Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Wednesday, August 30, 2006

Social Workers, Profesi yang Tidak Diminati?

Adakah diantara anak-anak Anda yang bercita-cita menjadi pekerja sosial? Pernahkah mereka berteriak lantang, "Pekerja sosial" untuk menjawab pertanyaan guru di kelas tentang profesinya setelah dewasa nanti? atau adakah orangtua yang memersiapkan satu saja -diantara sekian anaknya- untuk menjadi pekerja sosial?

Pertanyaan lain, benarkah pekerja sosial (social workers) tidak pernah menjadi cita-cita yang dituliskan remaja-remaja yang menjelang dewasa dalam kertas mimpi mereka sepuluh tahun yang akan datang? Atau memang para orang tua tak memperkenankan dan mengarahkan anak-anaknya menjadi pekerja sosial, lantaran satu pandangan bahwa kegiatan sosial masih bisa dikerjakan sambil waktu, di paruh waktu dan sisa waktu. Misalnya hanya pada saat akhir pekan saja, atau disaat memasuki usia pensiun (produktif).

Pertanyaan lain yang juga harus dijawab. Apakah masalah sosial hanya bisa ditangani oleh pejabat negara bersangkutan? bukankah peran masyarakat begitu besar untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial, seperti kemiskinan, bencana alam, konflik sosial, dan berbagai bentuk patologi sosial yang terus menerus muncul dengan ragam dan bentuk terbarunya. Tak menjadi pentingkah keberadaan lembaga-lembaga sosial lengkap dengan para pekerja sosialnya? Dan, bukankah masalah kemiskinan, bencana alam, konflik dan lain sebagainya itu tak hanya datang di akhir pekan atau hari libur saja?

Bencana alam, kemiskinan dengan berbagai derivasinya, atau konflik bisa hadir kapan saja. Kadang menimpa orang-orang yang jauh dan sangat tidak kita kenal. Meski suatu saat dan sangat mungkin mendatangi orang-orang terdekat, sanak famili, kerabat, sahabat, bahkan diri kita sendiri. Dan yang pasti, butuh penanganan cepat, serius, tidak setengah-setengah, profesional, serta tidak menunggu akhir pekan.

Mengingat begitu banyaknya masalah-masalah sosial yang terus terjadi, dibutuhkan sinergi yang baik antara pemerintah, masyarakat dan lembaga sosial. Pemerintah sebagai penentu kebijakan, masyarakat sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar yang turut memberikan sumbangsihnya, dan lembaga sosial sebagai eksekutor di lapangan yang mendapat mandat dan kepercayaan penuh, baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Idealnya seperti ini.

Lembaga kemanusiaan asal Cuba, Brigada Medicana Cubana, misalnya, bisa menjadi contoh ideal sinergi yang cantik antara pemerintah, masyarakat dan lembaga tersebut. Tanggal 5 September 2006, lembaga kemanusiaan tersebut akan meninggalkan Jogjakarta dan Klaten untuk kembali ke negaranya setelah sekitar 3 bulan mendedikasikan waktu, pikiran, tenaga, harta dan keterampilannya membantu para korban gempa Jogja dan Jawa Tengah. Lembaga tersebut membawa serta tim kemanusiaannya yang berjumlah sekitar 95 orang dan mendirikan 2 rumah sakit lapangan di Klaten. Sesungguhnya, apa yang dilakukan lembaga tersebut tak jauh berbeda dengan lembaga kemanusiaan lain dari negeri sendiri. Yang membedakan adalah, bahwa hampir setiap hari mereka mendapat telepon langsung dari Fidel Castro, pimpinan negara tersebut. "Bekerjalah sebaik-baiknya, kalian semua adalah kebanggaan kami karena datang mewakili negara," begitu kira-kira yang dipesankan Castro.

Sungguh, iri rasanya mendengar kisah mereka tentang perhatian dan dukungan penuh yang didapat dari pemerintah dan masyarakatnya. Kerinduan yang teramat sangat untuk kebanyakan lembaga sosial non pemerintah, untuk mendapatkan sekadar "Apa kabar para relawan?" dari pimpinan atau pejabat negara ini.

Terlepas dari adanya oknum dan lembaga yang kurang dipercaya lantaran kasus tertentu yang kemudian menciptakan negative image bagi lembaga sosial/kemanusiaan secara keseluruhan, sesungguhnya kerja-kerja lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan akan lebih solid, profesional, cepat dan bertanggungjawab jika kepercayaan dan dukungan terus diberikan. Memang, butuh waktu dan perjuangan melelahkan untuk menghadirkan dukungan dan kepercayaan tersebut. Karena untuk mendapatkan satu orang yang percaya saja begitu sulitnya, terlebih sebuah komunitas masyarakat.

Tentu saja, masyarakat berhak untuk menentukan percaya kepada siapa dan lembaga apa. Masyarakat juga berhak untuk mengkritik, mempertanyakan, dan meminta pertanggungjawaban dari lembaga yang dipercayanya. Jelas, karena mereka telah mencoba menitipkan amanah donasinya untuk disampaikan langsung kepada para penerima manfaat. Namun, selain tuntutan dan kritikan tersebut, dukungan yang lebih dan peningkatan kepercayaan adalah hal lain yang juga diharapkan.

Social Workers
Kembali ke persoalan pekerja sosial sebagai profesi. Banyak faktor yang menyebabkan orang belum mau menjadikan pekerja sosial sebagai profesinya. Pertama, soal bonafiditas. Sebagian besar masih menempatkan pekerjaan lain, misalnya Engineer, Banker, atau bahkan guru, jauh lebih bergengsi tinimbang menjadi pekerja sosial. Kedua, alasan benefit. Salary yang didapat sebagai pekerja sosial tidaklah besar, itu pun tergantung seberapa besar lembaga sosial tersebut. Alasan ketiga, dan ini yang paling banyak mempengaruhi adalah soal masa depan. Masa depan para pekerja sosial dianggap tidak jelas, sangat tergantung dengan kontinuitas lembaga itu sendiri. Berakhir lembaga itu, berakhir pula masa depannya.

Cobalah telisik, benarkah mereka yang bekerja sebagai pekerja sosial itu orang-orang yang kalah bersaing dan tidak mendapatkan tempat dalam pekerjaan lain? Ada anggapan seperti ini yang beredar di masyarakat. Sesungguhnya tidak demikian, pakerja sosial adalah sebuah pilihan, seperti halnya orang lain memilih untuk menjadi banker, enginer, dokter, arsitek, pengusaha dan lain sebagainya. Selalu ada alasan bagi setiap individu untuk menentukan dimana dan sebagai apa ia berkarir, begitu pula ketika seseorang memilih pekerja sosial sebagai profesinya. Cobalah datangi langsung lembaga-lembaga tersebut, orang-orang di dalamnya bukan sekadar lulusan SMA (highschool). Jebolan S1, S2 dan S3 dari perguruan tinggi terkenal dalam dan luar negeri kini menghuni lembaga sosial, sama halnya dengan mereka yang bekerja di perusahaan besar dan menjalani profesi lainnya.

Padahal, ada nilai kemuliaan yang diusung oleh orang-orang yang terjun langsung di lembaga sosial. Bahwa ada sebagian orang yang tidak berorientasi nilai salary (upah) ketika ia mantap memilih profesinya. Ketika kebutuhan untuk mengaplikasikan diri jauh lebih tinggi dari kebutuhan dasar dan status sosial, dan disaat kesadaran penuh keyakinan bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. Bukan berarti profesi lain tak bermanfaat untuk orang lain, karena ini sama halnya dengan mementahkan peran masyarakat luas untuk mendukung lembaga sosial/kemanusiaan. Tetapi para pekerja sosial ini, ingin menjadi orang yang bersentuhan langsung dengan para penerima manfaat, menyampaikan salam cinta dari para donatur yang menaruh kepercayaan ditangannya kepada orang-orang yang berhak dan tepat. Yang tak kalah pentingnya, ada kenikmatan yang takkan tergantikan saat melihat senyum para penerima manfaat. Meski tangan pekerja sosial hanyalah kepanjangan tangan dari para donatur, namun ada sebuah kebahagiaan yang tak sebanding dengan berapa pun bayarannya ketika mendengar ungkapan, "terima kasih, sampaikan salam kami untuk para dermawan".

Tantangan terbesar yang selalu dicari oleh para pekerja sosial dan secara tidak langsung oleh lembaga tempatnya berkiprah adalah mendapat kepercayaan dan dukungan. Sungguh, keduanya menjadi tolok ukur terpenting yang memberi kepuasan, sekaligus menjadi tantangan berikutnya, yakni menjaga kepercayaan dengan tetap amanah dalam menjalankan programnya. Ada yang bilang, dibutuhkan orang-orang `aneh`, `gila` dan bermental baja untuk bekerja di lembaga sosial. Ini ada benarnya, karena memang tidak mudah dan tidak semua orang mau serta mampu menjadi pekerja sosial.

Bayu Gawtama
Seorang pekerja sosial dari lembaga kemanusiaan ACT-Aksi Cepat Tanggap

Tuesday, August 29, 2006

Ramadhan Sebentar Lagi. Sudah Siap?

Atmosfernya sudah terasa. Bulan suci itu semakin dekat hadirnya, sumringah terlihat di wajah-wajah mukmin yang hampir setahun sudah menantinya. Di beberapa ruas jalan, spanduk-spanduk menyambut kedatangan tamu agung ini sudah terpasang, "Marhaban ya Ramadhan, bulan berkah penuh maghfirah" atau kalimat yang lumayan singkat namun menyentak, "Ramadhan sebentar lagi, sudah siap?"

Ya. Sudah siapkah kita menghadapi kehadiran tamu agung itu? meski sebagian orang masih bertanya, apa saja yang perlu dipersiapkan? bahkan sebagian lain menganggap bulan suci Ramadhan tak bedanya dengan bulan-bulan lainnya, selain jam makan saja yang berubah. Sementara sebagian lainnya, mereka yang mulai tersenyum seraya menitikkan air mata berharap hari-hari ke depan masih menjadi miliknya, agar kembali berjumpa dengan keberkahan Ramadhan.

Benarkah kita telah siap? Apa saja yang sudah kita siapkan? seberapa banyak bekal sudah dikumpulkan untuk Ramadhan? Jangan-jangan belum satu hal pun tersiapkan menjelang hari-hari kedatangan bulan mulia ini. Padahal, kedatangan bulan Ramadhan akan membawa selangit keberkahan kepada siapa saja yang menantinya, menyertakan segunung karunia untuk semua yang merindukannya, dan menjinjing selautan ampunan bagi hamba yang mengharapkannya. Maka, sudah siapkah kita dihujani keberkahan, karunia, ampunan dan segala kemuliaan tertinggi yang tak datang di sebelas bulan lainnya itu?

Kalau saja berbagai stasiun televisi sudah mulai menayangkan beberapa acara ramadhan, dan bertumpuk paket ramadhan lainnya siap diluncurkan menjelang datangnya bulan suci, lantaran mereka sudah memersiapkannya jauh-jauh hari. Itu karena para pengelola stasiun televisi tahu betul, bulan ramadhan membawa banyak berkah juga untuk mereka. Dan tak satu pun dari mereka yang menyia-nyiakan kesempatan emas yang belum tentu dialami di tahun yang akan datang. Begitu juga dengan media-media lainnya, tak pernah ketinggalan menggarap berbagai paket Ramadhan. Jelas karena semua tahu, hadiah, keberkahan, kenikmatan, dan keindahan Ramadhan takkan pernah habis oleh seberapa banyak pun yang memperebutkannya.

Bagaimana dengan kita? Jangan sampai kita hanya bersiap-siap menjadi penikmat tayangan Ramadhan itu. Karena semestinya setiap mukmin memiliki agenda masing-masing. Jangan kalah semangat untuk berebut keberkahan Ramadhan, jangan lemah bersaing untuk meraih nikmatnya, dan jangan pernah menyerah merengkuh ampunan yang disedikan Allah di bulan suci ini. Sebab, belum tentu kita bertemu Ramadhan di tahun yang akan datang.

Siapkanlah diri, fisik, hati, mental, pikiran kita untuk menyambut bulan Ramadhan. Siapkan segalanya untuk meraih predikat terbaik dari milyaran hamba Allah yang digembleng, kemudian keluar sebagai pribadi unggul yang mengagumkan. Apa yang sudah kita siapkan hari ini? padahal ianya datang tinggal beberapa hari saja, tanyakan pada diri sendiri... (Gaw)

Friday, August 25, 2006

Jeruk Busuk Rasa Manis

Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, "Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?"

Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.

Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.

Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, "Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?" suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.

Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.

Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya? Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. "Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa," kata si Ayah kepada keluarganya.

Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.

Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, "Jeruk asam begini kok dibawa..."

Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli sepeti jeruk manis dan segar.

Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.

Bayu Gawtama

Wednesday, August 23, 2006

Cermin Masa Lalu

Di masa kecil, saat pertama menyentuh benda bernama sepeda, kaki ini gemetar. Gemuruh di dada tak tertahankan sementara kedua tangan mencengkeram erat stang sepeda, padahal belum juga terkayuh pedal di kaki. Kedua mata menatap tajam menunggu lengang sepanjang jalan tertatap di depan, sebelum kayuhan pertama diayunkan. Satu kayuhan pun terayun, dan... lutut memar, lengan berdarah, ditambah kening sedikit benjol beradu kuat dengan aspal.

Menyerah? tentu tidak. Meski harus kembali terluka, menambah benjolan di sisi lain kening, atau menutup luka kemarin dengan luka yang baru, semangat tak pernah luntur demi bisa berdiri di atas sepeda roda dua. Esok hari, tambah lagi luka baru, atau luka yang sama bertambah parah, tetap saja terus berusaha mengayuh sepeda. Tiga kayuhan pertama, jatuh. Esok mendapat tujuh kayuhan, kemudian jatuh. Sebelas kayuhan, jatuh lagi dan seterusnya entah sudah keberapa ratus kali aspal jalan depan rumah itu bersahabat dengan lutut, lengan, kening ini. Hingga akhirnya jalan lurus, jalan terjal, mendaki dan turunan, hingga berlubang pun mampu dilewati dengan lincah, cepat dan yang penting, tidak lagi jatuh.

Menanjak remaja, sepeda motor pun dijajal. Tak peduli meski orang tua belum sanggup membelikannya, yang penting bisa dulu. Kali pertama menunggang kuda besi itu, ladang orang pun menjadi tempat pendaratan terbaik. Luka lama kembali terbuka, namun itu tak menyurutkan semangat. Malu rasanya tak mampu mengendarai motor layaknya semua teman lelaki di kampung. Bermodal semangat dan kepercayaan diri, ditambah sedikit gengsi kelelakian, melajulah motor tanpa lagi tersuruk di kebun singkong, tak lagi terparkir di tempat yang salah.

Di masa lalu, jatuh bangun pernah dialami. Sakit, luka, menangis, berdarah-darah menjadi sahabat sehari-hari. Tapi sakit, luka, air mata dan darah yang pernah menetes itu menjadi saksi bahwa semangat diri tak pernah padam untuk meraih keberhasilan. Tak hanya semangat, cita-cita untuk sekadar bisa melenggang mulus di atas sepeda atau motor yang begitu kuat, membuat diri rela jatuh bangun dan terluka. Sebuah pengorbanan yang harus dibayar.

Di masa lalu, kegagalan demi kegagalan pernah sangat rekat dengan diri ini. Pernah juga beberapa kesuksesan menjadi bagian kehidupan, gerimis hati ini saat menjalaninya. Jutaan jalan berlubang pernah terlalui, beberapa kali terjerembab di dalamnya. Jalan gelap begitu sering harus ditapaki, tak jarang menemui jalan buntu. Tak terbilang peluh saat mendaki, sementara senang tak terkira ketika mendapati jalan menurun. Yang membuat diri tak percaya, sungguh semuanya pernah dilalui.

Di masa silam, ada banyak sahabat baru berdatangan dan mengiringi hari-hari penuh kehangatan. Tak berbeda masanya, beberapa sahabat pernah pula meninggalkan diri, menjauh dan tak lagi pernah tahu gerangan dirinya. Pilu ketika harus berpisah, haru saat berjumpa kembali. Begitu banyak cinta bersemi, meski di waktu yang sama ada pula yang menabur benci pada diri.

Ketika masih sama-sama di bangku pendidikan, bersama sahabat mengukir mimpi. Melukis masa depan, membayangkan akan menjadi apa diri ini kelak, usia berapa menikah, seperti apa pasangan hidup nanti, berapa banyak anak yang dihasilkan, apa jenis kendaraan yang diinginkan, rumah sebesar apa yang didambakan, berapa banyak yang diinginkan saat kali pertama gajian, dan apa yang ingin dibeli dengan gaji pertama itu.

Waktu berlalu, mimpi terlewati, ada yang terwujud, tak sedikit yang menguap bersama awan di langit. Lukisan masa depan semakin buram, tak lagi jernih seperti saat pertama ditorehkan di atas kanvas harapan. Ada yang menyesali langkah tak tepat yang pernah ditempuh, ada yang mensyukuri karena tak selamanya apa yang dianggap benar, benar pula menurut Sang Maha Berkehendak.

Kita memang tak pernah bisa tahu yang akan terjadi besok, tetapi kita pernah punya masa lalu yang telah banyak memberi pengajaran. Kita pernah jatuh, terpuruk, sedih, bahagia, manis, pahit, terbang, menangis, tertawa, sendiri, bersama, di masa lalu. Sedangkan masa depan, kita hanya bisa mengukirnya di dalam bingkai mimpi, hanya bisa mengira, merencana dan merekayasa. Justru karena itulah, kita mesti belajar dari masa lalu. Karena masa lalu telah pernah mengajarkan semuanya. Bercermin dari masa lalu, agar rencana dan rekayasa untuk mimpi masa datang lebih mendekati kenyataan.

Bayu Gawtama

Monday, August 14, 2006

Jika Esok Tak Pernah Datang

Setiap bangun tidur dan membuka mata, yang terucap adalah kalimat syukur bahwa Allah masih mengizinkan diri ini kembali melihat fajar. Merasai hembusan angin pagi yang menerobos celah jendela, dan menjumpai semua yang semalam terlihat sebelum mata terpejam masih seperti sedia kala, tidak ada yang berubah.

Kemudian melangkahlah dengan iringan doa di gerbang mungil menuju arena perjuangan kehidupan. Dengan tuntunan-Nya lah diri ini tak melangkah ke jalan yang salah, tak menjamah yang bukan hak, tak melihat yang dilarang, tak memamah yang tak halal, tak mendengar yang batil, dan tak banyak melakukan yang sia-sia. Karena setiap waktu yang terlewati pasti akan ditagih tanggungjawabnya. Lantaran semua jalan yang dilalui akan dimintai kesaksiannya atas diri ini. Dan sebab seluruh indera ini akan diminta bicara tentang apa-apa yang pernah tercipta.

Hari ini, masih ada lalai terbuat. Masih juga lengah sehingga khilaf tercipta. Meski segunung taushiah pernah didengar, mulut ini masih terselip berucap dusta, saringan telinga ini tetap tak mampu membendung suara-suara melenakan, dan masih saja ada perbuatan yang salah, walau itu dalam bingkai alpa. Padahal, di setiap terminal ruhiyah, sedikitnya lima kali sehari lidah ini berucap, tangan ini tertengadah, dan mata menitikkan butir bening, seraya memohon perlindungan dari Allah dijauhkan dari salah dan dosa. Tetapi, masih juga langkah ini menuju arah yang sesat.

Setiap hari menangis, setiap hari meminta ampunan, setiap hari berbuat salah. Hari ini mencipta dosa, esok sibuk bersujud, meluluhkan air mata, menyusun kalimat doa, menganyam pinta semoga Allah menghapusnya dalam sekejap. Detik ini berbuat salah, terlalu lama menghapusnya, bahkan kadang lupa. Padahal, bisa saja sedetik kemudian diri ini tak lagi sempat memohon ampunan. Lupakah bahwa waktu sangat cepat berlalu. Lupakah pula bahwa menyesal di akhirat hanyalah kesiaan yang nyata?

Bagaimana jika hari esok tak pernah datang, padahal baru saja seharian ini berenang di lautan dosa. Padahal belum sempat menghapus noda hari ini, kemarin, sepekan yang lalu, setahun lalu, dan bertahun-tahun yang lalu. Bagaimana jika Allah tak berkenan membukakan mata kita setelah sepanjang malam terlelap? bagaimana jika perjumpaan dan canda riang bersama keluarga semalam adalah yang terakhir kalinya. Ketika esok harinya ruh ini melihat seluruh keluarga menangisi jasad diri yang terbujur kaku berkafan putih.

Bagaimana jika matahari esok terbit dari barat, tak seperti biasanya dari timur? Padahal hari ini lupa menyebut nama-Nya. Padahal di hari ini, belum sempat mengunjungi satu persatu keluarga, kerabat, sahabat, tetangga, dan orang-orang yang pernah tersakiti oleh lidah dan tindakan kita. Sudah terlalu lama tak mencium kaki orang tua mencari keridhaannya, walau tak terhitung salah diri. Belum lagi sempat berderma, setelah derma kecil beberapa tahun lalu yang sering kita banggakan.

Dan jika memang esok tak pernah datang. Sungguh celakalah diri ini. Benar-benar celaka, bila belum sempat mencuci dosa sepanjang hidup. Bila belum mendengar ungkapan maaf dari orang-orang yang pernah terzalimi, bila belum menyisihkan harta yang menjadi hak orang lain, bila belum sempat meminta ampun atas segala salah dan khilaf yang tercipta.

Maka, saat pagi ini Allah masih memperkenankan diri menikmati fajar, mulaikan hari dengan kalimat, "terima kasih, Allah" (Gaw)

Saturday, August 12, 2006

Kami Antar Sampai Perbatasan

“Maaf”, kalimat inilah yang harus diutarakan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Tim ACT tahu, harapan masyarakat begitu besar kepada tim ACT-Aksi Cepat Tanggap untuk bisa menembus wilayah Palestina atau Libanon. Disadari pula akan ada kebanggan yang membuncah saat tahu ada anak bangsa yang berjuang dalam missi kemanusiaan di tanah para nabi, Palestina. Akan ada rasa haru saat melihat bendera merah putih beserta anak-anak muda yang memegang erat dua warna negara itu berdiri di tengah negara yang berkecamuk, Libanon.

Tetapi sungguh, ternyata amat sulit untuk bisa masuk ke wilayah Palestina. Tim ACT yang dikirim pun mendapati banyak kesulitan setiap kali berusaha untuk bernegosiasi untuk bisa masuk. Bantuan maksimal yang diberikan berbagai pihak, termasuk KBRI di Amman, juga belum mampu meloloskan tim ke tanah para nabi. Jelas, karena Palestina sendiri belum mampu berbuat apa-apa terhadap negerinya sendiri, kecuali mempertahankan haknya dengan terus melawan dari dalam. Sementara yang di luar, tak henti menyokong dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Hanya ada dua jalan memasuki negeri Palestina, Jordania dan Mesir. Dari Jordania hanya memakan waktu 40 menit hingga perbatasan dengan Palestina. Namun seluruh perbatasan dijaga ketat oleh militer Israel. Sementara dari perbatasan dengan Mesir, sedikit 2500 tentara Israel bersiaga di perbatasan. Ketatnya penjagaan karena diduga banyak aktivis yang masuk ke Palestina dari Mesir. Tak satu pun saat ini yang mampu menembus barikade Israel menuju Palestina, kecuali lembaga-lembaga tertentu yang sudah mengantongi izin khusus karena jaminan pemerintah Jordania.

“Saya kira ini skenario Allah. Jika awalnya kita hendak ke Suriah, kemudian beralih ke Jordania yang justru lebih dekat ke Palestina. Kalau pun kami tak bisa masuk ke wilayah Palestina, setidaknya kami mendapat keyakinan bahwa bantuan dari masyarakat Indonesia akan sampai ke Palestina berkat bantuan lembaga kemanusiaan yang mempunyai akses ke Palestina,” papar Eko Yudho, salah satu anggota tim kemanusiaan ACT untuk Palestina dan Libanon.

Tim ACT merasa kedatangan ke Jordania adalah langkah tepat. Mengingat amanah bantuan yang dibawa memang diprioritaskan untuk Palestina. “Kalau kami ke Suriah, bantuan akan diarahkan ke Libanon, karena Suriah memang berbatasan langsung dengan Libanon. Sementara tidak ada sama sekali perbatasan antara Suriah dengan Palestina,” lanjut Eko.

Sedangkan dari Jordania, tim ACT dengan dibantu KBRI dan beberapa lembaga kemanusiaan seperti Jamiah Nakobat (The Profesional Associated) dan Al Munashara Islamic Zakat Committee for Palestinian People, bisa menyalurkan bantuan ke Palestina dan Libanon. Bantuan untuk Palestina disalurkan melalui Al Munashara, sementara untuk ke Libanon ditangani Jamiah Nakobat. Kamis (10/8) siang –sebelumnya direncanakan Rabu malam- Dua truk Container yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Libanon diberangkatkan melewati perbatasan Suriah dan langsung ke Libanon. Perjalanan hingga ke perbatasan Jodan-Suriah memakan waktu hingga 2 jam, sedangkan dari Suriah ke perbatasan Libanon mencapai 3 jam. Sejak keberangkatan dari kantor Jamiah Nakobat, tim ACT mengawal langsung bantuan tersebut hingga perbatasan. Namun karena tim tidak diperkenankan melewati perbatasan, perjalanan selanjutnya ke Libanon diteruskan oleh para relawan ACT yang direkrut di Jordania. Yakni mereka yang punya akses langsung hingga ke Libanon.

Libanon tolak bantuan pasukan
Baru-baru ini, Pemerintah Suriah maupun Libanon mengeluarkan kebijakan sehubungan dengan makin parahnya konflik yang terjadi di Libanon. Suriah yang berbatasan langsung dengan Libanon tidak ingin negaranya menjadi pintu masuk warga asing yang hendak ke Libanon. Sehingga kedua negara tersebut mengeluarkan kebijakan baru, bahwa tidak satu pun warga asing yang diperkenankan masuk ke wilayah Libanon dengan alasan apa pun, Baik alasan kemanusiaan terlebih alasan militer. Libanon menolak keras orang asing masuk ke wilayahnya, sehingga jika ada bantuan kemanusiaan hendaknya disalurkan melalui lembaga Hilal Ahmar Libanon.

Bahkan Kamis (10/8) pagi, salah satu petinggi Hizbullah, Syekh Nasrullah menegaskan bahwa untuk saat ini pihaknya menolak pengiriman bantuan berupa pasukan atau orang-orang yang hendak berjihad –berperang- di Libanon. Dua hal yang mendasari pernyataan tersebut, pertama Hizbullah tidak ingin pihak asing tahu kekuatan mereka sesungguhnya dan strategi yang dilancarkan untuk melawan Israel. Alasan kedua, tentara Hizbullah adalah tentara yang diakui memiliki kelebihan di atas rata-rata. Sehingga dikhawatirkan kedatangan orang-orang asing untuk berjihad justru merepotkan mereka.

Karenanya, bantuan dari masyarakat Indonesia pun hanya diantar tim ACT hingga perbatasan. Jangankan melewati perbatasan, mengambil gambar dengan kamera pun sangat terlarang. Jika tertangkap basah menggunakan kamera, kamera akan dihancurkan petugas. Eko menjelaskan, “Suriah menolak kedatangan kami. Mereka sudah hafal dengan nama-nama kami, karena nama kami sudah terdaftar di situs resmi kemiliteran Suriah. Boleh jadi ini alasan utama tidak bisa masuknya kami ke Suriah.” Secara tidak sengaja tim ACT menemukan sebuah situs resmi milik militer Suriah yang mencantumkan tiga nama anggota tim kemanusiaan ACT. Dan tak hanya di Suriah, bahkan selama berada di Jordania pun langkah tim ACT selalu ada yang mengawasi. “Kami sering melihat orang-orang tertentu yang kerap mengawasi. Bahkan saat kami makan pun ada beberapa yang mengambil gambar kami dengan kamera mereka. Kami seperti selebritis saja,” seloroh Husni, anggota tim lainnya.

Yang lumayan mencengangkan, ketika tim ACT memasuki sebuah toko. Tiba-tiba penjaga toko berseru, “Hey, I know you…” tetapi ia masih sedikit ragu. Kemudian tak lama kemudian penjaga toko tersebut berseru lagi, “I saw you on tv or internet. But I don’t care”. Mungkinkah wajah-wajah tim ACT sudah tersebar di internet? Ini yang masih dicari tahu oleh tim.

Terlebih, seluruh bandara internasional di Timur Tengah memperketat pemeriksaan terhadap warga asing yang akan masuk dan keluar sebuah negara di timur tengah. Boleh jadi, rencana kepulangan tim ACT ke Indonesia pekan ini pun akan mengalami sedikit hambatan. “Semua barang bawaan akan diperiksa, sepatu harus dibuka. Bahkan ibu yang membawa bayi pun, botol susunya harus diperiksa karena dikhawatirkan menyimpan zat kimia untuk bahan peledak,” jelas Eko yang berharap kepulangan tim akan berjalan lancar.

Usai sholat Jum’at di KBRI Amman, Duta Besar RI untuk Jordania, Ribhan menitipkan pesan kepada masyarakat Indonesia, bahwa KBRI siap memfasilitasi bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. “Kami tahu dan kenal dekat lembaga di sini yang punya akses masuk ke wilayah Palestina untuk menyampaikan bantuan,” ujarnya. Seluruh staf KBRI di Amman telah sangat membantu tim ACT dalam menyampaikan bantuan kemanusiaan untuk Palestina dan Libanon. Meski tidak bisa masuk wilayah Palestina, tim ACT semakin yakin bahwa bantuan akan sampai kepada rakyat Palestina.

Dan kepada seluruh masyarakat Indonesia, tim ACT menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya karena mungkin tidak bisa memenuhi harapan lantaran tidak bisa menembus wilayah Palestina. “itu diluar kekuasaan kami,” tegas Bayu Gawtama. Meski hanya bisa mengantar sampai perbatasan, tim ACT sangat percaya bantuan dari masyarakat Indonesia akan sampai ke tangan yang benar, karena disalurkan melalui lembaga yang profesional dan dipercaya. “Terima kasih atas kepercayaan dan harapan masyarakat yang begitu besar kepada kami,” tutup Bayu.

Friday, August 11, 2006

Derita Rakyat Palestina Bangkitkan Patriotisme

Setiap menit, seluruh stasiun televisi di Jordania menayangkan perkembangan berita terkini pertempuran pasukan Hizbullah Libanon dengan Israel. Mulai dari penyiar hingga gambar yang ditampilkan lebih sering menggambarkan kemenangan Hizbullah atas Israel dalam banyak pertempuran di beberapa tempat.

Salah satu berita menggambarkan, serangan darat pasukan Israel yang mengepung sebuah perkampungan di Libanon Selatan ternyata gagal total. Justru ketika sejumlah pasukan setingkat 1 SSK itu sudah masuk, mereka lah yang dikepung Hizbullah. Habislah tentara Israel. Rupanya Hizbullah mampu mensiasati kekalahan mereka dalam hal peralatan tempur dengan strategi hide and seek, mereka seolah ada di suatu tempat dan diyakini oleh militer Israel berada di tempat tersebut sehingga diterjunkan pasukan darat ke wilayah tersebut. Namun ternyata tidak satu pun ditemukan, dan selang beberapa saat mereka sudah terkepung oleh pasukan Hizbullah.

Kemenangan demi kemenangan yang kerap ditampilkan di layar tv mampu menciptakan patriotisme tersendiri bagi orang Jordania. "Hizbullah bunuh 12 tentara Israel pagi ini", atau "4 lagi tentara Israel tertembak" adalah kalimat yang sangat sering terdengar dalam pembicaraan banyak orang Jordania di berbagai tempat. Belum lagi hentakan, "Allaahu Akbar!" mengiringi setiap kalimat yang menggambarkan kehebatan Hizbullah.

Perjuangan Hizbullah Libanon melawan Israel juga tak lepas dari semangat patriotisme yang bangkit setelah menyaksikan kekejaman Israel yang tak henti-hentinya melancarkan agresi ke wilayah-wilayah Palestina. Membunuh anak-anak dan wanita, orang tua, dan orang-orang tak bersenjata. Patriotisme langsung bangkit setiap kali menyaksikan seorang remaja bersenjatan batu di tangannya berhadapan dengan tank Israel, melihat ketapel-ketapel berhadapan dengan senjata mesin berteknologi mutakhir, melihat bayi-bayi Palestina dalam keadaan tak bernyawa dengan kepala yang bolong tertembus peluru, atau dengan tangan yang terpisah dari raganya, atau dengan perut yang terkoyak oleh cabikan bayonet tentara Israel. Patriotisme juga pasti muncul saat harus mendapati kenyataan bahwa Palestina adalah sebuah banga berdaulat yang hendak dicaplok oleh sekelompok orang Yahudi Israel yang didukung penuh tanpa batas oleh Amerika Serikat.

"Kami adalah Palestina, Kami Palestina, jangan ragukan itu" kalimat ini banyak terdengar setiap kali bertemu dengan para aktivis Islam di Jordania. Ada dua hal yang mendasari pernyataan-pernyataan tersebut, pertama, mereka memang benar-benar orang Palestina atau setidaknya keturunan Palestina. Mengingat sebagian besar penduduk Amman adalah warga keturunan Palestina. Dasar kedua, apalagi kalau bukan semangat patriotisme itu. Masalahnya bagi rakyat Palestina, mereka yang berada di luar tidak bisa masuk. Begitu juga dengan yang berada di wilayah Palestina, hidup mereka senantiasa di bawah bidikan senjata-senjata militer Israel. "Kami ingin berjuang membantu saudara kami di dalam, tapi kami tidak bisa masuk," terang Ali Syarqawi pimpinan Al Munashara Islamic Zakat Committee for Palestinian People.

