Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Monday, May 15, 2006

Mujahadah dan Doa di Lereng Merapi

Kilatan lava pijar nampak memerah menghiasi punggung Merapi. Gemuruh bebatuan gunung dan material padat lainnya yang menggelinding deras kemudian disusul gumpalan awan panas membuat panik sebagian besar warga yang tinggal di lereng Merapi. Sementara di tengah kota, pemandangan Merapi yang luar biasa indah saat menumpahkan lahar panas malam itu menjadi tontonan gratis nan memuaskan bagi masyarakat di bawah. Bahkan tak sedikit warga yang menggelar tikar di tepi jalan rela menunggu sang Merapi meletup-letup sembari menyemburkan warna kemerahan.

Ada yang panik, ada yang bersuka ria mendapat tontonan indah, namun ada yang tengah khusyuk di Minggu malam itu (14/5). Lantunan ayat Allah mengalun syahdu memecah udara dingin Dusun Kinahrejo. Ada ketenangan yang merasuki sekitar lima puluh jamaah yang bersila kaki di Masjid Al Amin, beberapa sudut mata tak sanggup menahan gelombang air mata yang mendesak keluar. Seiring tumpahnya lahar panas dari puncak Merapi, leleh air mata dari puluhan sudut mata dalam masjid itu jauh lebih menghangatkan. Gemuruh yang tercipta di dalamnya dalam sebutan nama Allah nan agung mampu meredupkan gumpalan awan panas sehingga tak mampu membuat hati-hati yang berkumpul malam itu gentar akan apa pun kehendak Allah.

KH. Wilibordus Lasiman, pimpinan pondok pesantren Al Hawariyyun, Cangkringan, memberikan wejangan yang meneduhkan hati tentang bagaimana cara Allah memberi peringatan kepada hambanya. "Merapi tak sedang marah, apalagi mengancam. Merapi tengah bertakbir, lantaran kita sudah sering lupa untuk mengucap nama Allah". Sebelumnya, Mbah Maridjan yang menjadi tokoh utama dalam acara tersebut terlihat sedih dalam tuturnya. Sebutir air bening mendorong-dorong untuk keluar dari sudutnya meski berusaha ditahan oleh si pemilik. "Jangan sebut awan panas itu sebagai wedus gembel, itu penghinaan terhadap Allah dan ciptaan-Nya. Jangan bilang Merapi mbledos, kata-kata seperti itu hanya akan membuat Allah semakin tak senang," ujarnya lembut.

Dzikir pun dipimpin oleh KH. Masrur yang semakin merontokkan semua keangkuhan diri, air mata yang mengambang di sudut pun tertumpah semua. KH. Mu'tashimbillah, Pimpinan Pondok Pesantren Pandanaran dengan suara lembutnya mengajak para jamaah untuk terus berdoa dan meminta keselamatan dari Allah sang pemilik alam semesta. Malam mujahadah dan doa itu diwarnai dengan jutaan kalimat Allah yang tersebut berulang-ulang dan ribuan tetes air mata yang mengalir deras.

Di luar masjid, Merapi terus memuntahkan lahar panasnya yang menjadi tontonan jutaan penduduk di empat kota, Yogyakarta, Magelang, Boyolali dan Klaten. Di luar masjid, mereka bersuka cita bertepuk saat sang Merapi memerah, padahal ada gemuruh yang semestinya mereka ikuti di Masjid Al Amin di Dusun Kinaherjo. Atau setidaknya menciptakan irama dzikir yang sama dari rumah mereka masing-masing. Tidakkah Allah akan semakin tak senang jika kita tak menjadikan peristiwa ini sebagai peringatan? wallaahu a'lam

***
ACT-Aksi Cepat Tanggap dan Lazis UII memprakarsai acara mujahadah dan doa di lereng Merapi. Semoga Allah berkenan memberi ampunan-Nya. Senin pagi terjadi letusan kecil beberapa kali di puncak Merapi. Awan panas pun turun dan merayapi dusun-dusun di wilayah Magelang, Klaten, Turgo dan sebagian kecil di Pakem. "Mbah Maridjan sehat?" tanya kami. "Alhamdulillah... ," suara di seberang pun menyahut tenang.

Bayu Gawtama
Ahad malam (15/5)yang mengagumkan di lereng Merapi, pukul 22.20 Waktu Merapi

No comments: