Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, bersama beberapa teman sepulang sekolah saya menyempatkan diri mencari bibit tanaman di kebun liar. Biasanya, saya pulang membawa beberapa tanaman untuk kemudian di tanam di halaman depan rumah. Entah itu pohon mangga, jambu, rambutan atau lainnya. Meski dengan rajin saya merawatnya, memagarinya dengan potongan bambu agar tak terusik unggas, menyiraminya setiap pagi dan sore, namun masih saja ada pohon yang mati. Saya pun berkesimpulan, saya harus menanam lebih banyak pohon sehingga lebih besar peluang saya mendapatkan hasilnya nanti. Jadi, meski ada satu dua pohon yang mati saya tak perlu khawatir karena masih ada banyak pohon lain yang saya tanam bisa tumbuh subur.
Alhamdulillah, beberapa tahun kemudian saya bisa menikmati hasilnya. Pohon mangga yang saya tanam, tumbuh besar dan berbuah. Begitu pula dengan pohon jambu, rambutan dan pepaya. Sungguh saya bahagia menyaksikan hasil dari apa yang pernah saya tanam dahulu. Merupakan kepuasan tersendiri bisa menikmati manisnya buah-buahan yang saya tanam sendiri.
Tidak puas sampai disitu, saya juga sering meminta izin kepada para tetangga untuk menamam bibit pohon yang saya temui dari hasil pencarian di kebun liar. Dan beberapa tahun kemudian, seperti halnya pohon yang saya tanam di halaman rumah sendiri, pohon-pohon di halaman rumah tetangga pun tumbuh subur dan berbuah. Apa yang saya dapat? setiap kali pohon-pohon di rumah tetangga itu berbuah, saya diperkenankan untuk ikut menikmatinya. "Ini kah hasil yang kamu tanam dulu, nak," ujar mereka.
Ah, alam telah sekian lama mengajarkan kepada manusia, apa pun yang kita tanam, benih apa pun yang kita tebar akan tumbuh sesuai dengan benihnya. Jika pohon mangga yang kita tanam, maka ia akan berbuah mangga. Tak pernah pohon jambu berbuah selain jambu, begitu juga dengan rambutan atau pohon lainnya yang kita tanam. Mengagumkan, kita hanya menanam sebiji mangga di halaman rumah, tapi kemudian kita bisa menikmatinya terus menerus bahkan tidak terbilang jumlahnya.
Alam memberi hikmah, siapa pun manusia yang menebar benih dan menanam pohon kebaikan, maka kelak ia akan menuai teramat banyak kebaikan, meski hanya satu kebaikan yang ditanamnya dahulu. Dan karena kebaikan demi kebaikan juga kita tanam di banyak tempat, kelak sampai kapan pun dan kemana pun kita melangkah, kita kan menuai kebaikan. Ini hasil dari apa yang pernah kita tebar sebelumnya.
Namun, setiap manusia yang menebar benih kejahatan pun kelak kan menuai kerugian maupun kejahatan yang sama. Anda pernah menghina orang, jangan kaget jika suatu ketika Anda dipermalukan oleh orang lain. Sebanyak apa pun keburukan yang pernah Anda tebar sebelumnya, pasti kelak Anda kan menuai keburukan di suatu hari. Meski semua itu Anda dapatkan dalam rangka membersihkan diri Anda.
Hmm, kalau lah saya bisa menikmati manisnya buah dari pohon-pohon yang saya tanam dahulu. Pastilah kelak saya bisa menikmati indahnya kebaikan dan keberuntungan dari benih kebaikan yang saya tebar dan tanam hari ini. Semakin banyak yang saya tebar, semakin banyak pula yang kan saya peroleh. Maha Suci Allah.
Bayu Gawtama
1 comment:
tapi kenapa jaman sekarang beda kebaikan yang bener-2 baik dengan kebaikan yang bener-2 jahat (ada maunya gitu maksudku, kebaikan terselubung) kadang sangat tipis P. bay. Tapi bagi sayah yang penting tebar kebaikan sesuai kemampuan diri ya dan ikhlas lahir batin
Post a Comment