Kekuatan yang tak diduga
Menurut Dr. Zkei Bany Arshead, salah satu pimpinan tertinggi Islamic Action Party, Jordania, baik Amerika maupun Israel tak menduga kekuatan yang dimiliki Hizbullah. Awalnya Amerika yang mempunyai rencana besar atas Timur Tengah dan Bangsa Arab, mengira hanya dengan beberapa kali gempuran Hizbullah akan habis. Namun ternyata begitu sulit bagi Israel maupun Amerika menghabisi Hizbullah dan Libanon. Amerika dan Israel pun gusar sehingga melancarkan serangan membabi buta ke seluruh kawasan Libanon. Serangan yang dilancarkan pun meluas sehingga tak hanya muslim Libanon yang menjadi korban. Tak sedikit jumlah korban Libanon yang beragama Kristen dan Katolik, sehingga warga Kristen Libanon pun marah kepada Amerika. Lagi-lagi, patriotisme muslim dan Kristen Libanon bersatu untuk mendukung pasukan Hizbullah melawan Israel.

Tak heran lah jika patriotisme dan dukungan kepada Hizbullah dan Palestina semakin kuat dari berbagai negara, termasuk di Indonesia. Kini, puluhan ribu muslim Indonesia bersedia mati untuk membela saudara-saudara mereka di Palestina dan Libanon. Semangat pembelaan terlihat di banyak negara di dunia, meski ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Dari yang bersedia mati bertempur bersama, hingga yang tak henti berdoa di sepanjang waktunya untuk perjuangan Palestina. Mulai dari Hizbullah yang mengangkat senjata, hingga pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Libanon dan Palestina. "Insya Allah semua akan bernilai sama. Yang penting kita jaga semangat pembelaan ini," ujar Dr. Zkei.

Sangat ditunggu patriotisme dari seluruh muslim di dunia untuk mendukung perjuangan Palestina dan Libanon dengan beragam bentuknya. Tak mampu angkat senjata, silahkan ulurkan tangan berinfak untuk keberlangsungan kehidupan dan perjuangan mereka. Tak sanggup juga berinfak, cukup dengan mensedekahkan doa untuk kemenangan mereka. Berdoa, bisa di mana saja, kapan saja, mudah, gratis dan yang penting, ikhlas. Jika seluruh muslim di dunia berdoa, tidakkah ini menjadi kekuatan luar biasa?

Boleh jadi di mata Israel dan Amerika, kekuatan Palestina dan Hizbullah semakin berlipat ganda jutaan kali lipat. Meski jumlah mereka sebenarnya tak sebesar penglihatan Amerika dan Israel. Saat itulah Allah menurunkan para malaikatnya menjadi pasukan di medan perang. Boleh jadi, itu karena doa yang setiap saat kita lantunkan dengan ikhlas. Subhanallah.(Gaw)

Doa Sopir Taksi di Amman

Ibrahim Musa Ibrahim Salamah, 26 tahun, supir taksi yang mengantar tim ACT-Aksi Cepat Tanggap kemana pun pergi untuk mencari alamat-alamat di Amman, Jordania yang sangat asing bagi anggota tim. Ada satu kesan yang ditangkap ketika kali pertama pemuda berwajah tampan ini mengantar tim ACT ke suatu tempat. Ketika Husni menyebut asal tim dari Indonesia, ia langsung terperanjat dan memekik, “Allahu Akbar, Anda saudara kami,” tentu saja dalam bahasa Arab.

Ibrahim mengaku sangat senang bisa bertemu orang Indonesia. Seperti halnya, semua orang yang pernah ditemui, komentar mereka setiap kali mendengar kata “Indonesia” adalah MUSLIM. Ya, bagi orang Jordania, Indonesia sangat terkenal dengan masyarakatnya yang mayoritas muslim dan jumlah ummat Islam terbanyak di dunia. Karenanya jangan heran, ketika Anda menyebut berasal dari Indonesia, serta merta orang Jordania akan menyapa, “Assalaamu’alaikum, muslim?”

Kembali kepada Ibrahim. Ada yang menarik setiap kali ia mengantar tim ACT, mulutnya tak henti melafazkan ayat-ayat Allah. Kadang ia mengeluarkan hadits, atau bahkan memberikan taushiah. “Ini taushiah kematian, untuk saya pribadi,” meski taushiah itu juga sangat mengena bagi tim ACT. Selidik punya selidik, tim ACT harus mengacungkan jempol kepada Ibrahim yang ternyata hafizh (penghafal) qur’an.

Ketika diceritakan bahwa tim ACT merupakan tim kemanusiaan yang membawa bantuan untuk rakyat Palestina dan Libanon yang sedang dilanda kekejian Israel, Ibrahim langsung berteriak, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar! Saya orang Palestina, saya ini Hamas. Saya Palestina, dan cita-cita saya bisa kembali ke Palestina,” walau Ibrahim tak pernah tahu kapan ia bisa kembali mengunjungi negaranya.

Sesungguhnya, sebagian besar penduduk kota Amman adalah orang Palestina, atau setidaknya keturunan Palestina. Di tahun 1967, orang-orang Palestina mengungsi ke Amman. Sangat dekat jarak Amman dengan perbatasan Palestina, tidak sampai 45 menit. Tim ACT sendiri membuktikannya dengan langsung mendatangi perbatasan tersebut. Namun, ketatnya penjagaan dan seringkali militer Israel bertindak tidak ramah kepada pengunjung, siapa pun dianjurkan untuk tidak mendekat. Dari perbatasan tersebut, tim bisa langsung melihat begitu ketatnya penjagaan militer Israel.

“Kami ingin sekali masuk ke wilayah Palestina,” ujar Husni kepada Ibrahim. Ibrahim pun tertawa kecil, “Saya yang Palestina dan masih memiliki identitas Palestina pun tidak bisa masuk. Apalagi Anda….”

Ibrahim bercerita tentang keluarganya yang sebagian besar menjadi mujahid (pejuang) di tanah para nabi, Palestina. Pada saat remaja, ia dibawa pergi orang tuanya dari Palestina ke Jordania. Sejak itulah ia tak pernah lagi menginjakkan kakinya di Palestina. “Andai ada kesempatan satu jam saja ke Palestina, saya hanya ingin sholat dua rakaat di Masjid Al Aqsha. Walau mungkin saja saya mengikuti jejak saudara-saudara saya berperang untuk kemerdekaan Palestina,” harapnya.

Pada kesempatan berikutnya, Ibrahim diminta tim ACT untuk berdoa untuk Palestina dan Libanon yang saat ini sedang terlibat pertempuran sengit dengan Israel. Sambil memegang kemudi, sedetik kemudian, rangkaian doa teramat indah mengalir dari mulutnya. Intinya, kepada Allah ia meminta pertolongan untuk muslimin Palestina, muslimin Libanon, muslimin Thailand, muslimin Irak, muslimin Indonesia, dan siapa pun yang masih menyebut “Laa ilaaha illa Allah, Muhammad Ar Rasuulullah”. “Ya Allah, hancurkan Israel, hancurkan Amerika, hancurkan siapa pun yang membantu Israel,” lanjutnya dalam doa.

Yang menarik dari doa Ibrahim adalah ketika dia meminta agar Allah mempersatukan seluruh warga Palestina dan ummat Islam di seluruh dunia. Karena hanya dengan bersatulah Palestina akan merdeka. “Seperti halnya saya, saya ingin orang-orang di sini kembali ke Palestina dan berjuang untuk negerinya,” sambil menunjuk kawasan bisnis, Simisani, yang hampir seratus persen dimiliki oleh orang atau keturunan Palestina. Diakui Ibrahim, semua orang Palestina di Jordania sangat ingin kembali dan berjuang bersama-sama. Namun hal itu nampaknya sulit dilakukannya, karena tidak ada jalan untuk masuk ke Palestina selain melewati empat kali check point tentara Israel dari perbatasan Amman-Palestina.

Jangankan Ibrahim. Ali Syarqawi, General Manager Al-Munashara Islamic Zakat Committee for Palestinian People pun berujar singkat ketika tim ACT utarakan keinginan untuk masuk wilayah Palestina. “Jika bisa, saya sudah lebih dulu berada di Palestina dan mungkin tidak bertemu di sini,” katanya. Sebagian bantuan yang diamanahkan untuk Palestina, akan disalurkan lembaga yang berkedudukan di Jordania ini.

Ali Syarqawi, Ibrahim Musa, dan jutaan orang di Amman, Jordania, senantiasa menjaga mimpi mereka untuk menginjakkan kaki di tanah Palestina. “Kami orang Palestina yang untuk ke negara kami sendiri pun tidak bisa,” ujar Ali Syarqawi. Dari Amman-lah mereka menyatukan langkah untuk merawat cita-cita kemerdekaan Palestina. “Ya, karena sebagian besar warga Amman adalah orang Palestina,” jelas Ibrahim. (Gaw)

Thursday, August 10, 2006

15 USD = Hidup Satu Pekan Satu Keluarga Palestina

Jika tidak ada hambatan, direncanakan Rabu malam (9/8) tim ACT – Aksi Cepat Tanggap akan masuk ke Suriah dan Libanon melalui jalan darat. Jarak yang akan ditempuh sampai ke perbatasan Suriah hanya sekitar 3 jam, kemudian 3 jam kemudian diperkirakan sudah akan sampai di perbatasan Libanon. Perjalanan Rabu malam ini sambil membawa sejumlah bantuan menggunakan truk/container.

Sebelumnya, sepanjang hari Selasa (8/8) sejak pagi hingga tengah malam, tim disibukkan berbelanja barang bantuan yang akan dikirimkan ke Palestina dan Libanon. Dari jumlah dana bantuan yang dibawa ACT, diperkirakan akan mampu menghidupi 7500 keluarga Palestina dan Libanon selama satu pekan. Bantuan yang diberikan berupa sembako senilai 15 US Dollar. Satu keluarga akan mendapatkan satu box/paket sembako yang terdiri dari : Adas, Hummus (Makanan khas rakyat Palestina terbuat dari tumbuh-tumbuhan), Makaroni, Tuna, Sardens, Gandum, Minyak Goreng, Beras, The, Gula, Kopi, Rempah-Rempah, dan lain-lain yang jumlahnya mencapai sekitar 16 macam makanan.

Memprihatinkan
Seluruh makanan akan dimasukkan dalam satu box, dan setiap keluarga akan mendapatkan satu box. Bantuan dari masyarakat Indonesia yang dibawa ACT ini diharapkan akan sangat membantu rakyat Palestina dan Libanon yang kondisinya sangat memprihatinkan. Saat ini, setiap jiwa di Palestina maupun di Libanon yang porak poranda akibat gempuran militer Israel, hanya makan sekali satu hari. Kadang itupun masih harus menunggu jatah makan. Tak hanya gempuran Israel, yang akan membunuh rakyat Palestina dan Libanon, melainkan juga ancaman kelaparan.

Seluruh bantuan sudah dibelanjakan di Jordania. Pilihan untuk belanja di Jordania karena jarak Jordania -khsusnya kota Amman- sangat dekat dengan perbatasan Palestina. Untuk masuk ke Palestina hanya dibutuhkan waktu tak lebih dari 45 menit. Sayangnya, meski sudah mencoba berbagai upaya, tim ACT tetap tidak diperkenankan masuk wilayah Palestina yang kesemuanya dijaga sangat ketat. Padahal, tim sangat ingin masuk ke Palestina untuk menyampaikan langsung bantuan dari masyarakat Indonesia.

Dijelaskan oleh Dr. Ahmed Essa, Sekretaris Jamiah Nakobat, lembaga kemanusiaan yang menjadi partner ACT untuk Palestina dan Libanon, untuk bisa masuk ke wilayah Palestina dari perbatasan Amman, harus melewati minimal empat kali check point oleh militer Israel. Di setiap pos pemeriksaan, semua barang bantuan harus diturunkan untuk diganti dengan truk lainnya. Jadi truk dari Amman hanya bisa sampai di perbatasan, kemudian diganti dengan truk yang berada di dalam batas pagar check point pertama, begitu seterusnya pergantian kendaraan angkutan barang beserta sopirnya berlangsung di semua check point.

Tim ACT pun untuk bisa masuk harus mendapatkan visa khusus dari Israel. Dan rasanya itu tidak mungkin didapat. Ibrahim Musa Ibrahim Salamah, sopir taksi yang selama beberapa hari mengantarkan tim ACT ke beberapa tempat adalah warga asli Palestina. “Jangankan Anda, saya yang warga Palestina pun tidak bisa masuk ke negara saya sendiri” ujarnya. Karenanya, meski upaya dan rencana untuk masuk ke wilayah Palestina terus dilakukan, tim menjalankan missi kedua yakni menyampaikan bantuan untuk masyarakat Libanon.

Perjalanan Rabu malam (9/8) diyakini akan menemui beberapa hambatan, terutama di perbatasan Jordania – Suriah. Saat ini, ketiga nama anggota Tim ACT untuk Palestina dan Libanon sudah tercatat di kemiliteran Suriah. Kepastian itu didapatkan setelah Eko Yudho melakukan browsing internet dan mendapatkan website resmi milik Militer Suriah yang mencantumkan tiga nama relawan dari Indonesia, yakni Bayu Gawtama, Eko Yudho Pramono, dan Mohamad Husni yang berencana masuk ke Suriah. “Kami mengharapkan bantuan doa dari masyarakat Indonesia. Karena missi kami membawa nama bangsa,” ujar Eko.

Ya, Eko benar, karena setiap truk/container yang akan membawa bantuan dibalut spanduk bertuliskan “Indonesian Aid for Palestine & Lebanon” dan “ACT: Indonesia Team for Palestine & Lebanon” lengkap dengan bendera merah putih. (Gaw, dari Amman).

Tuesday, August 08, 2006

Tak Tembus Damaskus, ACT Masuk ke Amman

Banyak jalan menuju Roma, kalimat ini pantas untuk menggambarkan sulitnya perjalanan yang harus dilalui tim ACT-Aksi Cepat Tanggap dalam rangka menyampaikan bantuan kemanusiaan untuk saudara-saudara di Palestina dan Libanon. Rencana semula hendak masuk melalui Damaskus, Suriah, Tim ACT memutuskan ke Amman, Jordania. Keputusan ini diambil untuk mempersingkat jalan lantaran dua sebab, untuk masuk Jordania tidak diperlukan visa khusus, melainkan hanya visa on arrival, yakni visa yang didapatkan ketika mendarat di Bandara Amman. Kedua, jarak tempuh dari Kota Amman ke perbatasan Palestina hanya sekitar 45 menit saja.

Perjalanan ke Doha, Qatar, menempuh waktu kurang lebih 10 jam dan mendarat di Doha, hari Minggu (6/8) pukul 06. 20 waktu Qatar. Setelah delapan jam `terdampar` di Bandara Doha, sekitar pukul 13.45 waktu Doha, pesawat Qatar Airways pun membawa tim menuju Amman, Jordania. Seharusnya pesawat dijadwalkan berangkat pukul 12.45 waktu Qatar. Namun nampaknya urusan delay tidak hanya berlaku di Indonesia, melainkan juga di negara yang disebut-sebut negara dengan perdapatan per kapita terbesar di dunia ini.

Diawasi
Sebelumnya, ada cerita menarik ketika Tim ACT masih berada di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Sekitar pukul 22.00 ketika tim harus berpisah dengan rombongan pengantar, baik kerabat dan sahabat di ACT maupun anggota keluarga, beberapa orang muda berpakaian perlente nampak mengikuti setiap gerak-gerik anggota tim. Bahkan mereka sudah ada ketika tim dan rombongan baru tiba di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 20.40 WIB. Beberapa pemuda itu juga ikut-ikutan mengambil gambar anggota tim yang akan berangkat ke Palestina. Bahkan ketika tim akan memasuki pemerikasaan imigrasi sejumlah pemuda itu masih terus mengikuti dan tak henti mengarahkan kameranya ke arah tim. Eko Yudho, salah seorang anggota tim relawan mengatakan, dirinya tahu bahwa lima pemuda itu bukanlah pelancong, melainkan orang-orang yang ditugaskan untuk mengawasi. "Saya kira sejalan dengan pernyataan Kapolri, bahwa relawan kemanusiaan yang akan ke Palestina tidak dilarang, hanya saja harus diawasi. Dan kami memandang positif apa yang mereka lakukan. Mungkin untuk memastikan missi kami berjalan lancar. Terima kasih untuk itu," terang Komandan Tim Rescue ACT itu. Tim ACT merasa yakin bahwa lima pemuda itu bukanlah pelancong lantaran mereka bisa bebas keluar masuk gerbang keberangkatan tanpa harus melewati pemeriksaan. Jikalah mereka para pelancong yang akan ke luar negeri, tak jelas tujuan dan waktu keberangkatan mereka. Sebab, ketika Bayu Gawtama, anggota tim lainnya, minta izin untuk keluar karena orang tuanya hendak bertemu beberapa menit sebelum boarding, kelima pemuda itu berada di luar dan kembali mengambil beberapa gambar. "Termasuk gambar orang tua, abang dan adik-adik saya," ujar Gaw, panggilan akrab Public Relation ACT itu.

