Kebakaran yang melanda kawasan Cilincing, Jakarta Utara, Senin (15/10) lalu, menyisakan lautan kesedihan bagi para korban. Terutama mereka yang saat kejadian tengah berada di kampung halamannya untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga. Kesedihan sangat nampak di wajah mereka yang hanya bisa menatap nanar rumah dan harta benda yang tak lagi tersisa.
Sriatun misalnya, ia dan keluarganya tengah berada di Indramayu untuk berlebaran ketika api melalap tidak kurang dari 500 rumah di Cilincing, termasuk rumahnya. Sri dan keluarganya mendapat kabar dari para tetangganya melalui telepon, "waktu ditelepon, katanya rumah kebakaran, saya langsung lemas dan tidak bisa berkata apa-apa," ujar Sri yang langsung mengajak suami dan anak-anaknya ke Jakarta untuk melihat rumahnya.
Selasa pagi (16/10), ia tiba di Cilincing dan mendapati rumahnya sudah hangus terbakar, bahkan rata dengan tanah. "Tidak satupun yang tersisa mas, ludes semua apa yang kami miliki," lirihnya sambil mengumpulkan beberapa mangkuk dan piring yang meski masih utuh namun sudah hangus terbakar.
Lain halnya dengan Karnadi (51), pedagang ayam potong ini ketika kebakaran terjadi tidak pulang kampung. Hanya saja ia dan isterinya ditinggal pulang kampung oleh kelima anaknya ke Tegal. Sehingga hanya ia dan isterinya saja yang berjuang menyelamatkan barang-barang dan hartanya. "harta saya yang paling berharga cuma freezer untuk menyimpan ayam potong ikut terbakar, tidak sempat kami selamatkan," kata Karnadi sambil terduduk lemah.
Teramat banyak kisah memilukan di antara puing-puing dan aroma hangus serta beberapa titik asap yang menyeruak. Kisah pilu yang takkan pernah selesai jika hanya disikapi dengan air mata dan empati. Mari, bantu mereka... (gaw)
No comments:
Post a Comment