Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Saturday, May 06, 2006

Kesabaran Made In Jogya

Alon-alon waton kelakon, nampaknya ungkapan ini masih melekat dalam kehidupan sehari-hari orang Jogyakarta. Setidaknya hal itu tercermin dalam sikap orang-orang yang berkendara di jalan raya, terutama para pengguna mobil. Sepekan berada di Jogyakarta, ternyata orang Jakarta harus banyak belajar bersabar di jalan raya. Betapa tidak, nyaris semua pengendara mobil di Kota Pelajar ini lumayan tertib dengan kecepatan laju yang tak lebih dari 80 km/jam. Tak hanya itu, bisa dibilang hampir tak ada kendaraan saling salip di jalan raya, termasuk angkutan umum.

Sungguh, ini seperti di dalam mimpi saja. Kemana pun kami pergi hampir selalu menemui masalah di jalan raya yang berkenaan dengan persoalan ugal-ugalan, hingar bingar klakson dan aksi sok jagoan saling salip antar pengemudi. Sehingga kenyataan itu sempat menciptakan sebuah gumam, "Kota mana di Indonesia yang tak dihiasi aksi ugal-ugalan?"

Ternyata masih ada. Jawaban itu pun menyeruak sudah di Jogyakarta. Bayangkan, kami yang terbiasa membawa kendaraan di atas kecepatan rata-rata 150 km/jam harus menunggu kendaraan di depan yang berjalan santai seolah jalan miliknya sendiri. Awalnya lumayan kesal dibuat menunggu karena jalan sepanjang Kaliurang tak terlalu lebar untuk menyalip. Sekali berniat menyalip, kendaraan dari arah berlawanan langsung menghidupnya lampu dim tanda mereka tak mengizinkan. Ah, setelah dua hari di Kaliurang barulah kami sadar, "ini Jogyakarta bung, punya aturan main sendiri". Dan sebagai pendatang, sudah semestinya mengikuti roll of play yang berlaku.

Nyatanya, nikmat juga bersabar dalam berkendara. Lebih rileks, lebih santai, tidak stress dan meminimalisir kecelakaan. Kalau pun ada kecelakaan di sepanjang jalan Kaliurang, itu pun lebih banyak dialami oleh pengguna motor. Bisa dimaklumi, lantara kebanyakan pengguna motor adalah mahasiswa dan berlatar belakang berbagai daerah. Boleh jadi, mahasiswa yang asal Kota lain selain Jogyakarta, masih menyimpan kebiasaan lamanya berkebut di jalan. Meski sudah di wilayah "orang sabar" pun tetap saja ngebut-ngebutan.

Satu lagi. Jangan aneh kalau model 'kesabaran' made in Jogyakarta ini pun jadi pegangan para sopir angkot. Kalau Anda ingin merasakan nikmatnya berangkot, tanpa berhenti sembarangan, tanpa ugal-ugalan, saling salip dan kebut, boleh jadi di Jogyakarta lah Anda bisa mendapatkannya. Seringkali bisa didapat pemandangan yang tak pernah Anda dapatkan di Jakarta, dua hingga tiga angkot berjalan beriringan dan tak ada yang saling menyusul. Kecuali angkot di depan mendapatkan penumpang. Ooh, sungguh seperti sedang berada di sebuah negeri di awan.

Jadi, jangan heran kalau di tengah ancaman meletusnya Gunung Merapi pun sebagian besar warga tetap sabar dan tenang. "Sepertinya yang mau meletus itu kepalanya orang-orang di bawah," ujar Mbah Marijan sewaktu kami mengunjunginya Sabtu (29/4). Seperti halnya Mbah Marijan, warga lainnya pun nampak tenang dan tak tegang menghadapi bencana yang menjelang. "Yang penting sekarang banyak berdzikir, menyebut asma Allah dan meminta keselamatan kepada-Nya," pesan Mbah Marijan lagi.

Sempurna sudah. Ternyata, tak hanya Malioboro, Dagadu, Bakpia Pathuk dan Lumpia yang asli Jogyakarta. Kesabaran made in Kota Pelajar ini pun teramat indah untuk dinikmati bahkan dijadikan oleh-oleh pulang ke Jakarta. Pasti nikmat. Semoga.

Bayu Gawtama
0852 190 68581 - 0888 190 2214
www.aksicepattanggap.com

1 comment:

Anonymous said...

Iya, bener banget!
Dwi org banjar (Bjm) yg udah biasa dengan pengguna jalan yg seenak udelnya aja make jalan raya, salip menyalip, ngebut and make jalan orang udah hal biasa di Banjar, tapi pas ke Jogya..ampun deh...!!! pertama sih kesel juga..lelet abis men! maklum kebiasaan di rumah ndiri dibawa kerumah orang..huaa ya gak nyandak tho ya..hehehe

Tapi serius, seperti Gaw bilang sabar made in Jogya emang paten, lama-kelamaan rasanya emang damai dan gak heran Jogya jadi kota abadi segala sesuatu di sana membawa kenangan tersendiri lain dan pasti teringat sampai kapan pun.
Hmmmm....kapan ya Banjarku bisa seanggun Jogya?
Gaw..maen dong ke Bjm, trus lihat apa yg bisa Gaw tulis tentang kotaku tercinta ini..(selain crowded and panasnya hhehehe)