Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Saturday, October 18, 2008

RI-1 Mau Datang ke Rumah Saya!

Suara dering telepon selular mengagetkan saya di pagi hari,

“Benar saya berbicara dengan bapak … ?” suara di seberang telepon menyebut nama saya. Saya pun mengiyakan tanpa basa-basi.

Kemudian, suara yang terdengar tegas itu mengaku mengatasnamakan Bapak RI-1, alias presiden negeri ini dan menjelaskan bahwa atasannya itu hendak berkunjung ke rumah saya.

“Bapak becanda kali… mana mungkin presiden mau ke rumah saya? Lagi pula beliau kan tidak kenal saya dan ada urusan apa orang penting seperti beliau ke rumah saya,” kata saya.

“Tidak perlu banyak cakap pak, sebutkan alamat lengkap bapak, kami akan datang sore ini juga, Presiden mau berbuka puasa bersama Anda…” suaranya makin tegas, mungkin ia mantan tentara, oh, atau malah masih aktif.

Orang sepenting RI-1 mau ke rumah saya? Ahh, saya tidak percaya, ini pasti orang mau menipu saya. Maka saya pun mencoba melakukan verifikasi, seperti halnya saya ketika ditelepon pihak bank.

“Maaf, boleh sebutkan tanggal lahir bapak presiden? Nama ibu kandung beliau? Alamat lengkapnya?”

“Anda menghina saya? Tidak hormat pada presiden?” gertaknya. Nampaknya ia mulai tidak sabar berhadapan dengan saya.

“Ya kalau Anda memang mengatasnamakan bapak presiden, jawab saja pertanyaan saya, Anda pasti tahu kan? Ini sekadar meyakinkan saya bahwa Anda tidak hendak menipu saya,” jawab saya lagi tak mau kalah. Sebenarnya, kalau dia mau menipu, apa sih yang diharapkan dari saya? Toh saya tidak punya apa-apa…

Tiba-tiba, “Assalaamu’alaikum…” suara yang berbeda dari sebelumnya. Namun kali ini, saya rasa mengenal suaranya. Sangat tidak asing karena kerap saya dengar di televisi. Masya Allah…!!! Nyaris tertahan nafas saya, sementara dada ini berdegup kencang sekali.

Suara itu… ya, suara RI-1. Rupanya orang tadi benar dan tidak hendak menipu saya. Mungkin Pak Presiden tidak sabar dan mau berbicara langsung dengan saya. Eh, tapi… bukannya banyak pelawak yang bisa menirukan suara beliau?
“Ini benar bapak presiden? Coba sebutkan tanggal lahir Anda, nama ibu kandung dan alamat lengkap…” verifikasi lagi.

Sebenarnya, kalau dia sebutkan pun saya juga tidak tahu apa-apa soal data itu, selain alamat lengkapnya. tetapi intinya, saya percaya ini benar dan semakin membuat dada saya berdegup. Mau apa? Memangnya beliau kenal saya? Siapa saya? Sudah bikin dosa apa saya, sehingga orang nomor satu negeri ini mau ke rumah saya?

Langsung saya panggil isteri saya, tanya di rumah ada persediaan makan apa. “Beras sih ada, sama tempe sisa kemarin…” jawab isteri saya.

Panik saya. langsung saya perintahkan –biasanya minta tolong- isteri untuk belanja semua makanan yang lezat, daging, sayuran terbaik, dan jangan lupa buah-buahan yang beraneka ragam. Tentu kepanikan saya membuat isteri bingung, “Siapa yang mau datang sih? Kok segitu repotnya?”

“Presiden!” jawab saya singkat.

“Becanda ah…”tuh kan, isteri saya saja tidak percaya, saya juga sebenarnya.

“Buat beli segala macam tadi, uangnya mana?” isteri saya masih bingung, masalahnya memang tidak ada cukup uang untuk beli semua keperluan tadi. Saya pun terduduk lemas, tidak tahu harus mencari pinjaman dari mana untuk menyambut tamu mulia sore nanti.

Yang mau datang ini orang terhormat, mulia dan disegani. Maka menyambutnya pun tidak boleh asal dan sembarangan. Saya harus membersihkan rumah, tidak boleh ada setitik debu pun menempel di lantai. Dinding harus bersih dari coretan, sudut-sudut ruangan jangan ada ramat-ramat. Kamar mandi harus disikat dan wangi, biar Presiden nyaman berlama-lama di kamar mandi saya.

Bagaimana kalau beliau mau menginap? Wah, ganti seprei, bantal guling beli yang baru kalau perlu. Kasur pun harus dijemur dulu, biar empuk dan hangat saat dipakai.

Seluruh isi rumah jadi kelabakan, sampai anak-anak saya pun ikut sibuk membantu bersih-bersih, setidaknya kamar mereka sendiri. Karena kamar di rumah kami hanya dua, berarti malam nanti saya dan isteri harus tidur berdesak-desakan bersama anak-anak. Tidak apa-apa, yang penting presiden merasa nyaman selama berada di rumah saya.

***

Untungnya …

Cerita di atas tadi tidak sungguh-sungguh terjadi. Tetapi kalau benar-benar terjadi, benarkah saya sepanik itu memersiapkan kedatangan seorang pemimpin Negara? Seperti itulah kiranya saya memuliakan seseorang yang dianggap terhormat.

Bagaimana jika telepon saya berbunyi dan suara di seberang berkata, “Pak, nanti sore ada beberapa anak yatim akan datang ke rumah untuk berbuka puasa…”

Sepanik itukah saya? serepot ketika hendak menyambut presiden kah saya? apakah saya akan menyiapkan semua yang terbaik untuk anak-anak yatim? Bahkan rela meminjam uang dari tetangga untuk membeli makanan?

Bukankah kita diperintahkan memuliakan anak yatim? Bukan sekadar menyayangi atau mencintai. Jika saya sebegitu sibuk saat hendak menyambut presiden, bagaimana sikap saya menyambut tamu mulia anak-anak yatim?

Astaghfirullaah… (gaw)

2 comments:

Anonymous said...

Hm... Mungkin saya gak akan seperti itu..
Mungkin...

pupuk organik said...

pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik