Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Friday, December 21, 2007

[Press Release] Muliakan Pequrban dan Penerima Qurban

Allah memuliakan para pequrban dengan janji-Nya yang tak pernah diingkari. Beberapa janji Allah bagi para pequrban diantaranya pengampunan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. “Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan …” (HR. Abu Dawud dan At Tirmizi).

Hewan qurban pun akan menjadi saksi pada hari kiamat, “Sesungguhnya hewan qurban itu akan dating pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan qurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah sebelum mengalir di tanah. Karena itu bahagiankan dirimu dengannya” (HR. Tirmizi, Ibnu Majah, dan Hakim).

Bahkan, Rasulullah SAW menggambarkan betapa besarnya pahala berqurban dengan salah satu sabdanya, “Pada tiap-tiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Jika Allah memuliakan para pequrban, apakah para penerima qurban tidak berhak mendapat kemuliaan? Meski hanya dari para panitia qurban. Lihatlah beberapa fakta tentang penyaluran hewan qurban di berbagai kota dan daerah di negeri ini.


1. Antrian panjang

Sebelum matahari terbit, bahkan ratusan orang rela menunggu pembagian jatah qurban sebelum sholat Ied diselenggarakan. Mereka khawatir tidak mendapatkan bagian daging qurban. Antrian panjang para calon penerima qurban itu lebih mirip parade kemiskinan bangsa ini

2. Berebut daging qurban

Sudah menjadi pemandangan yang biasa, pembagian daging qurban diiringi dengan kerusuhan, saling sikut, saling injak untuk berebut jatah daging qurban yang jumlahnya tak seberapa.

3. Penerima bukan yang benar-benar berhak

Ini juga fenomena yang terjadi di hari raya Idul Qurban setiap tahun penyelenggaraannya. Banyak yang sebenarnya tidak berhak menerima daging qurban, justru menjadi penikmat daging. Padahal, banyak kaum dhuafa (lemah) yang tak beranjak dari rumah mereka, berharap panitia qurban mengetuk pintu dan memberinya daging qurban.

4. Mubazir

Hal ini juga seringkali tidak terhindarkan. Lantaran banyak penyelenggara qurban tidak memiliki cukup data mustahik/calon penerima daging qurban.

Maka dari itu, di tahun ini Program ”QURBANKU untuk korban bencana” tak sekadar menyalurkan hewan qurban itu ke berbagai daerah bencana, baik bencana alam, konflik sosial dan bencana kemiskinan. Dalam pelaksanaannya, ACT pun meminimalisir terjadinya fakta-fakta di atas.

Program ”QURBANKU untuk korban bencana” tak sekadar menggalang qurban, kemudian mendistribusikannya ke berbagai daerah bencana. Salah satu keunggulan program ini adalah dalam hal packaging (pengemasan) daging qurban serta sistem distribusinya. Berikut sistem pelaksanaan program qurban yang dilakukan ACT di berbagai daerah;


1. Sentralisasi pemotongan di masing-masing wilayah

Area daerah bencana sangat luas, misalnya Bengkulu atau Jogjakarta. Sentralisasi pemotongan hanya di beberapa titik utama agar lebih efisien untuk menjamin distribusi lebih merata dan tepat sasaran serta memudahkan pemantauan.

2. Pemberdayaan relawan berbasis masyarakat lokal

Semua program ACT berbasis kerelawanan, begitu juga program qurban. Segenap relawan ACT, mulai dari kantor pusat di Ciputat hingga di berbagai daerah seperti Aceh, Jogjakarta, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi, Kalimantan dan lainnya serempak bekerja mulai dari penggalangan hingga pemotongan dan pendistribusian.

3. Pemberdayaan peternak

Pengadaan hewan qurban langsung dari peternak, bukan dari pedagang. Kebijakan ini sebagai bagian dari keberpihakan terhadap peternak yang selama ini sering tak mendapatkan perilaku tak adil dalam proses transaksi. Pengadaan hewan dari lokasi terdekat sehingga menghidupkan perekonomian lokal.

4. Kemasan sehat dan higienis

Pemuliaan penerima menjadi prioritas ACT selain memuliakan para pequrban. Kemasan daging qurban bukan dengan kantong plastik seperti yang biasanya dilakukan di hampir semua tempat. Kami menggunakan kemasan yang lebih bersih dan higienis, yakni bahan sterofoam yang ditutup dengan plastik cling wrap. Kemasan ini menjaga kesegaran dan kebersihan daging, dan langsung terlihat dengan jelas dari penutup transparannya.

5. Tanpa antrian dan tidak perlu berebut

Para penerima qurban cukup duduk tenang di rumah. Relawan-relawan ACT sudah mendata nama-nama penerima dan akan mendistribusikannya langsung ke rumah-rumah para penerima. Ini pun merupakan bagian dari pemuliaan penerima qurban.

6. Laporan pertanggungjawaban kepada para pequrban

Agar menambah keyakinan para pequrban, ACT memberikan laporan pelaksanaan pemotongan dan distribusi kepada setiap pequrban. Laporan tersebut berisi dua foto sebelum dan saat pemotongan, nama (atas nama) pequrban serta lokasi pemotongan.

***

Kami mengundang segenap rekan media untuk melihat langsung proses packaging (pengemasan) daging qurban sebelum didistribusikan kepada para penerima.

Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Desember 2007 (hari tasyrik ke-3)
Tempat : Yayasan Ash Shiddiq, Jl. Bendungan Melayu Utara,
RT 11, RW. 01, Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara
Waktu : Pukul 10.00 WIB s/d 12.00 WIB


Bayu Gawtama
Communication Senior Manager ACT
021-7414482
085219068581
www.aksicepattanggap.com

Friday, December 14, 2007

Stop Global Warming from small things

Heal the world, make it better place.. :) Yukkk

DO YOU KNOW THAT .....
1. Ngga menancapkan colokan listrik walopun ketika alat elektronik itu dimatikan = menghemat 40-50% biaya listrik yang harus anda bayarkan tiap bulannya....

Dan berarti pula, mengurangi panas yang timbul dari alat elektronik yang merembet ke pemanasan global.

2. Kantong plastik butuh waktu 1000 tahun untuk terurai di TPA(tempat pembuangan akhir). Sekitar 300 juta buah kantong plastik dibuang tiap tahunnya di Indonesia

Belum lagi yang dibuang di sungai belakang rumah dan tempat2 yang tidak semestinya.

Dan 10kg kertas koran yang siap di jual loakan... itu membutuhkan 1 pohon yang butuh waktu 10taon untuk jadi besar.

Bayangkan yang terjadi dengan ilegal logging... how many trees has been cutdown for you? Imagine how they make the world hotter?
3. Ketika kamu membeli 1 liter air mineral di supermarket = beli 5 liter air. Tanya kenapa?

Karena di pabrik, untuk mendinginkan botol plastik panas yang baru dicetak, membutuhkan 5 liter air... cck cck cck...

Kode botol apa yang aman digunakan sebagai botol air? Lihat tanda dibawah botol, cari nomor 2,3 atau 4.... selain nomor2 itu... they're not safe, karena sama aja kamu makan plastik!!!!

4. Tisue yang uda di pakai itu ngga bisa di recycle... begitu juga karton2 yang bekas kena minyak, makanan, kue, minuman...

They're only a waste... yang mau ngga mau tanahlah yang harus merecycle.

Perkiraan orang memakai tisue 6 lembar sehari. 2.200 lembar setaun. Berarti kira2 44 MILIAR lembar seluruh Indonesia setaun...

Kalau kita menghemat 1 lembar ajah tiap hari... berarti kita mengurangi sampah kertas sebanyak 7 MILIIAR lembar setaon... HEBAT KAN?

5. Be Green on ATM? Kalo di BCA kan ada yang ambil duit ngga pake receipt... atau be smart dong... Transfer lewat Internet banking ato mobile banking....

8 MILIAR kali transaksi di ATM yang mengeluarkan kertas receipt tiap taun adalah salah satu sumber sampah terbesar di dunia. Kalau selama setaon orang transaksi ngga pake kertas receipt, itu akan menghemat satu roll besar kertas yang bisa buat melingkari garis equator sampe 15 kali... ccck ccck

6. Minimal punya 2 macam tempat sampah dirumah, membantu mengurangi polusi air, udara dan tanah. Pisahkan sampah basah (sisa makanan dan masakan, daun, minuman) dan sampah kering ( botol, plastik, kertas, kaca). Lebih baik lagi untuk memisahkan sampah menurut 4 kelas:
o Plastik ( pembungkus makanan, kantong kresek, kantong belanjaan)
o Rumah tangga ( tulang ayam, sisa capcay, makanan basi)
o Kertas (Pembungkus gorengan, popok bayi, tisue yang sudah dipakai)
o Buku bekas catatan, kertas2 tagihan, koran, kertas iklan... disendirikan untuk dijual
o Logam (kaleng susu, kaleng makanan) dan kaca.

Hanya butuh waktu 2 bulan untuk menjadikan sampah rumah tangga menjadi kompos yang bisa dipakai lagi untuk pupuk tanaman...

7. Polar Bear / Beruang kutub ngga bisa berenang... tapi karena global warming di Kutub Utara, mereka harus berenang 30km untuk mencari es tempat berteduh.

Watch DISCOVERY CHANNEL : PLANET EARTH... pasti nangis deh ngeliat perjuangan seekor beruang kutub yang akhirnya mati karena kelelahan mencari daratan.

Is that the world you will leave for your children?
Yang penting be smart for the sake of ourselves!
Save the world, save our lifes, save our children! (dari milist)

Wednesday, December 12, 2007

Meniru Cara Allah Mencinta

Suatu malam Ade mengajukan pertanyaan kepada suaminya, Akang, “Apa yang membuat Akang memilih saya menjadi isteri Akang? Bukankah saya tidak lebih cantik dari teman-teman perempuan Akang yang lain?”

Akang yang mendapat pertanyaan itu hanya menyunggingkan senyum tanpa menjawab sepatah kata pun. Mungkin pertanyaan itu terlalu retoris karena disampaikan hanya satu hari setelah pernikahan mereka. Akang pun tetap sibuk menyemir sepatunya untuk kerja esok hari.

Merasa tak puas hanya mendapatkan senyum manis sang suami, Ade pun mendekati Akang dan mengulangi pertanyaannya. ”Jawab atuh kang, Ade butuh jawabannya...?”

Tiba-tiba tangan Akang yang berlumuran semir warna hitam mendarat mulus di kiri dan kanan pipi Ade yang putih. Ade tak sempat berkelit dan hasilnya, wajah Ade pun menjadi cemong. Sesaat kemudian Ade pun ngambek menekuk wajahnya, bibirnya maju beberapa senti. Jawaban yang diharapkannya tak keluar sedikit pun dari suaminya, justru tangan Akang yang berlumuran semir hitam yang mewakili jawaban itu.

Melihat isterinya kecewa dan nyaris meneteskan air mata, Akang langsung menarik tubuh mungil isterinya itu, mendekapnya erat dan kemudian menghadapkan wajah isterinya tepat dihadapan wajahnya. Hidung mereka hampir bersentuhan, hanya beberapa mili saja jaraknya. Ia memberi isyarat hendak mengatakan sesuatu yang serius, bening air di sudut mata Ade tertahan tak jadi tumpah. Bak kembang yang baru mekar, wajah Ade berubah cerah menunggu tak sabar gerangan apa yang akan disampaikan suaminya.

”Andai wajah Ade benar-benar hitam sehitam semir ini, Akang akan tetap mencintai Ade,” kalimatnya terlalu datar, belum membuat senyum Ade mengembang. Langit di wajahnya masih sedikit mendung, belum sepenuhnya cerah. Ade hanya menganggukkan kepalanya agak ke atas seolah sedang bertanya ”lalu?”

Mengerti isyarat ”lalu?’ isterinya, Akang pun mengeluarkan barisan kata-kata yang nampaknya sudah lama tersimpan. ”Cinta Akang bukan cinta biasa”. Ah, lagi-lagi Ade kecewa, ia memalingkan wajahnya sedikit ke kiri pertanda protes. Mungkin dalam hatinya Ade berkata, ”punya suami nggak kreatif banget, jiplak Siti Nurhaliza”.

Tapi Akang pun sebenarnya belum selesai. Kalimat ”cinta Akang bukan cinta biasa” itu hanya kalimat pembuka rangkaian kalimat yang sudah tersimpan rapih di kantongnya. Senyum yang lebih manis lagi disuguhkan ke wajah isterinya dan, ”Akang mencintai Ade bukan karena kecantikan Ade, bukan karena satu sisi pun di tubuh Ade. Ingat, mungkin tiga puluh tahun lagi Ade tidak secantik hari ini. Kalau Akang hanya melihat kecantikan Ade, cinta Akang akan berkurang seiring dengan berkurangnya kecantikan Ade”.

Wajah Ade tambah cerah. Tapi Akang seperti tak memberi kesempatan isterinya untuk berkata-kata.
”Jika Ade bertanya, apa yang membuat Akang memilih Ade sebagai isteri Akang, jawabnya Allah. Allah yang memilihkan Ade untuk Akang. Jadi yang paling tahu kenapa Ade yang dipilih Akang menjadi isteri, tentu saja Allah. Sedangkan kecantikan, serta hal-hal fisik lainnya yang ada di diri Ade, ibarat pakaian yang menghiasi tubuh pemakainya, tak ubahnya seperti seekor burung merpati, apapun warna bulunya tak mengubah namanya tetap merpati. Hakikat merpati bukan pada warnanya, melainkan pada penurut dan kesetiaan yang menjadi sifatnya”.

Ade pun tersipu. Kali ini ia yang benar-benar tak sanggup berkata.

”Sayang, benci, marah, atau cinta itu semestinya diletakkan pada piringan Allah. Alasnya hanyalah Allah, sebab Allah-lah yang menciptakan semua rasa itu”.

Senyum Ade tipis manis menghiasi wajahnya. Binar matanya menunggu tak sabar barisan kata indah suaminya.

”Coba kita tiru cara Allah marah, sayang atau bahkan cinta kepada hamba-Nya...”

Ade tak sabar mendengarkan,

”Ingat kisah Adam ketika diusir Allah dari surga? Allah bukan marah kepada Adam, tetapi marah lantaran sikap Adam yang melanggar aturan Allah. Bahkan boleh jadi, Allah tidak membenci dan melaknat syaitan karena zatnya, melainkan karena sikapnya yang sombong, membangkang dan tak mau tunduk kepada Allah. Coba pelajari sejarah Bilal bin Rabbah, wajahnya tak tampan, kulitnya hitam legam, tetapi Allah mencintainya karena keimanannya yang tak terbanding. Pelajari juga alasan Allah menjadikan Abu Lahab sebagai salah satu figur penghuni neraka, adalah karena sikapnya yang menentang Rasulullah”.

Berguguran bening air dari sudut-sudut mata isterinya. Sementara Akang belum memberikan tanda-tanda akan menghentikan kalimatnya.

”Dan episode cinta yang meniru cara Allah mencinta ini, dipentaskan dengan cantik oleh Muhammad Rasulullah bersama para sahabatnya. Ummat Muhammad mencintai putra Abdullah itu bukan karena ia cucu Abdul Muthallib, salah seorang yang paling disegani masyarakat Quraisy. Juga bukan karena Muhammad keponakan Abu Thallib yang cukup terpandang. Adalah sifat mulia Muhammad yang membuat orang-orang mendekat dan menjadi sahabatnya serta mengikuti ajarannya”.

***

Akang pun memeluk isterinya seraya berbisik, ”cintai Akang karena Allah de, cintai Akang sepanjang Akang tetap dekat kepada Allah. Cintai Akang dengan cara menegur Akang setiap kali menyimpang dan berbuat salah. Begitu pula cara Akang mencintai Ade...”

Gaw
The life-sharer

(tulisan ini saya persembahkan buat sahabat saya, Andhika Purbo Swasono yang baru saja melangsungkan pernikahannya di awal Desember 2007)

Tuesday, December 11, 2007

Menghormati Dhuafa

Suatu hari, saya terlibat sebuah pembicaraan di sebuah masjid bersama beberapa pengurus masjid tersebut. Topik obrolan seputar marbot (penjaga masjid) yang bermaksud meminjam uang kas masjid untuk biaya pernikahan keponakannya. “Keponakan saya anak yatim piatu, saya yang menanggung semua kebutuhannya sejak kecil. Sekarang hendak menikah pun, butuh biaya tambahan,” kira-kira begitu permohonannya.

Mengingat jasa dan jerih payahnya dalam menjaga dan membersihkan masjid tersebut, sebagian besar pengurus tak keberatan untuk membantunya. Yang menjadi masalah, apakah bantuan pinjaman itu akan diambil dari kas masjid atau dari sumber lainnya. Sementara menurut bendahara masjid, kondisi keuangan masjid belum bagus. Obrolan pun menjadi lebih serius, tentu saja tanpa melibatkan orang yang bersangkutan.

Seorang pengurus agak ragu untuk meminjamkan, bukannya ia kikir. Justru sebaliknya, ia berpendapat jika sebaiknya sang marbot benar-benar dibantu, bukan dipinjamkan sejumlah uang. “Saya khawatir ini akan memberatkan dia, jika setiap bulan harus mencicil ke kas masjid”.

Pengurus lainnya setuju untuk memberinya sejumlah uang tanpa harus dikembalikan. Begitu juga dengan beberapa pengurus lainnya yang sepakat untuk mengumpulkan uang yang mungkin tak sepenuhnya akan menutupi kekurangan biaya pernikahan, namun sedikit bisa meringankan bebannya.

Seorang pengurus lainnya pun mengajukan diri untuk berkeliling ke seluruh jamaah untuk membantu Pak marbot ini, memberi kesempatan untuk bersedekah. Sebab, bukan saja meringankan beban Pak marbot, melainkan juga memuliakan anak yatim yang hendak menjalankan sunnah Rasulullah SAW.

Tetapi kesepatan itu tiba-tiba berubah, seorang pengurus lain mengusulkan ide lain yang dianggap akan lebih membuat Pak marbot lebih terhormat. “Apakah dengan memberinya bantuan begitu saja Pak marbot menjadi tidak terhormat?” tanya yang lain.

Tentu saja tidak, ia tetap terhormat dan tak berkurang kehormatannya. Hanya saja usul yang satu ini dirasa lebih pas, dan akan mendudukkan seseorang pada posisi yang sejajar, tak merasa ‘berhutang’ dan tak merasa ‘dibawah’. Yang dipinjamkan pun tak harus menunduk-nunduk setiap kali bertemu orang yang membantunya. Sementara yang memberi bantuan pun tak serta merta merasa diatas atau seolah lebih terhormat.

Ide cemerlang itu yakni dengan mempekerjakan Pak marbot sesuai keahliannya. Sangat kebetulan, ia memiliki beberapa keahlian seperti membuat taman, memasang rumput dan merapihkan tanaman, membetulkan genteng bocor, atau pekerjaan-pekerjaan berat lainnya yang ternyata sering dibutuhkan warga perumahan sekitar masjid. Ia akan mendapatkan upah dari hasil kerjanya itu, sehingga ia akan merasa puas dengan uang didapatkannya karena bukan hasil meminjam atau menerima bantuan tanpa berbuat apa-apa. Pak marbot pun tak harus pusing memikirkan pengembalian uang kas masjid jika ia benar-benar jadi meminjamnya.

Semua pengurus masjid menyetujui ide tersebut dan langsung memanggil Pak marbot untuk membicarakannya. Dan Alhamdulillah ia menyetujuinya dengan senang hati dan bersemangat. Pagi itu juga, beberapa pengurus masjid dan warga perumahan mulai mengorder pekerjaan, ada yang memasang rumput, membuat taman atau sebagai tenaga angkut puing.

***

Berat, mungkin memang lebih berat apa yang harus dikerjakan Pak marbot untuk mendapatkan sejumlah uang guna membiayai pernikahan keponakannya. Tetapi saya yakin itu lebih suka dilakukannya, ketimbang ia menadahkan tangannya dibawah tanpa berbuat apapun. Itu juga lebih baik daripada ia harus pusing memikirkan pengembalian pinjaman. Dan yang terpenting, hal itu membuat dirinya jauh lebih terhormat. Wallaahu ’a’lam (Gaw)

Tuesday, December 04, 2007

[Siaga Bencana] Indonesia, Belajarlah dari Kuba!

Badai topan Cyclone yang menerjang Bangladesh dan menewaskan lebih dari 4000 jiwa pada pertengahan November 2007 silam, seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia. Bukan soal minimnya bantuan kemanusiaan dari Indonesia layaknya yang dilakukan berbagai negara lain kepada negeri yang malang itu. Tetapi lebih tentang bagaimana tidak siapnya negeri itu menghadapi bencana yang bukan pertama kali itu sehingga mengakibatkan jumlah korban yang sangat banyak.

Pada tahun 1970, badai topan menewaskan lebih setengah juta warga Bangladesh. Salah satu tragedi kemanusiaan terbesar yang tercatat dalam sejarah. Masalahnya, sejarah pun mencatat bahwa negeri itu belum maksimal belajar dari bencana yang nyatanya secara rutin menyambangi salah satu Negara termiskin di dunia itu. Maka ketika badai topan yang sama kembali menerjang di tahun 2007, jumlah korban jiwa yang ditimbulkan masih relatif besar.

Tentu saja Indonesia tak harus belajar dari Bangladesh, karena nyata-nyata Bangladesh pun tidak belajar dari masa lalunya. Hal yang sama pun dilakukan Indonesia dalam bencana yang berbeda, yakni tsunami. Tsunami meluluhlantakkan sebagian besar Nangroe Aceh Darussalam dan Nias di akhir tahun 2004. Tercatat lebih dari dua ratus ribu jiwa menjadi korban salah satu tsunami terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia itu. Namun ternyata pemerintah dan masyarakat negeri ini pun tak cepat belajar dari bencana itu. Terbukti, tidak kurang dari 700 jiwa meninggal dunia akibat tsunami yang menerjang Pangandaran, Jawa Barat di tahun 2006.

Penyadaran akan potensi dan bahaya bencana, sosialisasi dan kesiapsiagaan bencana belum maksimal dilakukan sampai ke lapisan masyarakat. Anak-anak sekolah lebih banyak yang tidak mengerti bagaimana berlindung ketika gempa dan tsunami terjadi. Para ibu di rumah tak pernah mengerti apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi. Yang mereka tahu hanya panik, menjerit dan ketakutan. Demikian juga para Ayah yang masih bingung dan tak banyak tahu. Latihan kesiaagaan bencana tidak pernah dilakukan, sosialiasi dan pemahaman terhadap bencana tidak diberikan. Bahkan simulasi bencana pun masih sangat minim. Masyarakat hanya tahu, jika bencana –gempa, banjir, tsunami atau lainnya- terjadi mereka harus minta bantuan. Yang menyedihkan, bahkan masyarakat tidak banyak tahu berapa nomor telepon yang harus dihubungi ketika terjadi bencana.

Sebagai negeri yang sering dilanda bencana, bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai negeri bencana lantaran nyaris semua bencana pernah dialami seperti gempa bumi, banjir, banjir bandang, tsunami, angin puting beliung, longsor, kekeringan, kebakaran, kelaparan, gunung meletus, sampai luapan Lumpur, Indonesia boleh belajar dari Kuba. Negara di Amerika Latin ini disebut sebagai Negara yang paling siap menghadapi bencana. Salah satu bencana besar yang menjadi langganan negeri itu adalah badai topan tahunan.

Kerjasama yang apik dan terencana antara pemerintah, media eletronik maupun cetak, lembaga swadaya masyarakat, akademisi dan institusi pendidikan serta segenap elemen masyarakat, menjadikan Kuba sangat siap menghadapi bencana. Setiap menjelang musim badai, pemerintah dari pusat hingga daerah melalui instansi terkait mengeluarkan peringatan potensi bencana, berbagai media mensosialiasikannya langsung ke masyarakat, institusi pendidikan mengeluarkan berbagai modul penanganan bencana, sedangkan berbagai lembaga kemanusiaan dan LSM aktif melakukan simulasi dan latihan kesiapsiagaan bencana. Dan yang terpenting, tingginya kesadaran masyarakat akan bencana dan bagaimana mengantisipasinya. Kesadaran ini memunculkan keinginan yang kuat untuk lebih banyak tahu tentang bencana, hingga mengikuti berbagai simulasi dan pelatihan kebencanaan.

Masyarakat pun tidak pasif hanya mengikuti berbagai simulasi dan pelatihan kebencanaan. Bahkan, mereka pun terpanggil untuk menjadi relawan kemanusiaan ketika bencana benar-benar terjadi. Jauh-jauh hari, masyarakat beramai-ramai menyatakan kesiapan mereka menjadi relawan kemanusiaan.


Isu Bencana Besar

Di beberapa wilayah Indonesia, masyarakat sering dibuat takut, cemas bahkan panik tidak bisa tidur lantaran beredarnya isu bakal terjadinya bencana besar yang konon diprediksi sebagai bencana terbesar yang belum pernah terbayangkan. Di Bengkulu misalnya, masyarakat masih khawatir dan cemas dengan beredarnya isu akan terjadi gempa yang disusul tsunami. Gempa yang disebut-sebut akan mencapai 9 skala richter dan menimbulkan tsunami itu membuat masyarakat Bengkulu tidak tenang dan terus bertanya, “benarkah ini akan terjadi?”

Masyarakat di Pulau Jawa pun tak ketinggalan diserang isu tersebut. Disebutkan akan terjadi patahan di Pulau Jawa yang menyebabkan sebagian Pulau Jawa akan tenggelam ke dasar laut. Bahkan, di Jakarta pun beredar isu akan terjadi serbuan badai besar, lebih besar dari yang pernah terjadi dan belum terbayangkan akibat yang ditimbulkannya.

Entah siapa yang memulai isu ini, namun setidaknya si penyebar isu ini telah berhasil membuat masyarakat resah dan panik. Ini sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, berbagai instansi terkait seperti BMG, akademisi maupun lembaga kemanusiaan untuk menangkal isu tersebut serta meyakinkan berbagai lapisan masyarakat agar tak mudah termakan isu yang belum bisa dipertanggungjawabkan itu.

Masyarakat memang semestinya tidak perlu panik, tetapi juga jangan tenang-tenang saja. Bencana mungkin akan terjadi, ada yang bisa diprediksi namun ada yang sama sekali tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, kesiapsiagaan sepatutnya menjadi sikap paling tepat bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana pun, gempa bumi, longsor, banjir, tsunami, kebakaran, gunung meletus dan lain sebagainya itu tetap mengancam. Siap siaga terhadap bencana akan sangat menentukan jumlah korban yang ditimbulkan dari bencana itu.

Jadi, tidak perlu takut. Mari siaga bencana! (gaw)