania punya hubungan bilateral dengan Israel…” cerita Pak Burhan.
Terkait soal kunjungan parlemen Indonesia ke Gaza dengan segala pernak-perniknya, nanti saya ceritakan di kesempatan lain ya. (insya Allah di buku yang akan diterbitkan usai perjalanan kemanusiaan ini selesai, tentu saja ini hanya versi beberapa orang KBRI di Cairo).
Menjelang sholat Jum’at Pak Burhan mengajak kami ke masjid. “Insya Allah nanti di masjid kita bisa bertemu Pak Dubes dan staf KBRI lainnya,” ujarnya. Sebelumnya mas Imam memang sempat mengatakan bahwa kami ingin sekali bertemu dengan Pak Dubes, sebab pada kesempatan awal tahun 2009 lalu tidak sempat bertemu.
Di mata orang Mesir, Indonesia terkenal keramahan dan sopan santun yang disuguhkan setiap individunya yang berada di negeri pyramid ini. Tidak hanya orang-orang di KBRI, para pekerja ahli, juga sekitar lima ribu mahasiswa yang tersebar di beberapa kampus seperti Al Azhar, Kairo University dan Universitas Liga Arab. Oleh karena itu, meski pendatang baru di Mesir, kesan ramah itulah yang ingin kami hadirkan setiap kali bertemu dengan orang-orang Mesir, siapapun dan dimanapun.
Di masjid, usai sholat Jum’at dilangsungkan acara aqiqah untuk putra kedua salah satu staf KBRI, Ali Wardhana. Putranya diberi nama Abdurrahman Akhtar Wardhana yang lahir pada 17 Maret 2010 di Kairo. Duta Besar RI untuk Mesir, Abdurrahman Muhammad Fahir, pada saat sambutannya sempat menyatakan dukungannya untuk tim kemanusiaan ACT untuk Palestina. “Pada saat ini kita juga kedatangan tamu dari lembaga kemanusiaan ACT, yang datang jauh dari tanah air untuk membantu saudara-saudara kita yang belum beruntung di tanah Palestina yang hingga saat ini belum memeroleh kemerdekaannya,” papar beliau.
Pak Dubes meminta semua pihak di KBRI untuk mendukung penuh langkah tim kemanusiaan ACT yang akan menyampaikan bantuan bagi rakyat Palestina. Beberapa pihak terkait menyatakan siap membantu kelancaran proses memasuki Gaza. Inilah yang dimaksud dengan semua pihak bisa mengambil peran sesuai porsinya terkait persoalan Palestina. Tidak semua memang bisa berangkat ke Palestina, namun semua orang boleh dan bisa mengambil peran, apapun itu, tidak peduli besar atau kecil. Terima kasih untuk Pak Dubes, Pak Burhanuddin, Pak Iwan, Pak Thomas Siregar, Pak Ali Wardhana, Pak Nurus Syamsi dan semua pihak di KBRI yang terus membantu perjuangan tim ACT menuju Palestina. (Gaw, masih di kairo)
No comments:
Post a Comment