Ibrahim Musa Ibrahim Salamah, 26 tahun, supir taksi yang mengantar tim ACT-Aksi Cepat Tanggap kemana pun pergi untuk mencari alamat-alamat di Amman, Jordania yang sangat asing bagi anggota tim. Ada satu kesan yang ditangkap ketika kali pertama pemuda berwajah tampan ini mengantar tim ACT ke suatu tempat. Ketika Husni menyebut asal tim dari Indonesia, ia langsung terperanjat dan memekik, “Allahu Akbar, Anda saudara kami,” tentu saja dalam bahasa Arab.
Ibrahim mengaku sangat senang bisa bertemu orang Indonesia. Seperti halnya, semua orang yang pernah ditemui, komentar mereka setiap kali mendengar kata “Indonesia” adalah MUSLIM. Ya, bagi orang Jordania, Indonesia sangat terkenal dengan masyarakatnya yang mayoritas muslim dan jumlah ummat Islam terbanyak di dunia. Karenanya jangan heran, ketika Anda menyebut berasal dari Indonesia, serta merta orang Jordania akan menyapa, “Assalaamu’alaikum, muslim?”
Kembali kepada Ibrahim. Ada yang menarik setiap kali ia mengantar tim ACT, mulutnya tak henti melafazkan ayat-ayat Allah. Kadang ia mengeluarkan hadits, atau bahkan memberikan taushiah. “Ini taushiah kematian, untuk saya pribadi,” meski taushiah itu juga sangat mengena bagi tim ACT. Selidik punya selidik, tim ACT harus mengacungkan jempol kepada Ibrahim yang ternyata hafizh (penghafal) qur’an.
Ketika diceritakan bahwa tim ACT merupakan tim kemanusiaan yang membawa bantuan untuk rakyat Palestina dan Libanon yang sedang dilanda kekejian Israel, Ibrahim langsung berteriak, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar! Saya orang Palestina, saya ini Hamas. Saya Palestina, dan cita-cita saya bisa kembali ke Palestina,” walau Ibrahim tak pernah tahu kapan ia bisa kembali mengunjungi negaranya.
Sesungguhnya, sebagian besar penduduk kota Amman adalah orang Palestina, atau setidaknya keturunan Palestina. Di tahun 1967, orang-orang Palestina mengungsi ke Amman. Sangat dekat jarak Amman dengan perbatasan Palestina, tidak sampai 45 menit. Tim ACT sendiri membuktikannya dengan langsung mendatangi perbatasan tersebut. Namun, ketatnya penjagaan dan seringkali militer Israel bertindak tidak ramah kepada pengunjung, siapa pun dianjurkan untuk tidak mendekat. Dari perbatasan tersebut, tim bisa langsung melihat begitu ketatnya penjagaan militer Israel.
“Kami ingin sekali masuk ke wilayah Palestina,” ujar Husni kepada Ibrahim. Ibrahim pun tertawa kecil, “Saya yang Palestina dan masih memiliki identitas Palestina pun tidak bisa masuk. Apalagi Anda….”
Ibrahim bercerita tentang keluarganya yang sebagian besar menjadi mujahid (pejuang) di tanah para nabi, Palestina. Pada saat remaja, ia dibawa pergi orang tuanya dari Palestina ke Jordania. Sejak itulah ia tak pernah lagi menginjakkan kakinya di Palestina. “Andai ada kesempatan satu jam saja ke Palestina, saya hanya ingin sholat dua rakaat di Masjid Al Aqsha. Walau mungkin saja saya mengikuti jejak saudara-saudara saya berperang untuk kemerdekaan Palestina,” harapnya.
Pada kesempatan berikutnya, Ibrahim diminta tim ACT untuk berdoa untuk Palestina dan Libanon yang saat ini sedang terlibat pertempuran sengit dengan Israel. Sambil memegang kemudi, sedetik kemudian, rangkaian doa teramat indah mengalir dari mulutnya. Intinya, kepada Allah ia meminta pertolongan untuk muslimin Palestina, muslimin Libanon, muslimin Thailand, muslimin Irak, muslimin Indonesia, dan siapa pun yang masih menyebut “Laa ilaaha illa Allah, Muhammad Ar Rasuulullah”. “Ya Allah, hancurkan Israel, hancurkan Amerika, hancurkan siapa pun yang membantu Israel,” lanjutnya dalam doa.
Yang menarik dari doa Ibrahim adalah ketika dia meminta agar Allah mempersatukan seluruh warga Palestina dan ummat Islam di seluruh dunia. Karena hanya dengan bersatulah Palestina akan merdeka. “Seperti halnya saya, saya ingin orang-orang di sini kembali ke Palestina dan berjuang untuk negerinya,” sambil menunjuk kawasan bisnis, Simisani, yang hampir seratus persen dimiliki oleh orang atau keturunan Palestina. Diakui Ibrahim, semua orang Palestina di Jordania sangat ingin kembali dan berjuang bersama-sama. Namun hal itu nampaknya sulit dilakukannya, karena tidak ada jalan untuk masuk ke Palestina selain melewati empat kali check point tentara Israel dari perbatasan Amman-Palestina.
Jangankan Ibrahim. Ali Syarqawi, General Manager Al-Munashara Islamic Zakat Committee for Palestinian People pun berujar singkat ketika tim ACT utarakan keinginan untuk masuk wilayah Palestina. “Jika bisa, saya sudah lebih dulu berada di Palestina dan mungkin tidak bertemu di sini,” katanya. Sebagian bantuan yang diamanahkan untuk Palestina, akan disalurkan lembaga yang berkedudukan di Jordania ini.
Ali Syarqawi, Ibrahim Musa, dan jutaan orang di Amman, Jordania, senantiasa menjaga mimpi mereka untuk menginjakkan kaki di tanah Palestina. “Kami orang Palestina yang untuk ke negara kami sendiri pun tidak bisa,” ujar Ali Syarqawi. Dari Amman-lah mereka menyatukan langkah untuk merawat cita-cita kemerdekaan Palestina. “Ya, karena sebagian besar warga Amman adalah orang Palestina,” jelas Ibrahim. (Gaw)
No comments:
Post a Comment