Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Tuesday, January 15, 2008

Cara Allah Menegur Saya

Hampir tidak bisa mulut ini berkata-kata, sesegukan saya dibuatnya. Pun ada kata yang keluar, semuanya serba terbata-bata. Dari sudut-sudut mata ini, mengalir deras air mata yang tak mampu tertahankan. Sungguh luar biasa mengharukan hari itu. Ahad, 30 Desember 2007, ketika saudara-saudara saya menyebut nama ini sebagai penerima ACT Awards for best performance 2007.

Sungguh, saya hanya punya semangat untuk bekerja dan melakukan yang terbaik. Saya tidak pernah berharap lebih dari apa yang bisa saya lakukan untuk lembaga ini, selain sekadar untuk bisa menafkahi isteri dan anak-anak saya dari hari ke hari. Tidak terbetik pula sedikit pun dalam benak ini untuk memperoleh sesuatu lebih dari yang bisa saya impikan.

Tetapi Ahad sore itu, sesuatu yang tidak pernah berani saya impikan tiba-tiba terbentang di depan mata. Hal yang tidak mungkin saya dapatkan jika hanya mengandalkan jerih payah membanting tulang setiap hari, sejak pagi hingga malam, seolah begitu mudah diraih. Seperti yang diucapkan pimpinan saya di Ahad sore itu, ”seseorang yang selalu menghadirkan cinta dalam bekerja”, ya saya selalu berharap seperti itu dan menyelipkan satu harapan cinta itu berbalas. Itu pun apa adanya, sesuai dengan kadar cinta yang mampu saya berikan.

Tetapi hadiah yang saya peroleh dari predikat ”best performance 2007” di Ahad sore itu, membuat saya berani mengambil kesimpulan, bahwa ini bukan balasan dari cinta yang ala kadarnya milik saya itu. ”Ini cara Allah menegur saya”.

Tentu saya berani mengatakannya demikian. Jelas bahwa saya merasa belum pantas menyandang predikat ”best performance” itu dengan berbagai alasan. Pertama, tentu masih banyak orang-orang luar biasa di ACT yang lebih pantas menerimanya. Kedua, saya jelas malu menyandangnya karena minimnya prestasi yang bisa saya torehkan. Ups, kalau saya sebut minim, berarti masih ada prestasi? Saya ralat, belum ada prestasi yang bisa saya toreh. Kalau pun sekadar menyemangati, bolehlah dikatakan sekadar kisi-kisi prestasi. Itu pun belum tentu terealisasi.

Dan sebaliknya, banyak kekurangan atau juga kegagalan yang saya lakukan di lembaga ini. Kalau pun ada yang mengatakan lembaga kemanusiaan ini mengalami kemajuan pesat dalam dua tahun terakhir, tentu karena di dalamnya terdapat orang-orang luar biasa, yang mana menyembul satu orang biasa diantara yang luar biasa itu. Yang biasa-biasa itulah saya!

Jadi, ketika Ahad sore itu saya membuka sebuah amplop besar yang menera sebuah kata pertanda hadiah yang akan saya peroleh dari predikat ”best performance” itu, sungguh hanya menangis yang saya bisa. Sesegukkan saya dibuatnya, terbata-bata saya mengucapkan rasa syukur. Ahad sore itu, sebuah mimpi yang tidak pernah berani saya impikan benar-benar terbentang di depan untuk segera diraih. Ya, sore itu saya mendapatkan hadiah UMROH. Subhanallah, Alhamdulillah, Allaahu Akbar!!!

Sekali lagi, ini memang cara Allah menegur saya, agar saya segera membenahi akhlak serta meningkatkan kualitas ibadah. Karena yang saya pahami, siapa pun yang datang ke Baitullah, adalah tamu-tamu Allah. Bagaimana mungkin diri yang penuh cela dan dosa ini menjadi tamu Allah?

Apresiasi ini juga saya anggap bagian dari cara para pimpinan saya di lembaga ini menegur, agar saya meningkatkan performa dalam bekerja, mampu memberikan yang lebih baik dari yang sudah saya lakukan di 2007. Pesan moralnya tentu saja berbunyi, ”2008 harus lebih baik”

Terima kasih buat semua orang-orang luar biasa di ACT. Terima kasih buat para donatur dan mitra kerja ACT yang tentu saja tidak bisa disebutkan satu persatu. Dukungan dan kerja sama yang apik dari anggota tim ACT serta semangat yang tak pernah padam di lingkungan kerja ACT membuat semua orang seperti gila bekerja. Kepercayaan yang penuh dan mendalam dari donatur dan mitra kerja ACT menjadikan kami, orang-orang di ACT, seperti tak kenal lelah bekerja dan benar-benar ingin membuktikan bahwa pilihan bermitra dengan ACT bukan pilihan yang keliru.

Sungguh, saya bangga menjadi bagian dari orang-orang ’gila’ di lembaga ini, yang karenanya saya juga ikut-ikutan ’gila’. Dan karena kegilaan itu pula, Ahad sore itu saya merasa sebelah kaki ini sudah menginjak Masjidil Haram.

Terima kasih buat semuanya.

Gaw

5 comments:

anugerah perdana said...

barakallah ya mas gaw
kami ikut berbahagia :)

Anonymous said...

congrat, kang gaw =)
atas 'self-awareness not awardness'

aku juga mau..
salam

Sudarmanto said...

ternyata om Bayu dari ACT. Congratulation

Anonymous said...

boleh saya tegur juga?
saya minder liat aksi gaw di daerah bencana... dahsyat!

Rizki Eka Putra said...

Allah mAha Besar dan Maha mEngetahui! Semoga apa yang diimpikan mas tercapai .. Amin