Sungguh saya tak pernah berani bertanya, keberatankah mereka jika saya terlalu sering pergi ke lokasi bencana beberapa pekan. Tak ada sedikit pun ingin saya berpikir, rindukah anak-anak jika lelaki satu-satunya di rumah ini harus pergi berminggu-minggu meninggalkan mereka? Atau bahkan berpikir pun saya tak mampu untuk sekadar membayangkan betapa sepinya hari-hari mereka tanpa saya.
Setiap malam menjelang tidur, adalah waktu bagi seorang Ayah seperti saya mentransfer nilai-nilai kehidupan melalui dongeng. Setelah sebelumnya berlelah-peluh meramaikan malam di rumah kami dengan canda dan bermain bersama. Cukup padat waktu sepanjang malam selepas sholat maghrib berjamaah, yang kemudian berlanjut dengan mempelajari ayat-ayat Allah atau memperlancar bacaan si kecil yang agak sedikit malas belajar. "Kalau nggak belajar, nggak ada dongeng" kalimat ini menjadi senjata pamungkas setiap kali rasa malas menyerang mereka.
Akan ada banyak malam mereka lewatkan tanpa dongeng, ada banyak waktu sholat mereka tanpa imam laki-laki, dan entah berapa menit waktu sepi mereka tanpa kehadiran lelaki penghibur ini. Entah kemana mereka berlari untuk mengadu sedih saat berselisih-soal atau berebut mainan, kepada siapa mereka menabrakkan kepalanya seraya mencucurkan air mata dan berkata, "Ummi nakal..." bahasa yang mereka pakai ketika tak sependapat dengan umminya.
Ingin hati bertanya, pernahkah terbersit oleh mereka bahwa saya pun amat tersiksa menjalani hari-hari tanpa tawa ceria mereka. Bahwa tak ada yang mampu menserikan hidup ini kecuali menikmati suara-suara kecil lucu mereka, melihat gelak canda dan tingkah polos mereka. Tahukah mereka bahwa saya teramat menantikan hari-hari untuk selalu bersama, sehingga ketika berada di tempat lain, anak-anak seusia mereka lah yang senantiasa saya dekati untuk diajak bermain dan mendongeng seraya membayangkan keduanya berada di tengah-tengah kerumunan anak-anak itu. Sementara, itu cukup untuk mengobati rindu. Semoga pula mereka tahu di hati ini selalu tersedia cinta yang siap ditumpahkan setiap saat. Walau sedetik, semakin tertunda pertemuan dengan mereka semakin membuncahlah cinta yang menyesaki dada ini.
Cukup sudah saya mempunyai gambaran betapa mereka tak ingin lelaki ini berlama-lama pergi. "Tujuh hari, nggak boleh lebih. Janji?" tak mampu saya mengiyakan pertanyaan itu kecuali dengan pertanyaan, "Kalau lebih?" Mereka hanya menjawab dengan senyum. Saya mengartikannya 'boleh' entah bagi mereka.
Ingin sekali saya bertanya, keberatan kah mereka setiap kali saya pergi keluar kota untuk beberapa hari? Saya harus bertanya karena hampir setiap bulan harus meninggalkan mereka, karena akan ada malam-malam mereka tanpa dongeng, akan ada ribuan detik milik mereka yang terlewatkan tanpa bermain bersama lelaki ini.
Belum sempat saya bertanya, semuanya sudah terjawab pagi ini sebelum berangkat ke kantor. "Bi, bawa foto dede ya, simpan ya di kantong..." ujar si kecil. Ooh...
Bayu Gawtama
2 comments:
sudah lama menunggu tulisan yang seperti ini lagi, kini rindu itu terobati. salam untuk dua bidadari di rumah.. oops tiga sama ibu perinya :) wass
Excellent, love it! Neurontin treats ibs Baby clothing underwear and lingerie padded bras
Post a Comment