Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Wednesday, April 11, 2007

Sekarang Kecil, Besar Kemudian

Iwan, sahabat jaman sekolah dulu, saya bertemu lagi dengannya beberapa waktu lalu di tempat parkir mobil sebuah pusat perbelanjaan. Ada yang lain dengannya kali ini. Enam tahun lalu saat kali terakhir bertemu dengannya, ia masih berseragam biru sebagai petugas pengisi BBM di pom bensin. Waktu itu saya berniat mengisi BBM untuk motor saya dan Iwan menyapa hangat, “Wah hebat, motor kamu bagus. Kapan ya saya bisa punya motor bagus seperti ini…”

Sungguh, Iwan yang sekarang saya temui setelah enam tahun lalu telah jauh berbeda. Ia mampu melampaui keinginannya untuk sekadar memiliki motor sebagus yang saya miliki saat itu. Kali ini, ia memperlihatkan kepada saya, sebuah mobil miliknya yang belum lama ia miliki, disaat saya masih tetap mengendarai sepeda motor.

Saya akui, bahwa saya benar-benar harus mengatakan, “hebat kamu Wan, dulu cuma ingin punya motor. Hari ini saya bertemu lagi, Iwan bahkan sudah mengendarai mobil, lebih dari sekadar motor”.

Dan yang lebih mengagumkan adalah dimana ia bekerja saat ini, “Saya punya bengkel dan salon motor cukup besar, mampirlah suatu waktu,” ujarnya sambil menyerahkan selembar kartu nama.

Ya, Iwan. Jika dulu ia hanya bermimpi memiliki sebuah sepeda motor, kini ia memiliki sebuah tempat untuk banyak pemiliki motor mendandani motornya. Kalaulah dulu ia terkagum dengan motor yang saya miliki, kini ia boleh berbangga dengan mobil baru miliknya. Semuanya, kata Iwan, adalah hasil kerja kerasnya dan keinginan yang kuat menjadi besar. “Siapa sih yang mau selamanya jadi orang kecil?” semangatnya.

Lain Iwan lain lagi seorang tukang sampah yang saya pernah saya temui di sebuah jalan raya. Belajar dari contoh keberhasilan Iwan, saya yakin sekali bahwa tidak semua tukang sampah yang saya lihat hari ini masih mengais sampah di sepanjang jalan Ibukota, beberapa tahun lagi akan tetap mengaih sampah. Boleh jadi, lima atau sepuluh tahun yang akan datang, si tukang sampah yang kita lihat hari ini memungut sampah yang kita buang ke jalan, akan mengendarai mobil yang sama mewahnya dengan yang kita pakai. Mungkin saja, pekerjaannya saat ini masih di bidang yang sama dengan sepuluh tahun lalu, seputar sampah. Hanya saja, kali ini ia menjadi bos dari puluhan bahkan ratusan tukang sampah di Jakarta.

Hidup itu berputar, dan akan selalu seperti itu. Tak selamanya tukang sampah akan tetap selamanya menjadi tukang sampah. Tidak selamanya pengisi BBM di pom bensin bertahun-tahun melulu sekadar bermimpi memiliki kendaraan sebagus yang selalu ia lihat setiap harinya saat mengisi bensin. Kuncinya adalah keinginan kuat untuk mengubah nasib, kemauan untuk menjadi besar, keengganan untuk tak selamanya menjadi orang kecil. Dan yang terpenting, seperti kata Iwan sahabat saya itu, “Kerja keras dan berdoa,” sebuah rumus yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun.

Satu hal lagi sekadar renungan untuk kita, jangan pernah menilai orang lain dari apa yang kita lihat hari ini. Boleh jadi, suatu saat ia lebih bernilai dari kita. Di saat orang lain berusaha keras mengubah nasibnya, kita masih terlena dan merasa puas dengan apa yang kita nikmati hari ini. Sungguh, orang di luar sana tengah berlari mengejar mimpi, sementara kita masih terus bermimpi dalam tidur panjang sendiri. (Gaw)

No comments: