Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Thursday, February 03, 2005

Yang Muda Yang Rapuh!

Allah tahu saya belum berinfak hari ini, karenanya Dia mengirimkan Pak Ugi untuk mendekat ke saya. Pagi itu kereta teramat penuh, dari Stasiun Depok naiklah seorang tua ditemani isterinya. Mereka tampak kelelahan, dan saya persilahkan isterinya untuk duduk.

"Bapak jalan kaki dik dari Banten ke Depok," ujar Pak Ugi tanpa merinci daerah bagian mana di Banten yang ia maksud.

Saya tertegun membayangkan betapa lelahnya mereka berdua. Dan yang lebih membuat saya terhenyak, mereka melakukan itu karena telah kehilangan perbekalan mereka, antara lain uang sejumlah tujuh ratus ribu rupiah.

"Saya ingin pulang ke Pamanukan, tapi sudah tidak punya ongkos," lanjutnya sambil bercerita, beberapa orang yang ditemuinya menyarankan ia mengamen saja berdua dengan isterinya. Bahkan seorang yang lain berkata, "Bapak kan pakai peci, jadiin modal buat minta-minta saja...".

Pak Ugi langsung mengurut dada, ia tak menyangka mendapat perlakuan demikian. Ia katakan kepada pemuda itu bahwa ia tak pernah meminta apa-apa darinya, dan ia juga bukanlah pengemis. Isterinya sempat menangis mendengar ucapan pemuda itu. Pak Ugi pun menghibur isterinya dengan mengajaknya ke masjid, sholat dan berdoa agar Allah memberinya jalan.

"Doa saya dik, cuma satu, agar Allah memberikan saya kemudahan dan mempertemukan saya dengan orang-orang baik," katanya.

Ia pun bercerita tentang tujuannya, mereka hendak ke Stasiun Kota untuk kemudian pulang ke kampungnya di Pamanukan. Sambil cerita, ia berbisik, "Petugas KA sudah periksa karcis belum? Saya nggak beli karcis, takut disuruh turun".

Saya hanya berdiri mematung, meringis mendengar cerita Pak Ugi. Satu pelajaran berharga saya dapatkan hari ini, betapa seorang tua seperti Pak Ugi pantang bermental pengemis meski dalam keadaan tak berdaya sekali pun.

saya yang muda, teramat sering mengeluh, terlalu sering berharap orang lain melihat dan mendengarkan keluhan saya dan tak henti-hentinya berharap uluran tangan dari orang lain. Padahal dengan segala kemampuan dan kekuatan yang ada, saya semestinya jauh lebih kuat dari Pak Ugi.

Benarlah, semakin tua seseorang semakin kuat ia. Karena sesungguhnya ia telah banyak melalui berbagai rintangan yang belum pernah ditemui oleh yang muda. Secara fisik mereka yang tua memang terlihat lemah, tapi mental kita yang muda terkadang lebih rapuh.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Ugi atas pelajaran berharganya, saya berpikir sejenak dan kemudian, sebelum satu stasiun lagi saya turun, saya selipkan sejumlah uang yang mudah-mudahan bisa mengantarkan mereka berdua sampai ke kampungnya. Semoga.

Sungguh, ia tak memintanya, tapi saya yang memaksanya menerima pemberian yang tak sebanding dengan pelajaran berharga yang saya terima. Semoga Allah melindungi mereka.

Bayu Gautama

No comments: