Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Sunday, September 24, 2006

Sepanjang Ramadhan, "School of Life" Setiap Hari di Radio SK

Kisah-kisah kehidupan penuh hikmah, diambil dari buku "School of Life" karya terbaru Bayu Gawtama selama bulan ramadhan penuh bisa didengarkan di Radio SK, 93,2FM. Setiap hari dua kisah akan diceritakan ulang oleh Ustadz Bobby Herwibowo. Pantengin aja radio SK setiap menjelang adzan dzuhur dan menjelang adzan ashar.

Tidak hanya kisah-kisah dari buku "School of Life", beberapa kisah juga diambil dari buku Bayu Gawtama sebelumnya, "Berhenti Sejenak".

Semoga berkenan
Bayu Gawtama
0852 190 68581

Thursday, September 21, 2006

Lidah, Tangan, Kaki, Mata, Telinga, ... Nggak ada yang lurus kan?

Karena saya tahu, lidah yang kita miliki ini tidak lurus, sebab tidak ada tulangnya. Jadi saya sadar betul lidah ini sering salah bertutur dan tidak tepat berucap.

Sebab saya sadar, tangan yang saya punya ini tidak lurus, bengkok-bengkok meski bertulang. Tapi justru karena tidak lurus inilah, maka sering kali ada perbuatan, perilaku yang salah diterjemahkan oleh tangan ini.

Lantaran saya mengerti, dua kaki ini juga tak lurus, walau tulangnya sangat kuat. Justru karena saking kuatnya itu, kadang-kadang bahkan teramat sering egois melangkah, melenggang, tak pedulikan keadaan orang lain. Sering angkuh tak sudi digubris, kadang arogan enggan disapa, sesekali menerjang-nerjang tanpa meminta maaf.

Ketika saya selalu ingat, telinga, mata, dan seluruh anggota tubuh saya tak satu pun yang benar-benar lurus. Maka saya sadari betul, sering mendengar, melihat, merasa, banyak hal yang salah, tidak benar, tak tepat, tak pada tempatnya, tak seharusnya, nggak semestinya.

Sudah seharusnya saya memahami, hati ini pun sering kali tak lurus, tak bersih, tak lapang. Lantaran terlalu banyak dihinggapi iri, dengki, amarah, ujub, riya, sum'ah, kikir, dan semua jenis sampah hati.

Maka, karenanya, sebab itu, Mohonkan maaf dan ampunan untuk saudaramu ini. Sungguh, jauh di lubuk terdalam hati ini, masih tersimpan semangat luar biasa untuk terus memperbaiki segalanya.

Semoga, ramadhan ini adalah moment terbaik diri untuk mengubah semuanya menjadi lebih baik. Terima kasih atas kelapangan saudara-saudara untuk menyedekahkan maaf untuk diri ini. Sungguh kebahagiaan tiada banding mendapati kalimat "saya maafkan semua kesalahanmu sobat".

Wassalaam

Bayu Gawtama

Sedekah Cerdas

Siapa ingin doanya terkabul/dibebaskan dari kesulitan, hendaknya ia membantu/mengatasi kesulitan orang lain (HR. Ahmad).

Kepada siapa Anda memberikan sedekah kemarin? satu hari sebelum kemarin? satu pekan yang lalu? bagaimana dengan hari ini atau besok? kemana sedekah Anda disalurkan? Sekadar merata-rata jawaban yang mungkin keluar dari sederet pertanyaan di atas, pilihan pertama boleh jadi jatuh ke tangan anak-anak yatim, kemudian fakir miskin, janda, dan lansia berada di urutan berikutnya.

Salah satu kelebihan orang-orang yang sering bersedekah terletak pada keikhlasan. Mereka sangat percaya dan tak pernah mempertanyakan kemana dan kepada siapa sedekahnya berlabuh. Terkecuali bagi mereka yang lebih senang menyerahkannya langsung kepada penerima manfaat. Namun bagi para penyedekah yang meletakkan amanahnya di pundak para pengelola sedekah/infak, kepercayaan menjadi dasarnya.
Meski bukan berarti mereka yang tidak menyalurkannya lewat lembaga pengelola sedekah, dianggap tidak percaya kepada berbagai lembaga tersebut. Ini hanya soal `selera` masing-masing individu yang tidak boleh diganggu-gugat dan patut dihormati.

Yang perlu diingat, kepercayaan bukan berarti tak perlu tahu kemana sedekah Anda tersalurkan. Boleh saja setiap individu meminta penjelasan kepada siapa dan untuk apa sedekah yang disalurkannya tertuju. Bukan bermaksud mengabaikan prinsip keikhlasan, namun dalam bersedekah sebaiknya Anda tahu alamat sedekah tertuju. Seperti bunyi hadits di atas, ketika Anda ingin membantu mengatasi kesulitan orang lain, tahukah Anda siapa yang dimaksud orang lain itu? Siapa yang saat ini sedang mengalami kesulitan? mana yang lebih utama untuk diatasi terlebih dulu?

Mari coba kita petakan. Pertama, anak-anak yatim. Jelas mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mengalami kesulitan selama mereka masih dalam usia berketergantungan dan belum memiliki kemampuan menghidupi diri sendiri. Mereka adalah titipan Allah kepada hamba lainnya yang mampu dan berkewajiban menafkahi anak-anak yatim. Kedua, fakir miskin. Mereka kaum lemah yang memerlukan uluran tangan, dengan tujuan agar mereka mampu berdiri dan mandiri. Ingat, konsepnya harus memberdayakan bukan membuat mereka terus menerus tidak berdaya. Sehingga bersedekah harus mentargetkan para penerima manfaat pada beberapa jenjang. Dari penerima meningkat menjadi tak lagi membutuhkan bantuan karena sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Tak sampai di situ, harus terus mendapatkan bimbingan agar status mereka juga meningkat menjadi pemberi sedekah. Jika semua penerima sedekah kelak akan menjadi penyedekah, indah nian negeri ini.

Golongan ketiga yang berhak mendapatkan sedekah, yakni para janda dan lansia. Keduanya nyaris memiliki persoalan yang sama, yakni kehilangan sesuatu yang selama ini menjadi andalannya. Para janda yang kehilangan tulang punggung pencari nafkahnya, perlu mendapatkan bantuan agar ia terbebas dari kesulitan. Konsepnya tetap sama, yakni memberdayakan agar kelak mampu menjadi orang yang mandiri dan bisa menghidupi keluarganya tanpa perlu lagi menunggu bantuan orang lain. Sedangkan para lansia, mereka telah pula kehilangan masa produktifnya. Tenaganya tak lagi seperti dulu untuk bisa mencari rizki sendiri.

Golongan lainnya, adalah mereka yang bukan anak yatim, bukan fakir miskin, bukan pula janda atau lansia, namun tetap membutuhkan bantuan karena tengah mengalami kesulitan. Antara lain, orang-orang yang terlilit hutang dan orang-orang yang terkena musibah/bencana.

Bencana alam kerap terjadi di negeri ini, dan setiap bencana menyisakan kepedihan mendalam bagi para korban. Tak hanya lantaran kehilangan anggota keluarga yang dicintai, tetap status semi permanen yang berubah dalam sekejap. Pengusaha berubah menjadi orang yang tak punya apa-apa, dermawan yang tiba-tiba harus mengemis meminta bantuan, serta orang-orang yang biasa berkecukupan seketika sangat berkekurangan, untuk mendapatkan makan pagi pun menunggu jatah. Kehidupan pun berubah drastis, rumah mewah tersulap menjadi tenda darurat yang harus berbagi tempat dengan ribuan korban lainnya. Sungguh, para korban bencana juga sangat membutuhkan sedekah dari orang-orang yang tak terkena bencana.

Sejatinya mereka bukan orang-orang yang akan menjadi penerima bantuan terus menerus, asalkan sedekah Anda tetap tersalurkan untuk mereka. Selama masih ada orang-orang yang tetap peduli nasib mereka, para korban bencana itu akan segera terbebas dari status penerima bantuan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Karena, asal mereka adalah orang-orang yang kuat, mandiri, dan bahkan juga para dermawan.

