"Saat berlebih tak memberi, saat diminta tak memiliki" Ini menjadi kalimat yang paling menyakitkan untuk disimak saat ini, setidaknya oleh saya. Sedih ketika harus berkata "tidak" atau "maaf" untuk mewakili ketakberdayaan untuk membantu seseorang yang tengah berada dalam kesulitan. Pada saat kita teramat dibutuhkan, justru tak sedikit pun yang kita miliki untuk diberikan. Alih-alih kita menjadi pahlawan kesiangan karena menawarkan bantuan kala tak lagi dibutuhkan. "Pergi saja dengan bantuanmu itu, kami tak lagi membutuhkan," seolah kalimat pedih ini yang terdengar sepanjang jalan sepulang dari kegagalan memberi.
Salahkah saya? salahkah orang-orang yang datang menawarkan bantuan saat tak lagi dibutuhkan? Mungkin tidak. Lebih tepatnya terlambat. Ingat waktu masih jamannya sekolah dulu, terlambat adalah hal paling memalukan yang harus terjadi dalam sejarah pendidikan saya. Betapa ratusan pasang mata harus memandangi langkah penuh malu si Latest Man ini, mulai dari penjaga sekolah yang dengan tampang seramnya membuka pintu gerbang, anak-anak dari kelas lain yang sedang berolah raga, barisan depan siswa kelas lain yang melihat diri ini melewati pintu-pintu kelas yang tak tertutup rapat, hingga harus main 'kucing-kucingan' agar tak bertemu Wali Kelas atau bahkan Kepala Sekolah.
Langkah pun terhenti saat menjelang mengetuk pintu kelas. Terbayang ketukan itu akan menghentikan suara guru yang tengah serius memberikan pelajaran, membuyarkan konsentrasi teman satu kelas, atau mungkin juga membangunkan seorang teman di deretan belakang yang pulas tertidur. Pernah seorang guru yang terganggu akibat ketukan itu berujar singkat, "tolong tutup kembali pintunya, tapi dari luar!" Duh, sakitnya.
Belasan bibir manyun, puluhan tatap mata tak senang semakin memberatkan langkah menuju kursi yang sejak setengah jam lebih terlihat kosong. Meski tak semua begitu, tetap saja membuat latest man ini menunduk sepanjang satu jam pelajaran. Tatapan dan senyum simpul gadis di bangku tengah baris ke tiga pun tak sempat diladeni. Ah, mana sempat. Oh ya, sebutan latest man ini berasal dari celetukan seorang teman yang bahasa inggrisnya pas-pasan. Karena semua anggota kelas bahasa inggrisnya pun pas-pasan, jadi ngetrend-lah julukan itu untuk siapa pun yang sering terlambat masuk kelas.
Intinya, amatlah malu menjadi orang yang terlambat. Untuk dan dalam hal apa pun.
Kembali ke soal memberi saat tak dibutuhkan, dan tak memberi saat dibutuhkan. Saya mendapat satu pelajaran berharga bahwa Allah senantiasa memberi kita kesempatan untuk berbuat baik, kesempatan itu datang pada saat kita berlebih mau pun dalam kesempitan. Masalah kita adalah, saat berlebih lupa memberi sedangkan saat sempit menjadi alasan untuk tak memberi. Boleh jadi Allah dan para malaikat memperhatikan kita pada saat demikian, sehingga tak ada lagi kesempatan yang diberikan untuk kita berbuat baik.
Semestinya, kita senantiasa memanfaatkan peluang berbuat baik itu pada saat dibutuhkan. Sedikit banyak bukan soal, karena terpenting dari itu adalah kita selalu ada pada saat orang lain membutuhkan. Walau pun saya selalu berprasangka baik kepada Allah, bahwa kesempatan berbuat baik tak pernah tertutup bagi siapa pun. Ini berita baiknya. Tapi, cobalah selalu membuat Dia tersenyum.
Bayu Gawtama
2 comments:
Benar, sebagaimna hidup, kadang kesempatan tidak datang dua kali.
What a great site » »
Post a Comment