Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Sunday, July 11, 2010

ACT Road to Palestine; Anda Tidak Pernah Berjuang Sendirian (bag 3)

Pada dasarnya, kita tidak pernah sendirian di dunia ini, menjalani kehidupan, begitu juga berjuang melawan tantangan kehidupan. Meskipun pada saat kita secara fisik benar-benar sendiri, sesungguhnya tetap ada ‘orang’ yang menemani perjalanan Anda. Doa orang-orang yang mengasihi Anda misalnya, sepanjang jalan terus mengiringi. Walaupun secara fisik isteri, suami atau anak-anak tidak hadir, namun doa yang tak pernah putus dari mereka itulah sahabat perjalanan Anda yang setia. Tidak hanya itu, bagi seorang mukmin, tentu saja harus merasa yakin dimana pun dan kemanapun melangkah pasti Allah mengikuti, juga dengan para malaikat-Nya.

Seperti perjalanan tim ACT menuju Palestine di tahun 2010 ini. Saya memang tidak sendiri, berdua dengan mas Imam Akbari. Namun yang dimaksud terkait dengan judul diatas adalah kami berdua harus merasa yakin bahwa tim ini tidak berjuang sendirian. Ada berbagai pihak yang mendukung penuh perjuangan ini, serta menemani perjalanan tim ketika mulai berangkat dari rumah, ke kantor sampai ke bandara, dan terus menembus batas negara menuju Palestina.

8 Juli 2010, pesawat yang kami tumpangi mendarat di Cairo International Airport pada pukul 12.45 waktu lokal, terdapat perbedaan waktu sekitar empat jam lebih dulu di Jakarta. Satu hal yang ingin segera saya dapatkan adalah tas ransel besar di bagasi untuk mengambil obat andalan, yakni Habbatussauda (jintan hitam), sebab sejak masih di Abu Dhabi kaki kiri saya terasa sakit karena asam urat kambuh. Ini lantaran saya sudah beberapa hari sebelum keberangkatan tidak mengonsumsi obat ini karena kehabisan.

Di hari keberangkatan, usai sholat subuh berjamaah di masjid di lingkungan tempat tinggal saya, saya bertemu Arif, salah seorang jamaah masjid yang saya tahu menjual obat-obat herbal. Segera saya memesannya satu untuk dibawa dalam perjalanan ke Palestina. Pagi hari sebelum saya berangkat ke kantor, Arif datang ke rumah dengan Habbatussauda pesanan saya. Karena tahu obat itu akan saya bawa dalam perjalanan ke Palestina, Arif tidak mau dibayar. “Ini cara saya ikut bersama mas Bayu ke Palestina,” itu ucapannya.

Maka dari itu, ketika tas ransel sudah di tangan saya langsung segera mengambil obat itu dan meminumnya beberapa butir dengan harapan sakit di kaki saya segera hilang, minimal berkurang. Pada saat meminumnya, saya terkenang wajah tulus Arif dan kata-katanya yang menyemangati, “Ini cara saya ikut…”… Hmm, Arif benar, ia memang tengah ikut dalam perjalanan kami ke Palestina melalui Habbatussauda-nya ini.

Hal lain yang semakin membuat kami merasa bahwa dukungan dan ‘sahabat’ perjuangan ini begitu banyak adalah, ketika masih di Abu Dhabi saya memanfaatkan fasilitas internet gratis di Bandara Abu Dhabi untuk menulis artikel dan juga meng-update status facebook. Saya tulis dengan singkat, “Teman-teman di Jakarta, isiin pulsa ya…” karena pada saat itu baik saya maupun mas Imam sudah kehabisan pulsa, padahal kami tetap perlu memberi informasi setiap saat perjalanan kami ini. Sebenarnya yang saya tuju adalah teman-teman di kantor ACT, agar segera mengirimkan pulsa. Memang benar tim di kantor langsung mengirimkan pulsa, namun ternyata tidak hanya orang di kantor yang merespon, melainkan teman-teman di jejaring Facebook.

Subhanallah, indah sekali perjuangan ini karena kita memang tidak pernah berjuang sendirian. Arif dengan Habbatussauda-nya, teman-teman di Facebook dengan kiriman pulsanya, dan masyarakat di seluruh Indonesia dengan dukungan moril, materil dan doa yang terus mengalir, keluarga di rumah yang tak pernah berhenti mendoakan adalah bukti bahwa kita memang tak sendirian. Seperti yang saya tulis juga di bagian pertama tulisan seri perjalanan ini, bahwa kami ini tim besar, bukan hanya dua orang yang berangkat ke Palestina, namun sebuah tim besar yang terdiri dari jutaan orang yang mendukung perjalanan ini. Tim besar dengan kepedulian yang terus membesar inilah yang kelak menjadi andil dalam kemerdekaan saudara-saudara kita di bumi Palestina. Allahu Akbar!

Gaw, Kairo 9 Juli 2010

No comments: