Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Sunday, May 14, 2006

Mbah Marijan yang Terdzalimi

Semalam Mbah Marijan sakit. Tubuh rentanya terlihat sangat letih, gemetar ia menahan dinginnya udara malam. Namun bukan cuaca yang tak menentu di Dusun Kinahrejo yang membuat juru kunci Merapi itu jatuh sakit, karena sedahsyat apa pun cuaca yang terus berubah menjelang meletusnya Merapi sudah puluhan tahun dirasakannya. "Mbah sakit karena terlalu lelah," ujar salah seorang anaknya.

Ya, betapa melelahkannya menjadi Mbah Marijan. Tugas yang diembannya sebagai juru kunci Merapi membuatnya harus meladeni semua tamu, termasuk wartawan yang datang terus menerus dan kadang tak kenal waktu. Orang seusianya, seharusnya lebih banyak beristirahat, namun semenjak Merapi dinyatakan `waspada` hingga meningkat menjadi `Awas` pada Sabtu (13/5), lelaki tua ini nyaris tak memiliki cukup waktu untuk beristirahat.

Sabtu malam (13/5) Mbah Marijan sakit lantaran menerima sekian banyak wartawan dan tamu yang datang ke rumahnya. Ia teramat sederhana dan ramah, sehingga tak satu pun tamu tak diladeninya. Kalau pun ada yang diminta menunggu, itu lantaran para tamu datang pada saat waktu sholat. Hingga larut malam, para tamu dengan berbagai kepentingan silih berganti bertandang ke rumahnya. Dari para kuli tinta, pemerintah setempat, LSM, hingga para wisatawan yang penasaran ingin kenal lebih dekat sosok kuncen Merapi itu.

Nampaknya Mbah Marijan sudah terdzalimi. Ia jatuh sakit lantaran sibuk melayani tamu sehingga hanya sempat satu kali untuk makan. Tak banyak asupan makanan, sementara energinya teramat banyak keluar. Mbah Marijan pun merinding, mengeluh tubuhnya tak sehat. Dokter pun dipanggil untuk memeriksa kondisinya. Tim ACT dan Lazis UII yang membawa dokter tersebut ke rumahnya sempat berpikir, kondisi sakit Mbah Marijan ini bisa menjadi `skenario` untuk membawa Mbah Marijan turun gunung. "Kondisinya sudah membaik, tak perlu dibawa ke bawah," ujar dokter yang memeriksa. Skenario pun dibatalkan, tak manusiawi memaksakan kehendak dengan memenggal keyakinan seseorang.

Secara fisik Mbah Marijan memang sudah membaik. Tapi ada yang belum terehabilitasi di diri lelaki tua yang sangat religius itu. Adalah pemberitaan berbagai media tentang sosok juru kunci Merapi ini. Hampir semua stasiun televisi dan media cetak tak henti memberitakan sosok Mbah Marijan sebagai tokoh klenik, memiliki ilmu sakti, tak bedanya dengan dukun dan paranormal, dan embel-embel mistik lainnya. Tentang keteguhannya tak ingin turun pun dijadikan sasaran berita hangat para kuli tinta. Yang diberitakan bukan sisi manusiawinya, bukan pula tentang keteguhannya memegang amanah dari Sri Sultan HB ke-IX untuk menjaga Merapi sebaik-baiknya. Berita tentang dirinya, seringkali bernada minor.

Tayangan demi tayangan tentang Mbah Marijan yang negatif di berbagai media, memicu ‘wisatawan’ untuk berkunjung ke rumah kuncen Merapi itu. Setiap hari rumahnya tak pernah sepi dari kunjungan ‘orang-orang mau tahu’ dan dengan polosnya bertanya, “Mbah sebenarnya Merapi kapan akan meletus?” sebuah pertanyaan dari orang-orang yang mengaku berpendidikan. Berbekal pendekatannya kepada Sang Penguasa langit dan bumi, lelaki bertubuh pendek yang lucu itu pun berucap, “jangan tanya saya, tanyakan kepada Allah. Dia yang mengatur semua, Gusti Allah yang punya kehendak”.

Kasihan sekali Mbah Marijan. Lelaki renta berusia 80an itu kerap dikenal sebagai orang sakti yang selalu berhubungan dengan para penguasa Gunung Merapi sehingga dianggap tahu kapan waktunya Merapi meletus. Keteguhannya untuk tidak mau turun gunung seringkali ditulis sebagai salah satu bentuk kesaktiannya, dan parahnya tak jarang dia dituduh mempengaruhi warga sekitar lereng Merapi untuk tak mengungsi. “Warga kalau mau ngungsi ya ngungsi saja, saya tak pernah melarangnya,” aku Mbah Marijan.

Sesungguhnya, ia lelaki shalih yang terus menerus mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Datanglah kepadanya, dan lihat langsung sosok sebenarnya. Jangan pernah percaya berita yang menggambarkan profilnya yang aneh dan jauh dari kesan agamis. Sungguh, kami memang baru mengenalnya. Tapi yang kami dapatkan tentang Mbah Marijan hanya satu hal; ia lelaki shalih yang teramat sederhana.

Seorang teman pun mendapat nasihat darinya, “Kamu itu harus sering melihat ke bawah, jangan ke atas. LIhat nih Mbah, hidupnya seperti ini. Kasih tahu teman-teman yang hidupnya berlebih, contoh Mbah yang sederhana ini,” sambil memperlihatkan gajinya dari Keraton yang cuma Rp. 5.800,-

Doa kami pun terpanjat, semoga Merapi tak membuatnya semakin terdzalimi. Ia memang sakit lantaran terlalu lelah. Tetapi sebenarnya ia lebih sakit dengan pemberitaan tak benar tentang dirinya.

Bayu Gawtama
Public Relation ACT-Aksi Cepat Tanggap
0852 190 68581 - 0888 190 2214

16 comments:

Anonymous said...

jadi begitu ttg mbah marijan...? thx lho,,, paling ngga, feeling saya jadi terbantahkan

Anonymous said...

Salam buat Mbah, kalau ketemu.Kalau saya meyakini apa yg Gaw tulis. Memang kebanyakan orang di Indonesia suka menggunjingkan seseorang atau tokoh tentang sesuatu yang belum dibuktikan kebenarannya.Apalagi jika ada hub.nya klenik dan sejenisnya--seperti addict, karena mereka telah kehilangan "agama" dan kekurangan kesibukan akan sesuatu, contohlah orang Jepang yang gemar menemukan sesuatu yang akan mendatangkan manfaat.Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2 hari Lagi, kalau masih berparadigma seperti diatas, lebih baik diganti dengan "Hari Kebangkitan Klenik Nasiona" hahahahaha

Anonymous said...

Salam buat Mbah, kalau ketemu.Kalau saya meyakini apa yg Gaw tulis. Memang kebanyakan orang di Indonesia suka menggunjingkan seseorang atau tokoh tentang sesuatu yang belum dibuktikan kebenarannya.Apalagi jika ada hub.nya klenik dan sejenisnya--seperti addict, karena mereka telah kehilangan "agama" dan kekurangan kesibukan akan sesuatu, contohlah orang Jepang yang gemar menemukan sesuatu yang akan mendatangkan manfaat.Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2 hari Lagi, kalau masih berparadigma seperti diatas, lebih baik diganti dengan "Hari Kebangkitan Klenik Nasiona" hahahahaha

Anonymous said...

Maaf ya mbah aku dah kebayang yang bau klenik klenik.
Tapi aku yakin kog, mbah marijan orang yang setia pada junjungannya apalagi pada Sang Maha Pencipta langit dan bumi

Anonymous said...

gila ya..?? gaji cuma 5800??? gue kagum banget dah...

Anonymous said...

Terimakasih kepada Mbah Maridjan yang dengan setia menjalankan pengabdiannya, semoga beliau diberikan berkah kesehatan dan semoga gunung merapi juga semakin menurun aktivitasnya dan semua warga selamat, kita sama-sama berdoa untuk keselamatan kita bersama (anak lereng merapi di perantauan)

Anonymous said...

kadang memang pikiran kita nggak bisa menjangkau ke hal seperti itu .. Simbah dengan keyakinan penuh bertirakat , memohon ampun , memohon perlindungan kepada Tuhan ..bagusnya memang di back up dari masyarakat .. meskipun tidak perlu ikutan naik ke gunung , tetapi dengan ikut prihatin , istighfar dan berdoa demi keselamatan semuanya .. itu akan lebih membantu ..
orang yang memandang sinis terhadap apapun yang dilakukan orang itu juga memang manusiawi , emang sifat manusia begitu .. tetapi paling tidak , mulai dari kita sendiri , untuk belajar menghargai apapun yang dilakukan orang lain demi kebaikan bersama yang kadang sudah tidak lagi memikirkan keselamatan dirinya

Indra Fathiana said...

wah, bang gaw...jzk sudah memuatnya di blog.suuzhon kita jadi berkurang, dan semoga lekas2 hilang.astaghfirullah...

Anonymous said...

mbah marijan itu contoh manusia yang bisa mengemban amanat/amanah dari junjungannya, coba jika beliau jadi pemimpin bangsa pasti beliau bisa mengamban amanat rakyatnya, bukan seperti pemimpin-pemimpin yang ada sekarang, yang malah menjauhi akan kebutuhan/ kepentingan rakyatnya(tak peduli ama rakyatnya, peduli kalo lagi kampanye, gitu)

Anonymous said...

Aku sering dengar sih teman-teman nyebut nama Mbah Marijan.. InsyaAllah seperti cerita Mas Bayu, keshalihan Mbah Marijan sama kesohornya seperti namanya yang sering kita dengar..aamiinnnn

Anonymous said...

Kraton koq hebat yo nggaji pegawe $5.800, Cak Gaw keliru kali!? simbah mungkin dibayar dollarrrr... mungkin lho soalnya babuku aja tak bayar Rp350.000...Sarkasme menyuruh org mengabdi lahir batin dieksploitir lahir batin ...wis gak usum cak Sultan! aku protes ini melanggar HAM (meski aku tau si Mbah suka dilanggar HAMnya)

torehan keyboard diatas monitor said...

astaghfirullah, nanti kalo ketemu lagi, tolong sampaikan permintaan maafku ya, coz selama ini aq selalu berpikir yang negatif tantang mbah marijan...maaf ya mbah...

reoggal said...

sesungguhnya orang macam dialah orang yang dapat petunjuk dari yang khalik,selalu melihat ke bawah,

reoggal said...

hahaha

Anonymous said...

hi every person,

I identified gawtama.blogspot.com after previous months and I'm very excited much to commence participating. I are basically lurking for the last month but figured I would be joining and sign up.

I am from Spain so please forgave my speaking english[url=http://malearnnewthings.info/forum].[/url][url=http://submityournewskr.info/forum].[/url][url=http://chworlddiscovery.info/].[/url]

dob_dob said...

entah apa yang mau saya katakan... kita juga tak bisa memungkiri ada puluhan orang yang mati konyol gara-gara percaya dengan Mbah maridjan.

turunnya wedhus gembel merupakan hal yang diketahui semua orang. tapi keyakinan klenik yang sekalipun tidak didakwahkan telah membuat mereka mati konyol.

minimal ada pengaruh klenik yang membuat mbah maridjan memilih untuk tidak turun gunung.

kalau seseorang tahu dia pasti akan mati jika berada ditengah rel, lalu tetap ngotot berjalan ditengah rel sementara ribuan orang telah minggir dari rel, bukannya itu bunuh diri yah?

ini unek-unek saya saja. terlalu naif bila memaksakan untuk membela mbah maridjan dengan kejadian-kejadian dah upacara-upacara ritual yang telah dia pimpin.