Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Monday, July 02, 2007

Dikunjungi Guru

Untuk menjaga keikhlasannya, saya harus merahasiakan nama beliau. Tapi sungguh, saya mendapatkan pelajaran banyak dari lelaki ini.

Sabtu pagi, beliau mengirim satu message, “Saya tahu bahwa hari sabtu adalah hari keluarga, namun jika berkenan saya ingin sekali silaturahim ke rumah…” kira-kira seperti itu bunyi SMS-nya.

Jujur saja, saya merasa bingung dengan rencana silaturahim bapak tiga anak asli Surabaya ini. Alasan pertama, jelas saya merasa malu. Meski belum pernah bertemu sebelumnya, tapi saya tahu persis usia beliau lebih tua dari saya. Soal silaturahim memang tidak mengenal hirarkis, tapi seyogyanya saya lah yang mendahului bersilaturahim ke tempat beliau. Kedua, saya merasa tidak siap bertemu dengannya, meski pun –lagi-lagi- saya belum pernah bertemu dengannya sebelumnya.

Setelah melalui beberapa pemikiran, selang satu setengah jam kemudian saya baru membalas SMS-nya, “Insya Allah pak, silahkan, dengan senang hati jika bapak mau berkunjung ke rumah saya…”

Harap-harap cemas saya menanti kedatangannya, saya khawatir beliau tersesat di jalan mengingat ia besar di Surabaya dan (mungkin) belum terlalu hapal daerah Jakarta dan sekitarnya. Terlebih lagi, tempat tinggal saya bukan di Jakarta, melainkan di Sawangan, Depok, pinggiran Jakarta yang sebenarnya sudah memasuki wilayah Jawa Barat.

Beliau pun kirim SMS ke sekian, bahwa dia sedang mencari pengantar yang mengerti seluk beluk jalan di Jakarta dan sekitarnya agar tidak tersesat. Santun sekali bapak ini, beliau tidak hendak menyebut “driver” dan menggantinya dengan kata “pengantar”. Sungguh, belum bertemu pun saya sudah kagum dengan bapak ini dan saya semakin penasaran sekaligus bersemangat untuk segera bertemu dengannya.

Selepas dzuhur saya menunggu beliau sambil membaca-baca buku di kamar, namun ternyata saya ketiduran. Hingga menjelang pukul 15.00 WIB, isteri saya membangunkan dan memberitahu bahwa tamu saya sudah datang. Dalam mata yang masih terlihat baru bangun tidur, saya menemui beliau dan langsung menyalaminya.

Nyaris dua jam –setelah dipotong sholat ashar- kami berbincang tentang banyak hal. Saya jadi sedikit lebih tahu siapa beliau dan latar belakangnya. Sedikit tentang keluarganya dan banyak hal berkenaan dengan pengalaman hidup yang ia ceritakan. Dan yang terpenting, saat itu saya benar-benar terkelu dan tidak bisa banyak berbicara. Saya kadung dibuat kagum dengan senyum, keramahan dan kharisma yang menempel di diri dan jiwanya. Saya merasa tidak harus berkata apa-apa dan nyatanya memang tidak sanggup berkata-kata ketika ia bercerita banyak tentang perjalanan hidupnya. Jujur saja, saya merasa tengah dikunjungi seorang guru besar yang mengajarkan makna dan hakikat hidup.

“Luar biasa” ini kalimat saya yang terbetik untuk guru yang satu ini. Jika harus menyebutkan nilai hikmah yang saya dapatkan dari kunjungan guru saya ini, tentulah tidak cukup berlembar-lembar saya menuliskannya. Betapa ia telah mengajarkan sifat rendah hati (tawadhu’) dengan berkenan berkunjung ke rumah saya yang lebih muda, pelajaran tentang kesantunan juga diberikannya. Belum lagi soal makna hidup, tentang skenario Allah atas diri setiap manusia, dan lain sebagainya.

Intinya, itu kunjungan yang luar biasa. Yang saya tidak tahu apakah saya bisa membalasnya sebaik –tidak yakin bisa lebih baik- caranya bersilaturahim ke rumah saya. Tapi saya tetap berkewajiban membalasnya dengan cara yang saya mampu. Oya, salah satu pesan penting yang saya dapatkan dari beliau sebelum masuk kendaraannya, “Saya juga menjalani hidup dari bawah, mulai dari kecil. Jalani saja…”

Terima kasih,

Gaw
Terima kasih untuk seorang guru yang baru saja bersilaturahim di Sabtu siang

No comments: