satu blok di tepi masjid
kalau diminta menyebutkan satu tempat yang hingga hari ini masih membekas di hati, tentu saya akan menyebut: satu blok di bagian dalam dekat pintu masjid at tiin, taman mini.
jika ada yang meminta saya menunjukkan lokasi yang paling berkesan -setidaknya hingga detik ini-, pastilah telunjuk saya mengarah ke: satu blok di bagian dalam dekat pintu masjid at tiin, taman mini.
dan seandainya hari ini ada yang memaksaku mengantarkan ke suatu tempat yang menurutku paling menenangkan, pastilah ia akan saya ajak ke: satu blok di bagian dalam dekat pintu masjid at tiin, taman mini.
di blok itu, saya menghabiskan sepuluh malam terakhir ramadhan 1425 h. lantai keramiknya, sering menjadi saksi tapak-tapak kaki ini berdiri tegap di setiap pertengahan malam hingga waktu sahur tiba. di lantai dingin di blok bagian dalam dekat pintu masjid at tiin itu juga saya menggelar sajadah hijau yang sedikit membantu menghangatkan tubuh saat diri ini bersimpuh, bersandar, berdiri, atau berbaring sekadar mengistirahatkan mata.
di blok bagian dalam dekat pintu masuk masjid at tiin itu juga, saya meletakkan qur'an, buku-buku bacaan, botol aqua yang sebagian sudah kosong, dan pakaian-pakaian kotor yang tak tercuci hingga akhir ramadhan.
(insya Allah) bukan cuma Allah dan malaikat, tapi blok bagian dalam dekat pintu masjid itu juga merekam semua pinta yang terajut di setiap kesempatan yang ada, di setiap letih yang tersisa, di setiap tangis yang terburai, di lebam yang membekas, di setiap ketukan hati yang menghiris, di setiap malam yang membisu, di setiap fajar yang mencerahkan, di setiap siang yang terik, di setiap senja yang menawan, dan di setiap diamku yang tak mengalirkan satu kata pun.
satu harap cemas terbersit di hati, semoga Allah berkenan mendengar pintaku, agar kembali mempertemukan diri ini dengan sang kekasih, ramadhan.
No comments:
Post a Comment