Ada yang bilang, kepercayaan dan kejujuran bagai dua sisi mata uang, satu sisi kepercayaan, sisi lainnya berupa kejujuran. Maksudnya, jika seseorang menanamkan sebuah kepercayaan kepada orang lain, maka yang diberi kepercayaan itu semestinya senantiasa bersikap jujur. Namun nyatanya, seringkali kepercayaan dibalas dengan ketidakjujuran. Atau sebaliknya, ada saja orang yang sudah mati-matian jujur, tetap saja tidak mendapat kepercayaan.
Bicara soal kepercayaan dan kejujuran. Sebuah pelajaran menarik justru ditunjukkan oleh Bang Dollie, sebut saja begitu namanya. Dia seorang kondektur Metro Mini -sebuah angkutan umum dalam kota Jakarta- yang selain bertugas berkoar-koar memanggil penumpang, juga mendapat kepercayaan memegang uang ongkos para penumpang.
Sepanjang hari, sejak keluar jam 05.00 WIB sampai tengah malam hingga waktunya menghitung setoran dan laba. Uang yang terkumpul pun dihitung, kemudian ada kewajiban untuk membayar setoran ke pemilik angkutan umum. Namun, diakui Bang Dollie, tak sekali pun ia pernah berniat untuk menilep -menyembunyikan uang untuk keuntungan pribadi- beberapa lembar uang dari setumpuk uang ongkos penumpang digenggamannya. Padahal, kalau ia mau, tentu saja ia bisa. Meski jika ia nakal, sangat mungkin baginya melakukannya.
Tapi ia tak melakukannya. Bukan karena takut kepada Allah, bukan pula lantaran ia tak tertarik. Dalam logat bataknya yang kental, "Mana mungkin aku bisa nilep, jangankan Tuhan, sopirku pun pasti tahu kalau aku nilep".
Obrolan pun mengalir. Menurut Bang Dollie, rekannya yang menjadi sopir memang tak akan pernah tahu kapan dan berapa yang bisa ditilep olehnya. Tapi secara umum si sopir bisa tahu, sebab pekerjaan mereka berdua selain menuntut saling percaya, juga didasari atas pengalaman. Pertama, sebelum naik pangkat menjadi sopir, si sopir pernah mengenyam beberapa tahun pengalaman sebagai kondektur. Kedua, melalui jalur yang sama berulang-ulang, dan melakoni pekerjaan yang sama setiap hari, membuat si sopir tahu persis berapa banyak penumpang yang naik kendaraannya dalam sehari. Sepi atau ramai penumpang pun dia bisa menghitungnya, sehingga sangat sulit bagi sang kondektur berdalih, "penghasilan hari ini sedikit, sebab penumpang sepi" untuk mengelabui si sopir.
Sebenarnya, terpenting dari soal ketidakberanian Bang Dollie untuk nilep uang adalah karena rekannya yang bertugas dibalik kemudia telah memberikan kepercayaan penuh kepadanya. "Sekali kau berbuat curang, kau tidak akan pernah bisa bekerja di mana pun. Karena kau akan dikenal sebagai orang tidak jujur". Tentu saja yang dimaksud bekerja di mana pun itu, menjadi kondektur di angkutan mana pun.
Pelajaran yang sama juga diperoleh dari seorang sopir angkot cadangan. Ia memang bukan sopir asli dari angkot yang dibawanya, tetapi si sopir asli sering berbaik hati dengan memberinya kesempatan beberapa jam untuknya. Si sopir cadangan ini pun takkan pernah bisa berbohong soal penghasilannya selama beberapa jam itu. Sebab, sopir asli bukanlah orang yang tak tahu berapa yang biasa ia dapatkan dalam beberapa jam. Sebab, ia sangatlah pengalaman untuk pekerjaannya.
So, sebenarnya kedekatan antara kepercayaan dengan kejujuran masih bisa dipakai. Asalkan memenuhi dua saratnya. Kesatu, si pemberi kepercayaan tetap melakukan pengawasan. Kedua, yang mendapat kepercayaan betul-betul menyadari bahwa dirinya pun dalam pengawasan. Kalau semua bisa berlaku seperti ini, bukankah indah negeri ini? Wallaahu 'a'lam.
Bayu Gawtama
2 comments:
Yup..benar sekali pak. Tapi dari kedua pihak itu (yg memberi kepercayaan dan yg mendapat kepercayaan) tentu lebih dititik beratkan ke pihak kedua bukan? dan akan lebih kuat kejujurannya bila dia punya rasa 'senantiasa diawasi oleh Yang Paling Maha' :)
pupuk organik
pupuk organik : makin byk petani yg gunakan bahan kimia untuk pupuk & herbisida dan berlangsung bertahun-tahun ,akibatnya kesuburan tanah berkurang
Kunjungi Website : http://pupuk-bioorganik.blogspot.com
Post a Comment