Diinterogasi Interpol Jordan
Missi kemanusiaan Tim ACT yang mengusung program "Food for Palestine" tak mengalami hambatan kecuali saat tiba di Bandara Amman, Jordania, Minggu (6/8) sekitar pukul 17.20 waktu Jordania. Gaw, Eko dan Husni langsung di gelandang ke ruang imigrasi. Rupanya, interpol Jordania sudah menunggu kedatangan Tim ACT sehingga sesaat setelah mendapatkan visa on arrival, tim diminta untuk masuk ke ruang khusus pemeriksaan. Di dalamnya, dua intepol Jordania sudah menanti. Tidak kurang dari empat puluh tiga pertanyaan diajukan oleh keduanya. Mulai dari alasan masuk ke Jordania hingga pekerjaan sehari-hari. Mereka juga menanyakan apakah tim ada rencana masuk ke Palestina. Alhamdulillah, setelah hampir satu setengah jam menjalani pemeriksaan, tim pun diizinkan masuk. Mereka juga menanyakan di hotel mana tim ACT akan menginap selama di Jordan. Lagi-lagi Eko Yudho memandang positif perlakuan dua interpol tersebut, "Mungkin mereka diminta bantuannya oleh kepolisian Indonesia agar mengawasi dan melindungi kita, Insya Allah," ujarnya. Meski demikian, tim sempat kaget ketika diajukan pertanyaan, apakah ketiga anggota tim merupakan pihak keamanan - militer - dari Indonesia.

Lapor KBRI Menjadi kewajiban setiap warga negara yang berkunjung ke luar negeri untuk melaporkan kedatangannya ke kedutaan, maka pada Senin (7/8) pagi, pukul 08.30 tim mendatangi Kedutaan Besar RI di kawasan 6th Circle di Kota Amman. Setelah diterima oleh Asep Zaenal MK, Lc, Protocol & Consular Affair KBRI, Bayu, Eko dan Husni pun dipertemukan dengan Deni Tri Basuki, Second Secretary KBRI. Pada kesempatan tersebut tim ACT menjelaskan maksud kedatangan ke Jordania. Meski belum sempat bertemu langsung dengan Kedubes RI untuk Jordania, namun dibantu Deni Tri Basuki, tim ACT diantar untuk bersilaturahim ke beberapa lembaga kemanusiaan internasional dan lokal yang berada di Jordania. Salah satunya, tim ACT bertemu dengan para Direktur Jordania Hashemite Charity Organization (JHCO). JHCO merupakan lembaga milik Kerajaan Jordania yang mempunya concern yang sama dengan ACT, yakni menangani korban bencana di tingkat nasional dan internasional, pada fase emergency hingga recovery.

Hari Selasa (8/8), tim berencana bertemu dengan Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Indonesia (HMPI) di Amman, kemudian akan bertemu dengan lembaga kemanusiaan lainnya antara lain Jamiat Al Khairiyah yang berkantor di sebelah Rumah Sakit Islam Jordania. Satu lembaga lain yang akan ditemui adalah Bulan Sabit Hijau. Semua lembaga yang memiliki akses ke Palestina dicoba untuk diajak kerja sama. Karena bagaimana pun target tim ACT bisa masuk ke wilayah Palestina.

Sebagai sebuah perjuangan, apa pun jalannya tetap diupayakan oleh Tim ACT. Meski pihak KBRI maupun JHCO sudah memberi tahu sulitnya menembus penjagaan ketat militer Israel. "Untuk bisa masuk, harus melewati empat kali check point militer Israel, dan rasanya itu tidak mungkin," ujar Deni. Sebenarnya, lanjut Deni, masih terdapat kemungkinan masuk ke Palestina, namun harus menggunakan visa wisata. Untuk bisa mendapatkan visa wisata, anggota tim harus berjumlah sepuluh orang. Selain itu, yang sangat disayangkan, kedatangan hanya boleh sampai di Jerussalem. Padahal, rakyat Palestina berada di Ramallah dan Tepi Barat. Wallaahu `alam (gaw, dari Amman)

Dukungan untuk ACT: Dari Menteri Sampai Ulama

30 Menit menjelang keberangkatan Tim ACT-Aksi Cepat Tanggap ke Libanon dan Palestina, telepon berdering dan tertera nama yang tak asing di layar telepon seluler, "Yusuf Mansur" Seorang ustadz muda pimpinan pesantren Daarul Qur`an Wisatahati berkesempatan memberikan dukungan penuh kepada tim ACT yang segera berangkat ke Libanon dan Palestina. "Subhanallah, Allaahu Akbar," kalimat itu mengawali suara Ustadz Yusuf kepada Bayu Gawtama, ketua tim ACT untuk Palestina dan Libanon. Kepada Bayu, Ustadz Yusuf menyatakan dirinya dan seluruh santri Daarul Qur`an mendukung keberangkatan tim ACT.

Menurutnya, meski yang diusung Tim ACT adalah misi kemanusiaan melalui program "Food for Palestina" juga merupakan langkah jihad dalam arti yang sesungguhnya, yakni menjalankan tugas kemanusiaan di jalan Allah dengan sungguh-sungguh guna membantu saudara-saudara mukmin di Palestina dan Libanon. Bahkan, beberapa menit kemudian sebuah pesan singkat masuk dan, "Berapa lama ACT di Palestina? Insya Allah mulai malam ini, santri-santri Tahfidz di Daarul Qur`an Wisatahati, bangun malamnya, tahajjud dan munajatnya buat kawan-kawan relawan ACT. Selamat berjihad. Kami mendukung lewat bangun malam dan munajat."

Tak hanya dari Ustadz Yusuf, ratusan pesan singkat maupun telepon langsung juga masuk ke telepon seluler tiga anggota tim ACT. Seluruh isinya mendukung, mendoakan, dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas keberangkatan tim ACT ke Palestina dan Libanon. Tentu saja semua pesan singkat itu menambah semangat anggota tim. Terlebih keberangkatan tim pada Sabtu (5/8) malam, pukul 23.45 dihantar langsung oleh keluarga besar ACT dan keluarga masing-masing anggota tim. Rasa haru tercipta ketika harus berpisah di depan pintu gerbang keberangkatan. Anggota tim saling berpelukan, baik kepada keluarga besar ACT maupun anggota keluarga masing-masing. Para isteri dan anak-anak anggota tim pun tak kuasa menahan haru, ada bening air yang ditahan untuk tak tumpah malam itu. Agar terlihat sangat tegar menjalani missi mulia ini.

Yang tak kalah pentingnya, Jum`at (4/8) pagi sebelum acara pelepasan tim di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sebuah telepon juga diterima anggota tim dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, HM. Adhyaksa Dault. Dalam telepon itu, Adyhaksa berkali-kali mengucap takbir dan rasa syukurnya atas rencana keberangkatan Tim ACT. Bahkan, Adhyaksa yang pagi itu sedang berada di Bandara menjelang keberangkatannya bersama Presiden SBY ke sidang OKI, mengatakan, "Saya mendukung tim ACT. Seharusnya semua muslim di Indonesia mendukung perjuangan Palestina dan Libanon."

Beragam dukungan terus mengalir melalui pesan singkat, telepon, maupun email. Ini semakin menunjukkan bahwa keberangkatan tim ACT ke Palestina dan Libanon mendapat dukungan penuh dari masyarakat Indonesia. Ya, memang dukungan itulah yang diharapkan, selain juga doa dan uluran tangan yang tak henti untuk saudara-saudara di Palestina dan Libanon. (Gaw/saat transit di Doha, Qatar)

Thursday, August 03, 2006

Allah Ganteng Nggak?

Anak-anak, kadang dengan keluguannya melontarkan kalimat-kalimat luar biasa. Baik berupa pertanyaan mau pun pernyataan singkat. Sering kali kita yang dewasa tak mampu mencerna kalimat-kalimat polos yang keluar dari mulut mungil mereka. Bukan karena ketidakmampuan mereka melafazkan kata-kata secara benar, misalnya lantaran lidahnya belum mampu mengucap “R” atau ada kata-kata yang sering diucapkan terbalik seperti Gajah yang terucap Jagah, putih jadi tupih, dan murah untuk rumah.

Seringkali yang membuat orang dewasa terperangah, lucu, dan terheran-heran tidak tahu bagaimana menjawabnya adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana namun mendasar yang justru sebenarnya kosa kata itu pernah ia dapatkan dari orangtuanya di hari-hari sebelumnya. Ingat, ketika kita –orang tua- sudah lupa dengan apa yang pernah kita ajarkan, kita ucapkan kepada mereka, justru mereka sudah melekatkan semua kalimat yang terdengar secara lengkap berikut titik koma, penekanan, bahkan mimik kita ketika berbicara. Otak mereka seperti kaset perekam super canggih yang tak melewatkan satu huruf pun, tidak error, dan mampu bertahan sangat lama.

Ini juga salah satu makna kenapa setiap bayi muslim yang dilahirkan dianjurkan untuk diperdengarkan suara adzan dan iqomat di kedua telinganya. Agar suara-suara itu akrab di telinga mereka, dan kemudian suara-suara kebaikan lainnya –seperti lantunan ayat suci alquran- sangat disarankan untuk terus diperdengarkan. Jadi, hati-hati untuk bertutur, berkomentar, berkata-kata di depan anak-anak. Apa pun yang keluar dari mulut orang tua, mereka pasti mendengar, merekam dan –ini yang wajib diperhatikan- ditirunya. Kata-kata yang baik, lembut, sopan dan benar, membuat anak-anak bertutur yang sama. Jika kalimat kasar, sarkas, kotor dan dusta yang sering didengarnya, itu pula yang akan terucap dari bibirnya. Jadi jangan heran kalau suatu saat Anda mendengar anak-anak berucap kalimat yang membuat Anda terperanjat –bisa kaget, bisa kagum. Boleh jadi kalimat itu berasal dari Anda atau lingkungan sekitar. Karenanya, perhatikan juga lingkungan sekitar Anda. Mungkin saja Anda sudah berhati-hati, namun tetangga Anda sangat kasar dalam berkata-kata. Di sini pentingnya untuk selalu mendampingi dan memberitahu anak-anak tentang kata-kata ‘baru’ yang mereka dapatkan sepulang bermain.

Sekedar berbagi. Dongeng tentang ketuhanan, kebenaran, kehabatan, kebaikan dan banyak hal yang sering saya hantarkan kepada anak-anak menjelang tidurnya ternyata membuat mereka sering melontarkan pernyataan dan pertanyaan yang mengejutkan.

Satu malam sepulang dari Pantai Pangandaran –mereka tahu saya tugas ke Pangandaran untuk membantu korban tsunami- si kecil Iqna (4 tahun) bertanya, “emang Abi nggak kena ombak di Pangandaran?”

Saya jawab, “Alhamdulillah nggak”

“Ooh… emang kalau Abi item dan kepalanya botak, Abi jadi kuat?” saya ingin tertawa mendengar pertanyaannya. Tapi jujur saya tidak bisa menjawabnya, kecuali “kan ada Allah yang melindungi…”

“Kan Allah ada di langit, emangnya Allah turun ke Pangandaran terus nolongin Abi?” lagi-lagi saya kesulitan menjawabnya. Saya hanya mengangguk.

“Berarti Abi kuat dong, Abi hebat dong… kuat mana sama Allah?” Waddooh, pertanyaannya makin berat, tapi mudah jawabnya, “Ya jelas kuat Allah dong…”

“Abi, dede mau dong naik pesawat kayak Abi… biar dede bisa lihat Allah. Abi kan sering naik pesawat sampe ke langit, udah pernah ketemu Allah?” Nah lho, ada yang bisa bantu jawab?

Lalu saya Tanya, “emang kenapa dede mau lihat Allah?”
Mau tau jawabnya???

“pengen lihat, Allah itu ganteng nggak. Gantengan mana sama Abi…” saya hampir menelan ludah dengan pernyataannya. Bayangkan kalau saya sampai menjawab “gantengan Allah”, nanti akan ada pertanyaan lainnya, “emang Allah laki-laki?” makin bingung kan?

Semalam sehabis maghrib saat belajar baca Iqro’, Iqna protes ke umminya. “baca ‘A’udzu billaah dulu mi, biar ketemu Allah,” ha ha.

Si kecil memang beda dengan tetehnya, Hufha. Tetehnya sudah lebih tahu bahwa Allah tidak bisa dilihat –walau Ia sangat dekat dan selalu melihat kita- dan Allah bisa ada di mana-mana, di mana pun kita berada, kemana pun kita menghadap. Tidak mesti jawabannya, Allah itu di langit.

Ya, namanya juga anak-anak. Dialog-dialog kecil dengan mereka sangatlah bermanfaat, mengharukan, menggelikan, namun kadang membuat kita terperangah tidak menyangka akan apa yang mereka lontarkan. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bijak dengan kata-kata kita.

Bayu Gawtama

Tuesday, August 01, 2006

Mengenal Gempa Bumi

PENGENALAN GEMPA BUMI

BUMI BENTUK DAN UKURAN
Bumi berbentuk bulat seperti bola, namun rata di kutub-kutubnya.
jari-jari Khatulistiwa = 6.378 km, jari-jari kutub=6.356 km. Lebih dari 70 % permukaan bumi diliputi oleh lautan.


STRUKTUR DALAM BUMI
Bumi memiliki struktur dalam yang hampir sama dengan telur. Kuning telurnya adalah inti, putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah kerak.

Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari kerak bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku. Di bawah litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer. Astenosfer hampir berada dalam titik leburnya dan karena itubersifat seperti fluida. Astenosfer mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Lapisan berikutnya mesosfer. Mesosfer lebih kaku dibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer terdiri dari sebagian besar selubung hingga inti bumi.


TEORI TEKTONIK LEMPENG
Menurut teori tektonik lempeng, permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20 pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair.

Panah pada peta menunjukkan arah pergerakan lempeng saat ini.


BATAS - BATAS LEMPENG
Daerah tempat lempeng-lempeng itu bertemu disebut batas lempeng. Pada batas lempeng kita dapat mengetahui cara bergerak lempeng-lempeng itu. Lempeng bisa saling menjauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke samping.


PENYEBAB GERAKAN LEMPENG
Arus konveksi memindahkan panas melalui zat cair atau gas. Gambar poci kopi menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair. Perhatikan, air yang dekat dengan api akan naik, saat dingin di permukaan air kembali turun. Para ilmuwan menduga arus konveksi dalam selubung itulah yang membuat lempeng-lempeng bergerak. Karena suhu selubung amat panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti cairan yang tipis. Lempeng-lempeng itu bergerak seperti ban berjalan berukuran besar.


GEMPABUMI
APAKAH GEMPABUMI ITU?

Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi , patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempabumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif.


PROSES GEMPABUMI
Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempabumi.


DIMANAKAH KITA TINGGAL ?
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.


Peta kepulauan Indonesia pada pertemuan 3 lempeng
Berikut ini adalah 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat - Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur.


INTENSITAS DAN KEKUATAN GEMPA BUMI
Intensitas gempabumi adalah tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya. Angkanya ditentukan dengan menilai kerusakan yang dihasilkannya, pengaruhnya pada benda-benda, bangunan, dan tanah, dan akibatnya pada orang-orang. Skala ini disebut MMI (Modified Mercalli Intensity) diperkenalkan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Magnituda adalah parameter gempa yang diukur berdasarkan yang terjadi pada daerah tertentu, akibat goncangan gempa pada sumbernya. Satuan yang digunakan adalah Skala Richter. Skala ini diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun 1934. Sebagai contoh, gempabumi dengan kekuatan 8 Skala Richter setara kekuatan bahan peledak TNT seberat 1 gigaton atau 1 milyar ton.


AKIBAT GEMPABUMI
Akibat utama gempabumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.

Korban jiwa terbesar akibat gempabumi Indonesia terjadi di Nias pada bulan Maret 2005 sebanyak 300 jiwa. Sementara korban jiwa gempabumi yang kemudian membangkitkan tsunami terbesar memakan korban jiwa terjadi di Aceh dan Sumut pada Desember 2004, sebanyak 250.000 jiwa.


TINDAKAN KITA SAAT TERJADI GEMPABUMI
Jika gempabumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada.


DI DALAM RUMAH
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.

DI LUAR RUMAH
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

DI MALL, BIOSKOP, DAN LANTAI DASAR MALL
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam.

DI DALAM LIFT
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

DI DALAM KERETA API
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

DI DALAM MOBIL
Saat terjadi gempabumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

DI GUNUNG/PANTAI
Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.


BERI PERTOLONGAN
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempabumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar anda.

EVAKUASI
Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempabumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki dibawah kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. Bawalah barang-barang secukupnya.

DENGARKAN INFORMASI
Saat gempabumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas PMK. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.

sumber: Website Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi