Beberapa pekan lalu, saya berkesempatan mengunjungi seorang sahabat di rumah sakit. Tak ada yang aneh dengan orang sakit, dinding putih teman setia, selimut bergaris biru muda, senampan buah segar bawaan penjenguk yang datang silih berganti, dan sisa makanan pagi yang belum sempat diangkat petugas.
Ya, tak ada yang aneh dengan sahabat saya yang sakit kecuali pasien yang satu kamar dengannya. Seorang bapak berusia 60-an tampak iri dengan kehadiran saya beserta beberapa sahabat lain saat menjenguk sahabat saya, pasien sekamarnya. Binar matanya menyiratkan kerinduan akan seseorang seperti halnya sahabat saya yang tak hentinya dijenguk keluarga, kerabat maupun sahabat.
Segera saya hampiri ia dan menyapanya. Belum satu kata keluar dari mulut saya ketika tiba-tiba ia menangkap tangan saya dan menariknya perlahan ke dadanya. Sebulir air jatuh dari sudut matanya yang memendam sepi, beberapa kata pun mengalir dengan paraunya. Kepada saya ia bercerita, sudah tiga hari anaknya tidak menjenguknya karena anak tunggalnya itu harus berdagang lebih giat untuk mengumpulkan biaya berobat. Isterinya telah lama meninggal sehingga ia hanya hidup berdua dengan anaknya.
Tidak ada keluarganya di
Saya teringat saat ikut serta salah satu kegiatan Kelompok Kerja Sosial (KKS) Melati di RS Fatmawati. Atas seizin pihak rumah sakit, kami, para relawan Melati mengunjungi paviliun anak dan mendongeng untuk anak-anak yang tengah menjalani masa perawatan.
Ada
Dalam banyak kesempatan, tentu kita bisa memberikan energi positif kepada siapapun di lingkungan kita. Seperti halnya saya berharap, tulisan ini pun bisa memberikan energi positif bagi yang membacanya.
Teriring doa untuk Kayyis Razhes Fadgham Jihady
No comments:
Post a Comment