Jika Anda senang bersedekah, dan mengalamatkannya kepada anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lansia dan orang-orang yang tengah berada dalam kesulitan, maka bersedekahlah untuk para korban bencana. Anda akan mendapatkan semuanya, karena di lokasi bencana juga terdapat orang-orang yang Anda cari alamat sedekah Anda. Anak yatim, fakir miskin, janda, lansia, orang-orang kesulitan karena tertimpa musibah, merekalah alamat sedekah Anda. Wallaahu` a`lam

ACT Hotline 021-741 4482
Rekening Zakat dan Sedekah a.n. Aksi Cepat Tanggap
1. Mandiri 128 000 479 3136
2. BSM 101 000 9990
3. BCA 676 030 0860
4. Permata Syari'ah 0971 001224

Andika : 021-685 45401 (donasi)
Jemput bantuan, SMS 24 jam, 021-70614482
email: info@aksicepattanggap.com

Wednesday, September 06, 2006

Tukang Ojeg Paling Beruntung Di Dunia

Sudah menjadi kewajiban setiap orangtua mengantar, menemani, atau menjemput anak-anak dari dan ke sekolahnya. Begitu juga dengan anak-anak saya, meski sayangnya, tidak setiap waktu saya bisa mengantar dan menjemputnya. Walaupun jarak antara rumah, kantor dan sekolah anak-anak hanya sekelebatan alias tak lebih dari lima menit.

Seharusnya bisa. Ya, semestinya memang begitu karena saya tidak akan terlambat ke kantor dengan terlebih dulu mengantarkan anak-anak dengan motor. Namun pekerjaanlah yang membuat saya tak selalu bisa melakukannya. Yang dimaksud pekerjaan adalah ketika sedang melakukan perjalanan keluar kota, terutama pada saat-saat baru saja terjadi bencana. Bahkan saat tidak ada bencana pun, penugasan keluar kota masih saja saya jalani.

Alhasil, tukang ojeg lah yang menggantikan posisi saya mengantarkan mereka. Sebab, uminya anak-anak tidak terbiasa mengendarai motor karena memang tidak bisa. Jadilah, berangkat dan pulang ke sekolah diantar-jemput oleh si tukang ojeg. Anak-anak tak pernah bermasalah dengan siapapun mereka naik ojeg, asalkan mereka bisa kena angin. Yang penting tidak naik angkot, sebab bisa-bisa mereka tak sampai ke sekolah karena dalam hitungan tiga menit sudah akan muntah.

Nah, pada saat saya sedang di rumah dan tak sedang tugas keluar kota, adalah hari-hari paling menyenangkan bagi kedua anak saya yang masih sekolah di Taman Kanak-Kanak itu. Selain karena saya langsung yang mengantarnya, kata mereka, "Ummi nggak usah bayar ojeg". Dalam hati saya, "ya lah, masak sih harus disamain tukang ojeg."

Tapi suatu hari setelah mengantar anak-anak tiba di sekolahnya, saya sempat berseloroh, "Eits... bayar dulu, ini kan ojeg". Anak-anak itu pun terperanjat, "masak Abi jadi tukang ojeg? Lagian Iqna nggak punya uang. Minta tuh sama Ummi...," ujar si bungsu.

Saya tetap memaksa agar mereka membayarnya dan bukan Umminya dengan alasan mereka yang minta diantar. Karena mereka memang benar-benar tak punya uang, lalu keduanya serempak menghampiri saya. Awalnya saya kira mereka hendak membisikkan sesuatu karena meminta saya mendekatkan kepala ke mereka. Namun tiba-tiba, dua kecupan hangat mendarat di pipi dan bibir saya, "Bayarnya pakai cium aja ya bang ojeg..." dan mereka pun berlari sambil berteriak, "terima kasih bang ojeg..."

Fuihh. Selelah apa pun saya bekerja, seganas apa pun badai yang harus diterjang demi mereka, jika ganjarannya adalah kecupan dan pelukan hangat seperti itu, akan saya hadapi dengan ikhlas. Dan saat itu, sayalah tukang ojeg paling beruntung di dunia, asalkan itu tidak mereka lakukan juga kepada tukang ojeg lainnya. ha ha...

Gaw's