Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Tuesday, July 29, 2008

[SOL] Hesti/Titi dan RD, Life Inspirator pada SOL, Chapter "Sabar itu Nikmat"

Sahabat saya, Hesti atau biasa dipanggil Titi, 17 tahun harus mendekam di kamarnya tanpa banyak yang bisa diperbuatnya, kecuali hal-hal sederhana seperti sholat, makan dan nonton tv. Selebihnya, ia harus dibantu oleh keponakannya. Titi menderita penyakit radang sendi yang menyebabkan kelumpuhan total.

Lebih lengkap tentang Titi, bisa dilihat cerita di URL berikut: http://gawtama.multiply.com/journal/item/96 dan http://gawtama.multiply.com/journal/item/98/Nabi_Ayub_Pun_Tersenyum

Lain halnya dengan RD, saya tak mendapat izin untuk menyebut langsung namanya. Status RS sebagai isteri kedua. Hampir selama pernikahannya ia kerap mendapat perlakuan memalukan dan kasar, baik dari isteri pertama suaminya dan juga suaminya. Padahal, mulanya sang isteri pertama itulah yang meminta sambil menangis-nangis agar RD mau menikah dengan suaminya.

RD pernah didatangi isteri pertama suaminya di kantornya, dijambak jilbabnya hingga lepas dan semua orang termasuk laki-laki di kantornya melihatnya tanpa jilbab. Ia juga pernah dihajar hingga babak belur oleh isteri pertama suaminya itu dan juga keluarga isteri pertama itu.

Masih menurut RD, sepanjang 2003-2006, ia sangat kenyang dengan caci maki, bentakan, amarah dan pukulan serta tendangan dari sang suami. Ia pernah ditalak oleh suaminya, namun sang suami kembali kepadanya dan tetap dilayani dengan baik oleh RD.

RD tak pernah mengerti, kenapa ia mengalami peristiwa ini. Apakah Allah sedang menguji kesabarannya?

Hesti/Titi dan RD akan menjadi Life Inspirator -sebutan di SOL untuk bintang tamu- pada kelas SOL khususnya di Chapter "Sabar Itu Nikmat". Di Jakarta, akan digelar di Hotel Sofyan Cikini, dekat Taman Ismail Marzuki, Sabtu 2 Agustus 2008, pukul 09.00 - 12.00. Sedangkan di Bandung, Sabtu 9 Agustus 2008, pukul 15.30 - 18.00 WIB, di Hotel Panghegar. Hesti akan menjadi Life Inspirator di Hotel Sofyan, Jakarta, 2 Agustus. Sementara RD di Bandung.

Jangan ketinggalan untuk belajar tentang kesabaran dari dua makhluk Allah yang luar biasa ini. Daftarkan segera ke email: schooloflife.gaw@gmail.com atau hubungi Andips 0856 111 5545, Bambang 0852 843 80000 dan Novi 02202372700 (bandung). http://bayugawtama.net

Tempat terbatas, hanya untuk 50 orang per kelas, baik di Jakarta dan Bandung

Monday, July 28, 2008

[SOL] Bandung; Jujur, Saya menangis untuk perjuangan Ibu N

Speechless, saya kehilangan kata-kata, dan mata ini langsung berkaca-kaca mendengar kisah mengharukan dari Ibu N -maaf saya belum mendapat izin menyebut namanya di publik- pada kelas School of Life (SOL) Chapter "Mudahnya Memaafkan", 26 Juli 2008 di Hotel Panghegar, Bandung.

Tanpa harus merinci detil kisahnya seperti yang dituturkannya pada sore itu, N menghadapi sebuah masalah yang sangat serius dalam perjalanan hidupnya berkenaan dengan sang buah hati dan keluarga besarnya. Intinya, kurang lebih satu tahun lalu ia dan suaminya merelakan anak sulungnya, sebut saja Kaka, "dipinjam" oleh saudara dari suaminya dengan alasan sebagai pemancing agar keluarga itu segera diberi momongan oleh Allah.

Mulanya N dengan berat hati melepas Kaka, namun karena ia merasa kasihan dengan saudaranya itu, maka ia pun membolehkan dengan catatan diperbolehkan menjenguk anaknya setiap bulan. Kaka pun dibawa dan tinggal bersama keluarga barunya di salah satu kota di pinggiran Jakarta.

Bagaimanapun, ibu tetaplah ibu, ia akan tetap menjadi ibu bagi anaknya. Ia berdiskusi kepada suaminya untuk mengambil kembali Kaka untuk dibawa ke Bandung. Suaminya setuju dan mulai melakukan pendekatan kepada keluarganya agar diizinkan mengambil kembali anaknya. Terlebih setelah N dan suaminya mengetahui bahwa isteri dari saudaranya itu positif mengidap Miom dan hampir tidak mungkin mendapatkan anak. Tetapi yang terjadi berbeda, dari niatnya "meminjam", berubah ada rasa ingin memiliki. Sisi positifnya, mereka memang sangat menyayangi Kaka seperti anaknya sendiri. Tetapi N dan suaminya tetap merasa lebih berhak mendidik anaknya sendiri.

Masalah ini pun menjadi masalah besar antar dua keluarga. N sempat dilarang untuk sering-sering menjenguk Kaka. "Nanti Kaka ingat terus sama ibunya", begitu alasannya. N makin bingung kenapa ia sebagai ibunya dilarang menengok anaknya sendiri.

Berat bagi N dan suaminya menyelesaikan masalah ini, karena ancaman terburuk jika ia memaksa mengambil Kaka adalah perpecahan keluarga. Ia dan suaminya terus berupaya sambil memohon pertolongan kepada Allah agar dimudahkan dalam menyelesaikan masalah tersebut. N sempat merasa sangat marah dan merasa tak mudah memaafkan sikap saudaranya yang tak mau melepas Kaka.

Tetapi perlahan masalah ini pun bisa terselesaikan dengan komunikasi yang baik dan kesabaran yang luar biasa dari N dan suaminya. Ia sangat ingin Kaka kembali tanpa harus membuat perpecahan di keluarganya. Alhamdulillah setelah melalui proses panjang, akhirnya Kaka pun kembali. Dan hari Sabtu 26 Juli itulah hari bahagia N dan Kaka, karena di hari itulah Kaka dijemput Ayahnya.

"Apakah saya tak berhak marah?" tanya N kepada kelas SOL

Sekali lagi, saya tak mampu berkata apapun. Begitu juga dengan peserta lainnya.

Sobat, Al Gazhali berkata, Seseorang dibolehkan marah jika memiliki alasan yang tepat untuk marah. Terpenting dari itu adalah, bagaimana ia melampiaskan amarahnya itu dengan cara yang wajar, sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan orang lain yang menjadi objek marahnya. Sebab kebanyakan yang terjadi, kita kerap mencari-cari alasan untuk marah dan ketika melampiaskannya sangat berlebihan, sangat tidak seimbang dengan tingkat kesalahan orang itu.

Tetapi, tetaplah memaafkan lebih baik bukan?
Masih ada kisah lanjutan dari Bandung. Ditunggu, atau daripada menunggu, bergabunglah dengan kelas SOL.

Hubungi Andips, 0856 1115545
email: schooloflife.gaw@gmail.com
http://bayugawtama.net/?p=19

Inspiring Moment from School of Life (SOL) Bandung

Budhi, salah seorang peserta School of Life (SOL) chapter "Mudahnya Memaafkan" di Bandung, 26 Juli 2008, di Hotel Panghegar, pada sessi "inspiring moment" menceritakan pengalaman barunya ketika pertama kali membeli sepeda motor. Menurutnya, ia baru sekitar satu bulan membeli sepeda motor jenis kopling. Yang menarik, saat membeli motor itu, ia sama sekali belum bisa mengendarai motor sehingga ketika motor itu tiba di rumahnya, ia kebingungan mencari orang yang mau mengajarinya mengendarai motor.

Beberapa sahabat yang diminta mengajari mengaku tak bersedia. Budhi pun bingung mencari orang lain sampai setelah beberapa hari ia pun mendapatkan orang itu. Tak disangka, yang bersedia mengajarinya adalah seorang SATPAM di kantor tempatnya bekerja. Ia bekerja sebagai tenaga IT (information technology) di ITB.

Saat belajar mengendarai motor, ia mengira dengan membiarkan kakinya agak menempel ke aspal akan membuat ia merasa aman. "Kalau mau jatuh, saya bisa dengan segera menginjakkan kaki ke jalan". Pelajaran yang didapat dari Budhi saat belajar motor berbeda, ia justru tak dapat menjaga keseimbangan dengan kaki yang dibiarkan agak menyisir aspal. Ketika diangkat dan diletakkan di footstep, keseimbangan pun didapatnya.

Ada dua pelajaran dari Budhi; pertama, kita tak pernah menyangka siapa yang akan menolong disaat kesulitan. ketika sahabat-sahabat tak bersedia, seorang SATPAM menjadi penolong bagi Budhi.

Kedua; soal kaki yang ditempatkan pada tempat sebenarnya dan ia mendapatkan keseimbangan. Ini mengajarkan kita bahwa, segala sesuatu itu harus dilakukan sesuai aturan yang berlaku agar tetap berjalan semestinya. Keseimbangan dalam kehidupan akan terjadi sepanjang kita melakukan segalanya sesuai dengan yang semestinya.

Sobat, saya belum menceritakan kisah menarik lainnya berkenaan dengan tema chapter di bandung ini. Ini baru kisah awal di sessi Inspring Moment. Nantikan kisah selanjutnya dari SOL Bandung. Atau Anda tertarik membagi kisah di SOL?

hubungi: Andips 0865 111 5545
http://bayugawtama.net/?p=19
kirim email ke: schooloflife.gaw@gmail.com

Thursday, July 24, 2008

Anak Saya Berbohong?

Ada kejadian menarik di hari senin lalu, tepatnya senin malam ketika isteri saya memeriksa buku tabungan Hufha -anak saya yang sulung, kelas 2 SD- "Hufha nggak nabung hari ini? kan uangnya sudah dikasih?"

Hufha yang ditanya saat itu sedang merapikan buku untuk sekolah esok hari, sedikit gelagapan -setidaknya saya menangkapnya seperti itu- lalu, "nngg... itu... bu gurunya nggak nulis di buku tabungan..." tanpa melihat sedikit pun ke arah umminya dan terus asik melihat buku pelajarannya.

Isteri saya sedikit berbisik ke saya, "Apa dia nggak nabung dan uangnya dijajanin? Apa benar ibu gurunya tidak menulisnya?"

Kemudian isteri saya sedikit mendesak Hufha, "Uangnya nggak dijajanin kan? kalau teteh bohong nanti gak dikasih uang nabung lagi sama ummi," Ups, saya agak kurang setuju dengan nada menuduh dari isteri saya dan segera saya memotongnya sebelum Hufha menjawab, sebab saya lihat wajahnya mendung, sebentar lagi hujan turun. "Begini aja teh, besok sekalian nabung, bilang bu guru ya yang kemarin ditulis". Si teteh pun tersenyum.

Malam harinya sebelum tidur, saya bilang ke isteri agar anak-anak diberi kepercayaan lebih. Lihat saja besok kalau Hufha menabung dan ada sejumlah uang yang juga ditulis oleh gurunya di hari sebelumnya, berarti ia tidak berbohong. Namun kalaupun dia berbohong, tetap diberi kepercayaan walau tetap dikontrol. Misalnya, jika besok dia nabung dan hari sebelumnya tidak menabung -terlihat dari tidak ada jumlah yang ditulis oleh guru- setidaknya ia sudah menyadari kesalahannya dengan menabung pada hari itu. "Kalau besok Hufha menabung berarti dia sudah tahu kalau perbuatannya kemarin itu salah. Itu sudah cukup memuaskan bagi kita karena ia tidak mengulangi perbuatannya"

Siang hari setelah Hufha pulang sekolah, Umminya langsung memeriksa buku tabungan dan "Alhamdulillah...." Hufha benar, ia tidak berbohong, memang ibu gurunya kemarin lupa mencatat di buku tabungan.

Isteri saya langsung mencium kening Hufha seraya minta maaf karena kemarin sempat tidak mempercayainya. Saya pun tersenyum.

Gaw
LifeSharer
087 87 877 1961
--------------

Belum pernah ikut School of Life (SOL)? Buruan daftar, lihat jadwal lengkapnya di http://bayugawtama.net/?p=19

atau hubungi langsung Andhika 0856 111 5545, Bambang Sudjadi 0852 843 80000 dan Gaw 087 87 877 1961

Memaafkan dengan Analogi Climber

Salah seorang peserta School of Life (SOL), Imam, pada SOL Chapter "Mudahnya Memaafkan" di Hotel Sofyan, 18 Juli 2008 lalu membuat analogi yang menarik bagaimana memaafkan kesalahan orang lain dengan mudah.

"Sewaktu saya hiking, saya membawa beban yang sangat berat sekali di tas carrier. Saya hampir tidak yakin apakah saya akan sampai di puncak sesuai waktu yang ditentukan. Kemudian salah seorang senior saya berkata, "kurangi beban, buang yang tidak perlu". Alhamdulillah, setelah itu saya merasa lebih lega, ringan melangkah dan bisa sampai di puncak dengan selamat"

Imam menuturkan, dari pengalamannya hiking itu, ia mengambil hikmah. Jika kita terus menerus menyimpan dendam di hati atas semua kesalahan orang lain, sesungguhnya kita sendirilah yang akan kelelahan karena beban itu. Maka lepaskanlah (maafkanlah) orang-orang yang berbuat salah itu, agar tak ada beban yang terus menerus memberatkan hidup kita.

sebuah analogi menarik.

Bagi yang ketinggalan chapter "Mudahnya Memaafkan" masih bisa ikut yang di Bandung, 26 Juli 2006, di Hotel Panghegar, Jl. Merdeka. Jam 15.30 - 18.00

informasi, 087 87 877 1961 (gaw)

Friday, July 18, 2008

Biarkan Anak Menyelesaikan Sendiri Masalahnya

dari milist forum_ayah
http://groups.yahoo.com/group/Forum_Ayah/

Sobat Ayah,

Pagi ini ketika mengantar anak saya (hufha dan iqna) ke sekolah, ada kejadian menarik di kelas Hufha -sekarang Hufha kelas 2 SD-. Seorang ibu tiba-tiba sedikit membentak teman anaknya, "Jangan seenaknya nempatin bangku orang dong, cari yang lain, inikan bangku ..... (saya tidak sebut namanya)"

Masalahnya, si anak mendapati kursi yang kemarin ditempatinya pagi ini ditempati anak yang lain. Si anak mengadu ke ibunya perihal tersebut, dan yang terjadi lebih hebat, ibu si anak yang dibentak tak terima, "Memangnya situ bayar berapa? berani bentak2 anak saya? berani nyuruh anak saya pindah? di sekolah ini semua anak berhak duduk dimana saja, kenapa situ nggak suruh anak situ cari tempat duduk yang lain saja?"

Hmm... saya tidak mau melanjutkan bagaimana serunya pertengkaran kecil antara dua orang tua itu. Yang membuat saya geli, justru kedua anak dari kedua orang tua yang sedang bertengkar itu nyelonong keluar dan main bersama, hi hi

Saya jadi ingat hari sebelumnya, ketika anak saya mendapati masalah yang sama. Hufha terlihat bingung mencari tempat duduk karena tempat yang kemarin sudah ditempati temannya. Ia melihat ke arah saya, tapi saya sengaja mengalihkan pandangan. Saya ingin ia menyelesaikan sendiri masalahnya, dan alhamdulillah, tak lebih dari tiga menit, ia sudah mampu menyelesaikan sendiri masalahnya.

Sobat Ayah,
setiap anak-anak akan selalu mendapati masalah dalam hidup dan pergaulannya. Namun yakinlah, mereka -anak-anak- selalu punya caranya sendiri untuk menyelesaikannya. Yang pasti bukan dengan cara orang dewasa, seperti yang kerap kita lakukan.

Berikan kepercayaan lebih kepada mereka untuk berani menghadapi masalah dan menyelesaikannya sendiri. Dengan begitu, ia akan lebih terbiasa dan tangguh, tidak cengeng dan gampang menyerah serta putus asa setiap kali menghadapi masalah.

Percayalah kepada anak Anda sendiri. Mereka memerlukan itu dari Anda, Ayah dan ibunya.

Semoga sharing ini bermanfaat
terima kasih

Wassalaam

Gaw

Wednesday, July 16, 2008

Apa dan Bagaimana School of Life (SOL)

Nama Program : School of Life – SOL

“Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru”

Orang bijak bilang, sering kali masalah timbul dari diri sendiri. Karenanya, sesungguhnya yang paling mengerti bagaimana menyelesaikannya, adalah si pemilik masalah itu sendiri. Namun, kadang seseorang membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. Bukan untuk meminta tolong, melainkan untuk sama-sama belajar kepada orang lain, mengingat hampir setiap orang memiliki masalah yang sama, hanya waktu, bentuk, tempat, dan tingkatannya saja yang berbeda. Atas dasar itulah, School of Life diselenggarakan.

Kategori program : Life and Social Education

Tentang SOL

School of Life –sekolah kehidupan- adalah sebuah program yang menawarkan ruang bagi masyarakat yang membutuhkannya, ruang untuk berbagi, tempat untuk belajar dari orang lain, dan ruang yang terbuka luas tempat Anda mencurahkan segala yang selama ini terpendam. Jika selama ini Anda tak menemukan satu pun ruang dan kesempatan untuk didengarkan, School of Life-lah ruang yang kami sediakan untuk Anda.

School of Life menyajikan materi yang sangat luas, tak butuh kurikulum, modul atau pun buku panduan. Karena semuanya sudah disediakan oleh kehidupan ini, kita hanya tinggal memilihnya saja. Sebab itu, tidak ada materi yang baku di setiap chapter, para peserta lah yang menentukan materinya sesuai dengan kebutuhan mereka. Jelas karena kami yakin, para peserta sendiri yang lebih tahu kebutuhan belajar mereka.

School of Life tidak punya ruang belajar dan gedung sekolah. Sesuai dengan motto SOL, “Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru”. Jadi, ruang belajar bisa dimana saja, sesuai kesepakatan peserta. Dimana peserta merasa nyaman untuk belajar bersama, disitu kita jadikan ruang belajar.

SOL – School of Life
• Sekolah yang tidak ada alumninya, sebab belajar tentang kehidupan hanya akan berakhir bersamaan dengan saat kita mengakhiri kehidupan ini

• Semua peserta adalah guru, begitu pun semua peserta adalah muridnya

• Peserta cukup mempersiapkan diri untuk berbagi (share) kepada sesama tentang pelajaran yang akan dibahas

• Pelajaran yang didapat dari sekolah ini semuanya tentang kehidupan sehari-hari

• Tujuan dari sekolah ini hanya satu; untuk hidup lebih baik

Dasar Pemikiran

· Manusia tidak ada yang sama
Ada miliaran manusia di bumi ini, namun tidak satupun yang sama, baik fisik maupun sifat dan karakternya. Perbedaan itulah yang menjadikan kehidupan ini selalu menarik untuk dipelajari

· Setiap manusia menganggap dirinya penting dan istimewa
Manusia mementingkan dirinya sendiri dan orang-orang yang dekat dengannya. Manusia akan selalu mendahulukan kepentingan dirinya dan orang-orang terdekatnya. Memposisikan manusia pada tempat yang sesungguhnya, yakni sebagai pribadi yang memiliki beragam kelebihan disamping sedikit kelemahannya.

· Manusia senang diperhatikan
Perhatian bisa dalam bentuk fisik dan psikologis. Dalam hal ini, ada keinginan dari setiap manusia untuk didengarkan oleh orang lain

· Fakta bahwa training dan ceramah yang ada selama ini cenderung menempatkan peserta pada posisi pasif, sekadar menjadi pendengar aktif. SOL memberi ruang lebih bagi para pesertanya untuk berbagi pelajaran

· Di SOL, setiap individu selalu menjadi subyek, bukan obyek atau sekadar pelengkap sebuah program. Setiap individu merupakan bagian terpenting dalam menentukan keberhasilan program


Metode Belajar :

LIFE SHARING

- Brainstorming and share story
- Dynamic Group
- Simulation and role play
- Education Movie


Konsep Kreatif

Preparing and Greeting
Duration; 10 minutes

1st Session; Inspiring Moment
Duration; 30 minutes

Diisi dengan cerita-cerita menarik yang diperoleh peserta saat mereka dalam perjalanan menuju lokasi SOL atau hikmah yang mereka dapat di hari itu. Bisa berupa kejadian atau peristiwa menarik yang dialami sendiri atau dialami orang lain yang dilihatnya. Masing-masing peserta diminta menceritakannya dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Inspiring moment ini bebas dan tidak terkait dengan tema chapter.

2nd Session; Story of The Day
Duration; 10 minutes

Life-sharer menuturkan sebuah kisah nyata sesuai tema chapter. Kisah ini merupakan pengantar dari tema yang diangkat pada setiap chapter, karenanya kisah tersebut harus sesuai dengan tema chapter. Kisahnya harus menginspirasi, serta menstimulan seluruh peserta untuk berbagi cerita di sessi berikutnya.

3rd Session; Sharing Time
Duration; 90 minutes

Dimungkinan seluruh peserta berbagi kisah yang berhubungan dengan tema chapter. Boleh cerita pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang diketahuinya. Yang harus dijaga adalah, jangan sampai ia membuka aib pribadi maupun aib orang lain yang menjadi subyek (dan obyek) ceritanya. Peserta boleh juga menanggapi dan memberikan solusi dari kisah yang diceritakan peserta lain. Diharapkan tanggapan itu memberi masukan berharga bagi peserta lain. Sharing time ini dimungkinkan mendapatkan berbagai solusi bagi masalah-masalah yang muncul pada sessi ini.


4th Session; Thanks to All
Duration; 10 minutes

Life Sharer mengajak semua peserta mengambil hikmah dari kisah-kisah yang disampaikan peserta. Syukur dan ikhlas menjadi kata kunci dari akhir program ini, bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk belajar dari orang lain, menggali hikmah dan berniat untuk memperbaiki diri. Peserta juga mengucapkan terima kasih sesama peserta karena bersedia berbagi kisah.

Kelas SOL

1. SOL Reguler
2. SOL for teens
3. SOL for Kids

Bisa didisain kelas khusus sesuai kebutuhan; kelas karyawan, mahasiswa, kelas keluarga, pasangan suami isteri, dll.

Jumlah ideal per kelas adalah 30 orang. Jumlah peserta di atas angka tersebut tetap bisa dilakukan dengan mengubah sedikit setting acara dan formasi belajar


Contoh Tema Chapter
SOL Reguler

• Berprestasi dalam keterbatasan
• Miracle of care
• Mind power
• Menjadi penting itu baik, menjadi baik lebih penting
• Mudahnya memaafkan
• Sabar itu nikmat
• Berucap terima kasih-beratkah ?
• Menolong pekerjaan paling nikmat
• Malu minta melulu
• Mengakui kesalahan-sanggup ?
• Tetap jujur dalam kesempitan
• Jangan protes !, ada yang lebih menderita dari kita
• Teman sejati-adakah ?
• Berani karena benar
• Mengubah kelemahan menjadi kekuatan
• Tetap senyum ketika kalah-tunduk saat menang
• No second chance?
• Berubah atau mati
• Soulmate, adakah?

Contoh Tema Chapter
SOL for Teens

• Nyontek is not my style !
• Gaul yes - pacaran nanti dulu
• Dugem perlu engga sih ?
• HP – butuh apa gengsi ?
• Guru favorit vs guru nyebelin
• Pulang sekolah ngapain ?
• Kenali cara belajarmu !
• Temanmu bisa – kamu pasti bisa
• Just say : I luv u friend
• Marahan itu biasa – akur lagi baru luar biasa
• Jangan sedih kawan – saya di sampingmu
• Kelasku keluargaku
• Apa prestasimu hari ini ?
• Peer group – perlu ?

Tuesday, July 15, 2008

Gabung Yuks di Milist Forum_Ayah

Rekans -khususnya para Ayah-, gabung yuk di milist Forum_Ayah, tempat kita bisa berbagi pengalaman membina, mendidik dan membimbing keluarga (anak dan isteri) juga bagaimana menjadi Ayah bagi lingkungan kita.

Bagi yang tertarik, silahkan subscribe di: http://groups.yahoo.com/group/Forum_Ayah/

terima kasih sudah mau bergabung dan bersinergi

Wassalaam

Gaw

-------------------------------------------------------------------------------

Doa seorang Ayah
by : Douglas Mc Arthur

Tuhanku, jadikanlah anakku
seorang yang cukup kuat mengetahui kelemahan dirinya
berani menghadapi kala ia takut
yang bangun dan tidak runduk dalam kekalahan yang tulus
serta rendah hati dan penyantun dalam kemenangan

Oh Tuhan, jadikanlah anakku
seorang yang tahu akan adanya Engkau
dan mengenal dirinya, sebagai dasar segala pengetahuan

Ya Tuhan, bimbinglah ia
bukan di jalan yang gampang dan mudah
tetapi di jalan penuh desakan, tantangan dan kesukaran
Ajarilah ia: agar ia sanggup berdiri tegak di tengah badai
dan belajar mengasihi mereka yang tidak berhasil

Ya Tuhan jadikanlah anakku
seorang yang berhati suci, bercita-cita luhur
sanggup memerintah dirinya sebelum memimpin orang lain
mengejar masa depan tanpa melupakan masa lalu

Sesudah semuanya membentuk dirinya
aku mohon ya Tuhan
Rahmatilah ia, dengan rasa humor
sehingga serius tak berlebihan
berilah kerendahan hati, kesederhanaan dan kesabaran

Ini semua ya Tuhan
dari kekuatan dan keagungan Mu itu
jika sudah demikian Tuhanku
beranilah aku berkata:
"Tak sia-sia hidup sebagai bapaknya"

----------------------------------------

Ini forum yang terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar bersama dan membagi pelajaran tentang segala hal yang berkenaan dengan PERAN SEORANG AYAH; baik untuk anak-anaknya, untuk isterinya, juga untuk orang-orang di sekitarnya.

Masing-masing AYah memiliki pengalaman menarik dalam mendidik, membina, membimbing anak-anaknya (juga isterinya), maka forum ini disediakan untuk saling berbagi.

Terima kasih sudah bergabung dengan forum ini untuk saling bersinergi. Salam Ayah

catatan: Tidak tertutup untuk para ibu dan calon ibu

Monday, July 14, 2008

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani?

Seorang sahabat mengungkapkan rencananya untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempat kerjanya. Ia merasa tidak takut meninggalkan karirnya yang sudah belasan tahun dirintisnya dari bawah. “sayang juga sebenarnya, dan ini merupakan pilihan yang berat, terlebih ketika saya merasa sudah berada di puncak karir,” ujarnya.

Lalu kemana setelah resign? “yang ada di pikiran saya saat ini hanya satu, menjadi ibu rumah tangga. Sudah terlalu lama saya meninggalkan anak-anak di rumah tanpa bimbingan maksimal dari ibunya. Saya sering terlalu lelah untuk memberi pelayanan terbaik untuk suami. Bahkan sebagai bagian dari masyarakat, saya sangat sibuk sehingga hanya sedikit waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar”

Tapi, ibu nampaknya masih ragu? “bukan ragu. Saya hanya perlu menata mental sebelum benar-benar mengambil langkah ini”.

“Rasanya masih malu jika suatu saat bertemu dengan teman-teman sejawat atau rekan bisnis. Saya belum menemukan jawaban yang pas saat mereka bertanya, “sekarang Anda cuma jadi ibu rumah tangga?”

Saya tersenyum mendengarnya, mencoba memahami kesesakan benaknya saat itu. Teringat saya dengan seorang sahabat lama yang saat di sebuah forum wanita karir di Jerman lantang menjawab, “profesi saya ibu rumah tangga, jika diantara para hadirin ada yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga bukan profesi, saya bisa menjelaskan secara panjang lebar betapa mulianya profesi saya ini dan tidak cukup waktu satu hari untuk menjelaskannya”.

Luar biasa. Sekali lagi luar biasa. Saya harus hadiahkan acungan jempol melebihi dari yang saya miliki untuk sahabat yang satu ini. Saya tuturkan kisah ini kepada sahabat yang sedang menata hati meyakinkan diri untuk benar-benar menjadi ibu rumah tangga, bahwa ia takkan pernah menyesali pilihannya itu. Kelak ia akan menyadari bahwa langkahnya itu adalah keputusan terbaik yang pernah ia tetapkan seumur hidupnya.

Naluri setiap wanita adalah menjadi ibu. Adakah wanita yang benar-benar tak pernah ingin menjadi ibu? Percayalah, pada fitrahnya wanita akan lebih senang memilih berada di rumah mendampingi perkembangan putra-putrinya dari waktu ke waktu. Menjadi yang pertama melihat si kecil berdiri dan menjejakkan langkah pertamanya. Ia tak ingin anaknya lebih dulu bisa berucap “mbak” atau “bibi” ketimbang ucapan “mama”. Tak satupun ibu yang tak terenyuh ketika putra yang dilahirkan dari rahimnya lebih memilih pelukan baby sitter saat menangis mencari kehangatan.

Ibulah yang paling mengerti memberikan yang terbaik untuk anaknya, karena ia yang tak henti mendekapnya selama dalam masa kandungan. Sebagian darahnya mengalir di tubuh anaknya. Ia pula yang merasakan perih yang tak tertahankan ketika melahirkan anaknya, saat itulah kembang cinta tengah merekah dan binar mata ibu menyiratkan kata, “ini ibu nak, malaikat yang kan selalu menyertaimu”. Cintapun terus mengalir bersama air kehidupan dari dada sang ibu, serta belai lembut dan kecupan kasih sayang yang sedetik pun takkan pernah terlewatkan.

Ibu akan menjadi apapun yang dikehendaki. Pemberi asupan gizi, pencuci pakaian, tukang masak terhebat, perawat di kala sakit, penjaga malam yang siap siaga, atau pendongeng yang lucu. Kadang berperan sebagai guru, kadang kala jadi pembantu. Jadi apapun ibu, semuanya dilakukan tanpa bayaran sepeserpun alias gratis.

***
Sahabat, bukan malu atau bingung saat harus berhadapan dengan rekan bisnis. Katakan dengan bangga baru sebagai ibu rumah tangga. Sebab sesungguhnya, mereka pun sangat ingin mengikuti jejak sahabat, hanya saja mereka belum mengambil keputusan seperti sahabat. Tersenyumlah karena anak-anak pun bangga dengan langkah terbaik ibunya. –Gaw, 2008-

------------------------
sudah daftar ikut School of Life? segera daftar, klik link ini http://bayugawtama.net/?p=19
atau langsung email ke: schooloflife.gaw@gmail.com

Thursday, July 10, 2008

Allah yang Bayar

Senin lalu saya diminta menyampaikan sebuah materi di depan sekitar 150 siswa perwakilan Sekolah Menengah Pertama (SMP) se Jakarta dalam acara Youth Camp yang diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan.

Kurang lebih satu jam saya memberikan materi dan setelah itu langsung pamit kepada panitia. Salah seorang panitia yang menghampiri saya wajahnya nampak canggung dan hanya berkata, “maaf pak…. Tidak ada yang mengantar bapak pulang…”. Saya mengerti betul, bahwa mereka pun tak memiliki anggaran untuk transport pembicara.

Saya hanya tersenyum ingin memberikan kesan “everything is ok” kepadanya. Langkah pun tergegas menuju Plaza Senayan, tempat saya berjanji bertemu dengan beberapa sahabat anggota SOL (School of Life).

Perjalanan dari Ragunan menuju Plaza Senayan hampir tak ada halangan kecuali di seratus meter menjelang kampus Mustopo, tiba-tiba saya terpelanting dari kuda tunggangan lantaran kurang konsentrasi akibat telepon seluler yang berdering. Satu hal yang tidak biasa saya lakukan jika sedang berkendara adalah menerima telepon masuk. Entah kenapa saat itu saya merasa harus mengangkat ponsel. Namun belum sempat ponsel terangkat, roda depan motor saya terlalu menepi sehingga menabrak batas jalan. Motor pun terpelanting, meski saya sempat melompat terlebih dulu. Tidak ada yang rusak terlalu parah, hanya besi di bagian bawah penyambung pijakan kaki belakang yang patah.

Ketika bertemu sahabat-sahabat di Din Tai Fung, Plaza Senayan, saya mengambil hikmah, “Seharusnya saya konsisten tak mengangkat telepon. Toh setelah sampai saya bisa menghubungi kembali si penelepon”.

Waktu menunjukkan pukul 20.10 WIB, kami pun bersiap pulang. Namun sebelumnya, dua sahabat saya ingin menitipkan sesuatu, “Maaf kami belum sempat menjenguk Raissa. Jadi kami titip saja buat Raissa ya”. Mereka memberikan hadiah untuk putri ketiga saya yang belum lama lahir. “Alhamdulillaah…” batin saya.

Sesampainya di rumah. Isteri saya menyambut dengan senyum yang tak biasa. Apa mungkin karena saya pun membuka pintu dengan seulas senyum yang lebih sumringah? Oh ternyata bukan. Belum sempat saya bercerita soal hadiah buat Raissa dari sahabat-sahabat saya, isteri terlebih dulu menyampaikan kabar gembira. “Ada titipan dari teman-teman Abi di Garudafood, buat Raissa”.

Maha Suci Allah yang terus memelihara semangat dalam keluarga kami, salah satunya semangat untuk berlomba memberi kabar baik di setiap hari seraya membicarakan secara hati-hati setiap kabar buruk yang dialami. Setiap ada kabar baik, kami selalu berusaha terlebih dulu menyampaikannya, sedangkan sekecil apapun kabar buruk, saya harus bertanya berulang-ulang dalam hati, “perlukah isteri tahu?”. Hmm, saya pun urung memberi tahu soal peritiwa motor terpelanting itu, agar tak menambah beban pikirannya.


Sebelum malam menutup hari, saya merenungi semua peristiwa sepanjang hari. Sebuah kalimat mengiringi hati bertemu mimpi, “Adakah bayaran terindah dari yang Allah berikan?” –Gaw,2008-

-----------------

ikuti School of Life (SOL) bersama Bayu Gawtama. Lihat informasi dan jadwalnya di url: http://bayugawtama.net/?p=19

Wednesday, July 09, 2008

Today Is A Gift

“Yesterday is a history, tomorrow is a mystery, and today is a gift” (Master Oogway, Kungfu Panda)

Jika Anda sudah menonton film Kungfu Panda, pasti pernah mendengar kalimat di atas. Guru Oogway –seekor kura-kura tua- dalam satu kesempatan di tepi bukit mengucapkan kalimat penuh makna itu kepada Po, Panda gemuk nan lucu yang baru saja dinobatkan sebagai pejuang naga (dragon warriors).

Meski sempat dibuat terpingkal-pingkal selama menonton film ini, tetapi saya tidak ingin bercerita lebih jauh tentang film Kungfu Panda meski banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik. Karena saya lebih tertarik membahas kalimat bijak di atas yang sebenarnya mengandung makna terdalam dari kehidupan ini.

Kita diajarkan untuk selalu berdoa sebelum dan sesudah tidur. Doa sebelum tidur yang menyaratkan kepasrahan diri kepada Yang Maha Menguasai Kehidupan, kepada satu-satunya yang memiliki hak mematikan serta menghidupkan setiap insan. Hingga detik sebelum mata terpejam, tak satu pun yang mampu menguak rahasia Allah, apakah esok hari kita masih hidup atau berlanjut ke kehidupan berikutnya. Maka kemudian, di pagi hari Allah berkendak mengembalikan ruh kepada jasad yang tertidur, atau berkehendak pula menahan ruh dan membiarkan jasad itu tertidur selamanya.

Bagi yang diberi kesempatan untuk bangun di pagi hari, maka doa pun kembali terucap dengan melontarkan segenap pujian kepada Yang Menghidupkan dari kematian sementara selama tertidur. Sepenuhnya kita sadar, bukan kita yang membangunkan diri sendiri. Bukan karena alarm yang kita setting sesuai waktu yang diinginkan, tapi benar-benar karena Allah berkehendak memberi kesempatan kepada hamba-Nya.

Hari ini adalah anugerah terbesar dalam kehidupan setiap manusia. Karena ia takkan pernah tahu apakah masih punya kesempatan di hari esok. Hal yang patut dilakukannya pada hari ini adalah bersyukur dan kemudian mengisi hari itu dengan segunung kebajikan, berupaya sekuat hati mengurangi timbangan keburukan.

Belajar dari hari-hari yang sudah berlalu, tidak mengulangi kesalahan dan kekeliruan di masa lalu, kemudian melakukan yang lebih baik di hari ini seolah hari terakhir dalam hidup. Sebab kita memang benar-benar tidak akan pernah tahu apa yang bakal terjadi sesudah hari ini.

***

Semestinya belum berani kita memejamkan mata sebelum tahu persis timbangan kebaikan di hari ini melebihi keburukan yang dilakukan. Takutlah bila tak membawa cukup bekal saat menghadap Sang Penguasa hari pembalasan.

Sayangnya, begitu ringan seolah tanpa beban diri ini memejamkan mata. Seakan yakin esok masih bisa menatap mentari pagi. Ya Allah, ajari lidah ini untuk tak pernah lupa memuji-Mu dan mensyukuri hari disaat hamba masih bisa memohon ampunan-Mu. –Gaw, 2008-

----------------------------

ikuti School of Life (SOL) bersama Bayu Gawtama. Lihat informasi dan jadwalnya di url: http://bayugawtama.net/?p=19

Sunday, July 06, 2008

Peduli Kulit Lupa Isinya

Jika kita dihadapkan pada pertanyaan seperti ini, “pilih mana yang harus disembuhkan terlebih dahulu, jerawat di wajah atau luka di punggung?” Sebagian orang akan lebih mendahulukan mengobati jerawatnya ketimbang luka menganga di punggungnya meskipun luka itu terasa lebih menyakitkan.

Kadang alasannya sederhana, jerawat di wajah sangat mengganggu penampilan, sedangkan luka di punggung masih bisa disembunyikan di balik pakaian. Ia menjadi lebih penting untuk menyelesaikan urusan yang kecil daripada masalah yang lebih besar.

Ya, jerawat memang urusan kecil, namun karena letaknya di wajah ia terasa lebih bermasalah. Apalah lagi letak jerawat itu tidak jauh dari mata, setiap saat selalu terlihat, terlebih saat bercermin. Belum lagi jika seseorang menyinggungnya dengan kalimat menyindir, “jerawat betah tuh? Dipelihara ya?”

Padahal luka yang lebih parah terdapat di punggung. Hanya saja karena ia di belakang dan tak langsung terlihat mata, seringkali terabaikan, meskipun ia berpotensi menjadi masalah yang sangat besar. Boleh jadi tak ada seorang pun yang tahu Anda memiliki luka cukup parah di balik pakaian, sebab Anda begitu pandai menyembunyikannya. Bagaimana jika jerawat di wajah belum hilang? Atau justru terus bertambah? Mungkin kita akan sengaja melupakan luka di punggung meski terus membesar.

Kemudian bagaimana pula jika noda, luka, atau masalahnya bukan di tubuh bagian luar? Bukan di tempat yang masih bisa terlihat kasat mata? Luka yang hanya bisa dirasa namun tidak bisa diraba. Noda yang hanya bisa disadari dengan mata hati, yang selalu bertambah setiap kali diri ini melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai kebenaran? Setiap kali berlaku menyimpang saat tak seorang pun melihatnya?

***

Kita akan sering menemukan orang yang nampak tak memiliki masalah, meski sebenarnya ia tengah terlibat banyak masalah. Di sekitar kita akan nampak orang-orang yang begitu bersih penampilan luarnya, namun tak peduli pada kotoran di hatinya. Dan sebaliknya, teramat sering mengacuhkan orang yang tampak luar tak lebih baik, walaupun yang tertanam di dalam dadanya jauh lebih indah.

Sebagian kita cenderung peduli pada penampilan luar yang sebenarnya tak selalu mencerminkan kondisi diri seutuhnya. Kita senang membeli pakaian bagus untuk menutupi tubuh, namun terlupa membenahi bagian dalam tubuh. Kita senang memoles wajah dengan kosmetik, tetapi alpa memoles hati dengan memperbanyak dzikir, lupa mengasah perilaku dengan beragam kebajikan.

***

Suatu hari, seseorang menepuk punggung Anda, saat itulah Anda menyadari bahwa terdapat masalah besar di bagian belakang tubuh yang jauh lebih besar dari sekadar urusan jerawat di wajah. Terlebih ketika semua orang pun akhirnya tahu bahwa Anda mempunyai luka yang besar di balik pakaian bagus Anda. –Gaw, 2008-

------------------

Jangan ketinggalan ikut School of Life (SOL), klik http://bayugawtama.net/?p=19

Saturday, July 05, 2008

School of Life (SOL) Kembali digelar di Jakarta dan Bandung



“Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru”

Orang bijak bilang, sering kali masalah timbul dari diri sendiri. Karenanya, sesungguhnya yang paling mengerti bagaimana menyelesaikannya, adalah si pemilik masalah itu sendiri. Namun, kadang seseorang membutukan orang lainnya untuk menyelesaikan masalahnya. Bukan untuk meminta tolong, melainkan untuk sama-sama belajar kepada orang lain, mengingat hampir setiap orang memiliki masalah yang sama, hanya waktu, bentuk, tempat, dan tingkatannya saja yang berbeda. Atas dasar itulah, School of Life diselenggarakan

School of Life (SOL) segera digelar kembali di bulan Juli ini. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat langsung jadwal dan tempatnya:

Chapter 6: “Mudahnya Memaafkan”
Hotel Sofyan Tebet, Jakarta, Jum’at 18 Juli 2008, Pukul 18.30 – 21.00
Hotel Preanger, Bandung, Sabtu 26 Juli 2008, Pukul 15.30 – 18.00

Chapter 7: “Sabar Itu Nikmat”
Hotel Sofyan Tebet, Jakarta, Jum’at 1 Agustus 2008, Pukul 18.30 – 21.00
Hotel Preanger, Bandung, Sabtu, 9 Agustus 2008, Pukul 15.30 – 18.00

Chapter 8: “Mengakui Kesalahan, Sanggup?”
Hotel Sofyan Tebet, Jakarta, Jum’at, 15 Agustus 2008, Pukul 18.30 – 21.00
Hotel Preanger, Bandung, Sabtu, 23 Agustus 2008, Pukul 15.30 –18.00

Chapter 9: “Jangan Protes! Ada yang Lebih Menderita”
Hotel Sofyan Tebet, Jakarta, Jum’at, 29 Agustus 2008, Pukul 18.30 – 21.00
Hotel Preanger, Bandung, Sabtu, 6 September 2008, Pukul 15.30 – 18.00

Chapter 10: “Beratkah Berucap Terima Kasih?”
Hotel Sofyan Tebet, Jakarta, Jum’at, 12 September 2008, Pukul 18.30 – 21.00
Hotel Preanger, Bandung, Sabtu, 20 September 2008, Pukul 15.30 – 18.00

Siapkan diri dan jadilah bagian dari para pembelajar dari kehidupan ini. Informasi dan pendaftaran silahkan hubungi email: schooloflife.gaw@gmail.com

Investasi Rp. 200.000,- /chapter (get 5 free 1)
Bank Mandiri No. Rekening: 128-00-9802527-0
Atas nama ANDHIKA PURBO SWASONO

Kontak Info:
Jakarta : Bambang Sulisdjadi 081399980000
Andhika Purbo S 08561115545

Bandung : Novi Khotimah 022 92372700
0818 09673717