Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Tuesday, September 16, 2003

Saddest Poem
Pablo Neruda

I can write the saddest poem of all tonight.

Write, for instance: "The night is full of stars,
and the stars, blue, shiver in the distance."

The night wind whirls in the sky and sings.

I can write the saddest poem of all tonight.
I loved her, and sometimes she loved me too.

On nights like this, I held her in my arms.
I kissed her so many times under the infinite sky.

She loved me, sometimes I loved her.
How could I not have loved her large, still eyes?

I can write the saddest poem of all tonight.
To think I don't have her. To feel that I've lost her.

To hear the immense night, more immense without her.
And the poem falls to the soul as dew to grass.

What does it matter that my love couldn't keep her.
The night is full of stars and she is not with me.

That's all. Far away, someone sings. Far away.
My soul is lost without her.

As if to bring her near, my eyes search for her.
My heart searches for her and she is not with me.

The same night that whitens the same trees.
We, we who were, we are the same no longer.

I no longer love her, true, but how much I loved her.
My voice searched the wind to touch her ear.

Someone else's. She will be someone else's. As she once belonged to my kisses.
Her voice, her light body. Her infinite eyes.

I no longer love her, true, but perhaps I love her.
Love is so short and oblivion so long.

Because on nights like this I held her in my arms,
my soul is lost without her.

Although this may be the last pain she causes me,
and this may be the last poem I write for her.




Justru Pada Akhir Tahun
Rendra

Bermukimlah di peti mati dan jangan menatap lagi
aku terpaksa berkhianat dan cintamu jadi siksa
keengganan-kehilangan jadi ketakutan bangsawan
sangsi yang ini mendorong ingin segala punya
dan jadilah hatiku asing pada pangkalan dan persinggahan

Berilah aku kenikmatan atau keedanan dan bukan cinta
cinta memang kudamba tapi jadi asing di dekatnya
begitu agung ia, mungkin tak kukenal bila singgah di dada
dan oleh lukatak kupercaya lagi kehadirannya

Terkutuklah saat-saat aku sadari diri begini
tampak seolah tindakku berbunga dosa
tindak yang di sisi hatiku sungguh bening
(Percayalah! Matamu 'kan mengutuk segala dusta.)

Tolonglah memupus lari sangsiku.
(demi cintamu yang tidak waras kepadaku!)
Pendamlah cintamu dalam perbuatan edan
atau sekali-kali berkhianatlah kepadaku
atau bermukimlah di peti mati dan jangan nangis lagi
atau bunuh aku dengan tikaman mesra duka cinta
dan segalanya akan pupus begitu
bukankah itu mesra, sayangku?

*dikutip dari Empat Kumpulan Sajak, Rendra, Pustaka Jaya, Cetakan Ketujuh, 1994



Body of a Woman
By Pablo Neruda*

Body of a woman, white hills, white thighs,
you look like a world, lying in surrender.
My rough peasant's body digs in you
and makes the son leap from the depth of the earth.

I was lone like a tunnel. The birds fled from me,
and nigh swamped me with its crushing invasion.
To survive myself I forged you like a weapon,
like an arrow in my bow, a stone in my sling.

But the hour of vengeance falls, and I love you.
Body of skin, of moss, of eager and firm milk.
Oh the goblets of the breast! Oh the eyes of absence!
Oh the roses of the pubis! Oh your voice, slow and sad!


Body of my woman, I will persist in your grace.
My thirst, my boudnless desire, my shifting road!
Dark river-beds where the eternal thirst flows
and weariness follows, and the infinite ache.

*Pablo Neruda (1904-1973), a Latin American poet with an international reputation. The winner of Nobel Prize for Literature in 1971.



O Malam Tak Kunjung Kelam
T. S. Pinang*

o, malam tak kunjung kelam

telah habis doa-doa kurapalkan
di mulut tak kunjung menukik hati
di jemari tak kunjung merasuk niat

o, gelap tak kunjung lelap

telah habis api lilin
bahkan bara di perapian
tinggal dengus dingin sepian

o, hati tak kunjung danau

sesempit itu kini terasa
sekeping bara terperam suam
sekepal kepala menampuk tahta

o, api tak kunjung cinta

aku terbakar dimana air
aku terkapar disambar petir
aku terluka kau tak hadir

o, tuhan tak kunjung diri
kulepas baju
aku bosan
aku rindu


*Teguh Pinang Setiawan, calon penyair, domisili di Yogyakarta. Seniman graphis dan webmaster, sitenya di: www.titiknol.com



I Cry

Sometimes when I'm alone I cry
Because I'm on my own
The tears I cry are bitter warm
They flow with life but take no form
I cry because my heart is torn
I find it difficult to carry on
If I had an ear to confide in
I would cry among my treasured friend
But who do you know who stops that long
To help another carry on
The world moves fast and would rather pass by
Than to stop and see what makes one cry
So painful and sad
And sometimes....
I cry and no one cares about why.

By Tupac Shakur

*Tupac Amaru Shakur, Black American greatest rapper, died in a drive by shootings in 1996



Aku Ingin

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(sapardi joko damono)

*diambil dari sajak "aku ingin" - sapardi joko damono


Dialog dan Kemanusiaan

Aku tak tahu apakah aku terlalu banyak berdialog dengan diriku sendiri. Kalau hari ini betul, tentunya inilah sebagian yang menyebabkan aku kurang mampu berkomunikasi dengan lingkunganku. Tapi bukankah memperbanyak dialog dengan diri sendiri itu justru menambah kita makin mengeri arti kemanusiaan ini? Dengan melihat diri sendiri kita melihat manusia.

24 januari 1970 - Ahmad Wahib*

*kutipan dari Pergolakan Pemikiran Islam terbitan lp3es tahun 1983, catatan harian Ahmad Wahib


Diva

"Matilah sebelum mati.
Karena kematianmu adalah kemerdekaanmu."

Diva - Supernova [Dee]* hlm. 166

*Novel sains fiksi Supernova oleh Dee (Dewi Lestari Simangunsong), terbit Januari 2001


Cintaku Jauh Di Pulau

Cintaku jauh di pulau
gadis manis, sekarang iseng sendiri.

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang,
tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segalam melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja."

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri

Chairil Anwar*, 1946

*Chairil Anwar, lahir 26 Juli 1922 di Medan, meninggal 28 April 1949. Chairil Anwar sering dianggap sebagai pelopor "Angkatan 1945" dalam sastra Indonesia