Get Well Soon My Angel, U Make My Tears Drop Last Night
Rabu malam pukul 22.40, Anak saya Hufha (3,5 tahun) yang tengah tertidur pulas tiba-tiba batuk dan ... saya kaget dan panik melihat reaksinya setelah batuk. Ia terengah-engah untuk mengambil nafas, dan berkata, "... Hufha nggak bisa nafaaas .." berkali-kali.
Kulihat matanya memerah, dan kembali ia katakan itu, "Hufha susah nih nafasnyaaa ..."
Saya angkat ia ke pelukan dan mendekapnya, sementara istri saya berlari ke dapur untuk mengambil air hangat. Setelah itu ia memeriksa kotak persediaan obat. Ternyata ..., obat persediaan habis!
Kami semakin panik sementara Hufha terus menerus mencoba menarik nafas. Sekali ia coba tarik, bunyi yang memilukan terdengar dari tenggorokan dan dadanya, "sakiitt bii... " katanya.
Saya bergegas keluar rumah malam itu juga untuk mencari obat. Sudah bisa dipastikan, di Bogor, sedikit sekali toko yang buka hingga larut malam. Akhirnya saya kembali dengan tangan hampa.
Saat kembali ke rumah, saya tak hanya mendapati Hufha sesak nafas, tetapi juga tiba-tiba saja suhu tubuhnya meninggi. Melihat Hufha yang semakin menderita, saya pun membopong malaikat kecil kami itu untuk membawanya ke Klinik 24 Jam yang tidak seberapa jauh dari rumah kami.
Tanpa banyak basa-basi untuk urusan administrasi, saya minta segera dokter memeriksa terlebih dulu anak saya. Dan, dokter pun bingung. Ia mengira anak saya terkena asma. "Pernah asma nggak anak bapak?"
Saya katakan tidak, karena selama ini ia memang tidak pernah menderita penyakit itu. Saya tegaskan dokter untuk tidak menyuntiknya ketika dokter muda itu mengatakan, jika memang asma ia akan segera memberinya suntikan.
Saya semakin panik ketika dokter mengatakan Hufha harus mendapatkan bantuan oksigen. Seketika air mata saya luruh, menatap wajah kecil itu menangis ketakutaan sambil menahan perih di dadanya. "Ya Allah... dosa apa hamba pada-Mu, ..." lirihku.
"Tolong dulu deh dok! Kalau harus ke rumah sakit sekarang jauh sekali..." pinta saya sambil mengusap air mata.
Dengan penuh kesabaran dokter pun memeriksa kembali anak saya dan menyatakan, bahwa Hufha cukup diberi obat saja sepulang dari Klinik.
Sampai di rumah, saya masih belum tenang. Istri saya juga masih panik. Segera kami beri Hufha obat dari dokter. Dan, tak lama kemudian, nafasnya sedikit berubah lebih lancar. Tapi ia tetap tidak mau lepas dari pelukan saya.
Saya usap pelan sekujur tubuhnya agar ia merasakan kehangatan. Sebab sejak dari Klinik tadi ia terlihat menggigil. Setengah jam kemudian, ia pun tertidur, masih dengan nafasnya yang agak sesak.
Tak dikira, jam dinding sudah menunjukkan pukul 00.20, sewaktu Hufha benar-benar bisa tertidur pulas. Saya dan istri tak berani ikut tidur dan tetap menemani Hufha, khawatir kalau-kalau ia kesulitan bernafas lagi. Tak terasa kami terus berdoa menemani Hufha hingga pukul 02.10 dini hari. Akhirnya kami putuskan untuk tidak tidur sampai menjelang sahur.
Semalam dokter bilang, kalau sampai pagi ini tidak ada perubahan dengan nafasnya. Hufha harus segera dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Setelah subuh, saya ragu apakah akan berangkat ke kantor atau tidak. Melihat Hufha yang tertidur pulas dengan nafas yang lebih teratur, istri saya berkata, "Berangkatlah...keep in touch ya..."
Saya berangkat dengan hati masih di rumah, dengan bayang-bayang Hufha di cermin mata ini.
Get Well Soon My Sweetheart...
1 comment:
dear bayu, tetaplah tabah di ujian ramadhanmu. semoga hufha diberikan kekuatan dan cepat sehat lagi. salam dari Rini.
Post a Comment