Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Sunday, October 01, 2006

Jejak Volunteer: Totalitas ala Fahmi

Ia datang sebagai relawan, suatu saat jika kembali pun tetap relawan. Fahmi namanya, usianya baru menginjak 23 tahun. Namun, banyak hal yang patut diteladani dari pemuda ini, terutama soal makna totalitas dan loyalitas sebagai relawan (volunteer) kemanusiaan.

Fahmi datang ke Jogja hari ke-empat pasca gempa Jogja 27 Mei 2006, dan semenjak itu hingga kini ia masih di Jogja bersama-sama dengan korban bencana. Dunia kemanusiaan memang baru buatnya, namun sekali ia menceburkan diri ke dalamnya, ia seperti tak pernah puasnya berenang dalam kenikmatan bekerja sebagai volunteer. Sejak masa emergency, hingga kini memasuki fase recovery, tak berkurang semangat yang dimilikinya untuk membantu sesama.

"Setiap kita, mungkin hanya diberi satu kesempatan untuk melakukan hal terbaik. Dan hal terbaik bagi saya adalah ketika saya bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Ini adalah kesempatan saya, saya tak akan pernah melepaskannya," ungkap Fahmi pemuda yang sangat pendiam ini. Ya, Fahmi memang menganut sikap tak banyak bicara, namun warga Dusun Kedaton Kidul, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, bisa memberikan kesaksian tentang apa yang dikerjakan Fahmi.

Sejak hari pertama kedatangannya membantu korban gempa Jogja, Fahmi tinggal ditenda bersama-sama dengan relawan ACT-Aksi Cepat Tanggap lainnya. Bahkan saat ACT membuka kantor untuk program recovery Jogja, Fahmi tetap memilih tinggal di tenda bersama-sama dengan pengungsi. Bahkan saat ini, susah membedakan, Fahmi itu volunteer atau pengungsi. Sebab, sehari-hari Fahmi sangat menyatu dengan pengungsi.

"Dia sangat dekat dengan kami, totalitasnya terbukti dengan tetap memilih tinggal bersama kami di tenda pengungsi," ujar Pak Ngadimin, salah satu pengungsi di Kedaton Kidul.

"Wah, dia sih jangan ditanya deh. Ya sudah seperti warga Kedaton. Tinggal di sini, makan, mandi semuanya dilakukan di sini. Sepertinya dia ingin ikut merasakan penderitaan warga korban bencana," ungkap Bidan Endang, warga Kedaton lainnya.

Kini, Fahmi sama lusuhnya dengan pengungsi. Sama-sama makan seadanya seperti yang dimakan pengungsi. Bahkan ketika ditanya, kapan rencana kembali ke Jakarta, ia hanya menjawab singkat, "belum tahu mas, mungkin nanti kalau sudah tidak dibutuhkan".

Fahmi tahu betul, seperti diketahui pula oleh seluruh relawan kemanusiaan di mana pun berada, di lokasi bencana mana pun mereka pernah bekerja. Bahwa relawan tak pernah tidak dibutuhkan. Kehadirannya senantiasa dinanti. Pun ketika tidak ada bencana, mereka tetap diminta siap siaga jika sewaktu-waktu bencana memanggil. Negeri ini banyak berhutang jasa kepada relawan-relawan kemanusiaan. Totalitas dan loyalitas ala Fahmi, benar-benar patut diacungi jempol.

Tentu Fahmi tidak sendiri, teramat banyak relawan sepertinya di berbagai lokasi bencana. Meski relawan tak pernah meminta, tapi layaklah kita berucap, "Terima kasih atas baktimu, relawan". (gaw)

1 comment:

pupuk organik said...

pupuk organik
pupuk organik : Pupuk kimia hny memberikan unsur hara tp tdk memberikan manfaat kelangsungan hdp organisme.
Kunjungi Website : http://pupuk-bioorganik.blogspot.com