Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Thursday, August 10, 2006

15 USD = Hidup Satu Pekan Satu Keluarga Palestina

Jika tidak ada hambatan, direncanakan Rabu malam (9/8) tim ACT – Aksi Cepat Tanggap akan masuk ke Suriah dan Libanon melalui jalan darat. Jarak yang akan ditempuh sampai ke perbatasan Suriah hanya sekitar 3 jam, kemudian 3 jam kemudian diperkirakan sudah akan sampai di perbatasan Libanon. Perjalanan Rabu malam ini sambil membawa sejumlah bantuan menggunakan truk/container.

Sebelumnya, sepanjang hari Selasa (8/8) sejak pagi hingga tengah malam, tim disibukkan berbelanja barang bantuan yang akan dikirimkan ke Palestina dan Libanon. Dari jumlah dana bantuan yang dibawa ACT, diperkirakan akan mampu menghidupi 7500 keluarga Palestina dan Libanon selama satu pekan. Bantuan yang diberikan berupa sembako senilai 15 US Dollar. Satu keluarga akan mendapatkan satu box/paket sembako yang terdiri dari : Adas, Hummus (Makanan khas rakyat Palestina terbuat dari tumbuh-tumbuhan), Makaroni, Tuna, Sardens, Gandum, Minyak Goreng, Beras, The, Gula, Kopi, Rempah-Rempah, dan lain-lain yang jumlahnya mencapai sekitar 16 macam makanan.

Memprihatinkan
Seluruh makanan akan dimasukkan dalam satu box, dan setiap keluarga akan mendapatkan satu box. Bantuan dari masyarakat Indonesia yang dibawa ACT ini diharapkan akan sangat membantu rakyat Palestina dan Libanon yang kondisinya sangat memprihatinkan. Saat ini, setiap jiwa di Palestina maupun di Libanon yang porak poranda akibat gempuran militer Israel, hanya makan sekali satu hari. Kadang itupun masih harus menunggu jatah makan. Tak hanya gempuran Israel, yang akan membunuh rakyat Palestina dan Libanon, melainkan juga ancaman kelaparan.

Seluruh bantuan sudah dibelanjakan di Jordania. Pilihan untuk belanja di Jordania karena jarak Jordania -khsusnya kota Amman- sangat dekat dengan perbatasan Palestina. Untuk masuk ke Palestina hanya dibutuhkan waktu tak lebih dari 45 menit. Sayangnya, meski sudah mencoba berbagai upaya, tim ACT tetap tidak diperkenankan masuk wilayah Palestina yang kesemuanya dijaga sangat ketat. Padahal, tim sangat ingin masuk ke Palestina untuk menyampaikan langsung bantuan dari masyarakat Indonesia.

Dijelaskan oleh Dr. Ahmed Essa, Sekretaris Jamiah Nakobat, lembaga kemanusiaan yang menjadi partner ACT untuk Palestina dan Libanon, untuk bisa masuk ke wilayah Palestina dari perbatasan Amman, harus melewati minimal empat kali check point oleh militer Israel. Di setiap pos pemeriksaan, semua barang bantuan harus diturunkan untuk diganti dengan truk lainnya. Jadi truk dari Amman hanya bisa sampai di perbatasan, kemudian diganti dengan truk yang berada di dalam batas pagar check point pertama, begitu seterusnya pergantian kendaraan angkutan barang beserta sopirnya berlangsung di semua check point.

Tim ACT pun untuk bisa masuk harus mendapatkan visa khusus dari Israel. Dan rasanya itu tidak mungkin didapat. Ibrahim Musa Ibrahim Salamah, sopir taksi yang selama beberapa hari mengantarkan tim ACT ke beberapa tempat adalah warga asli Palestina. “Jangankan Anda, saya yang warga Palestina pun tidak bisa masuk ke negara saya sendiri” ujarnya. Karenanya, meski upaya dan rencana untuk masuk ke wilayah Palestina terus dilakukan, tim menjalankan missi kedua yakni menyampaikan bantuan untuk masyarakat Libanon.

Perjalanan Rabu malam (9/8) diyakini akan menemui beberapa hambatan, terutama di perbatasan Jordania – Suriah. Saat ini, ketiga nama anggota Tim ACT untuk Palestina dan Libanon sudah tercatat di kemiliteran Suriah. Kepastian itu didapatkan setelah Eko Yudho melakukan browsing internet dan mendapatkan website resmi milik Militer Suriah yang mencantumkan tiga nama relawan dari Indonesia, yakni Bayu Gawtama, Eko Yudho Pramono, dan Mohamad Husni yang berencana masuk ke Suriah. “Kami mengharapkan bantuan doa dari masyarakat Indonesia. Karena missi kami membawa nama bangsa,” ujar Eko.

Ya, Eko benar, karena setiap truk/container yang akan membawa bantuan dibalut spanduk bertuliskan “Indonesian Aid for Palestine & Lebanon” dan “ACT: Indonesia Team for Palestine & Lebanon” lengkap dengan bendera merah putih. (Gaw, dari Amman).

2 comments:

Anonymous said...

Subhanalloh, semoga dilancarkan, amiin

Anonymous said...

Subhanalloh, semoga dilancarkan, amiin