Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Tuesday, August 30, 2005

Airmata di Hari Jadi

Sejak kecil saya mengenal ulang tahun identik dengan lilin, kue tart dan balon. Ada tepuk tangan meriah dan nyanyian selamat kepada yang berulang tahun, kemudian, ffiuuhh... lilin pun padam disambut tepuk tangan yang jauh lebih meriah dari sebelumnya. Peluk cium pun bersarang di kening, pipi dan kepala yang hari itu tengah berbahagia memperingati hari jadinya.

Beranjak remaja, ulang tahun yang saya saksikan masih tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Masih ada lilin, kue tart, balon, tepuk tangan dan lagu yang sudah sangat dihapal luar kepala bahkan oleh anak usia tiga tahun sekali pun. Bedanya mungkin pada pestanya yang lebih beragam, makanannya yang tak lagi dibungkus plastik berisi permen dan makanan kecil. Musiknya pun berbeda, dan kali ini dibarengi acara yang saya sendiri tak pernah mengerti kaitannya dengan makna ulang tahun itu sendiri. seperti ketika seorang teman memperingati hari jadi ketujuhbelasnya kala itu, kebebasan menjadi tema pesta hari itu sehingga beragam acara dibuat sesuai dengan tema itu. Ada peluk cium, tapi bukan dari orang tua, kakak atau adik dan saudara yang berulang tahun, melainkan dari rekan sebaya, teman sekolah, dan pasti seseorang yang menjadi tamu spesial di pesta itu.

Saya yang sejak kecil tak pernah merayakan hari jadi dengan pesta, tak pernah ada lilin, kue tart, balon, dan segala yang saya saksikan di berbagai pesta teman-teman, hanya ingat satu hari saat orang tua saya mengumpulkan kami dalam sebuah jamuan makan alakadarnya. Duduk bersila seluruh anggota mengelilingi sajian makan malam yang sedikit lebih istimewa dari biasanya. Kemudian saya diminta bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan selama sekian tahun menjalani kesempatan yang diberikannya. Ada pertanyaan yang teramat sulit terjawab oleh lidah ini kala itu, "kebaikan apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun ini?" dan "sebanyak apa keburukan yang terjadi sepanjang tahun ini?"

Kelu lidah ini untuk menuturkan seberapa banyak kebaikan yang sudah dilakukan, terlebih ketika harus membeberkan berbagai salah dan keburukan yang sadar maupun tidak terjadi begitu ringan, tanpa beban, tanpa penyesalan, dan tanpa takut akan balasan yang kan menimpa. Bukankah setiap keburukan yang dilakukan sekecil apa pun ada ganjarannya? seperti halnya Allah juga akan seringan hembusan angin menghadiahi sebesar atom pun kebaikan kita, terlihat maupun tidak, dalam keadaan mudah maupun sulit.

Sejak lima belas tahun yang lalu saya dan segenap sahabat pun mentradisikan sebuah ulang tahun dengan cara yang sederhana. Tanpa lilin, kue tart, balon, tepuk tangan dan pesta meriah dengan musik yang hingar bingar. Sebuah ulang tahun yang dibingkai dengan satu makna, bahwa ulang tahun adalah sebuah terminal pemberhentian untuk melihat kembali jalan yang sudah ditempuh agar mampu menutup setiap celah yang ada, memperbaiki kesalahan yang tercipta. Satu persatu sahabat menyebutkan kesalahan, kealpaan, keburukan yang pernah dilakukan oleh yang berulang tahun hari itu. Tidak ada pujian, tidak ada kata selamat, bahkan sahabat yang berulang tahun hari itu hanya boleh berucap "terima kasih" untuk semua masukan, kritikan, dan evaluasi yang bisa jadi terasa pedas dan perih. Mungkin tak lagi terasa perih semua masukan itu jika ia lebih bijak memandangnya sebagai bentuk kasih dan cinta sahabat akan kebaikan sahabatnya di masa datang.

Acara pun ditutup dengan bersimpuh bersujud bersyukur kepada kedua orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Menangislah ia menyadari bahwa teramat banyak salah yang terbuat dari goresan lidahnya, gerak tangan, ayunan langkah, bahkan kerling mata dan sunggingan senyum tak tulusnya terhadap orang terkasih itu.

Saat ini, semakin sadar diri ini bahwa memperingati hari jadi terasa lebih khidmat saat mengingat kembali masa lalu, menapaki satu persatu jalan yang pernah terlewati, memperbaiki yang salah, menambal yang berlubang, menutupi setiap celah keburukan, agar mampu menatap masa depan yang lebih cemerlang.

Bayu Gawtama
hadiah istimewa untuk yang berulang tahun pertama hari ini, delta siesta

1 comment:

Anonymous said...

tangerangnye di sebelah mane?