Anak Betawi yang Keliling Dunia Lewat Blog

Kate siape anak Betawi kagak bise maju? siape kate anak Betawi pade males dan banyak nyang jadi pengangguran? Bukan maksud nyombong atawe unjuk gigi, aye cuma ngasih tau kalo kagak semue anak Betawi kayak nyang ente kire...

Ini cuman persembahan kecil dari anak Betawi asal Tomang, Jembatan Gantung. Mudah-mudahan bise ngasih semangat sedikit ame semue orang, terutame anak betawi yang masih pade bingung idup mau ngapain? Nyok nyok nyoookk...

Thursday, August 28, 2003

Surat Untuk Istriku:
Sirami Bunga Kita Dengan Cinta


Awal bulan depan, genap satu tahun pernikahan kita. Sementara bunga kecil di perutmu sudah mulai mendesak-desak ingin keluar, hmm, tak terasa sebentar lagi bunga itu akan keluar dan menghiasi harum rumah kecil ini. Dik, sungguh aku sudah tidak sabar untuk menciuminya sepuasku hingga tak satupun orang lain kuberikan kesempatan mencium dan memeluknya sebelum aku, ayahnya, bosan menciumnya.

Satu tahun empat bulan yang lalu, aku masih ingat saat datang ke rumahmu untuk berkenalan dengan keluargamu. Takkan pernah hilang dalam ingatanku, betapa kedatanganku yang ditemani beberapa sahabat untuk berkenalan malah berubah menjadi sebuah prosesi yang aku sendiri tidak siap melakukannya, yah, aku melamarmu dik.

Padahal, baru satu minggu sebelum itulah kita berkenalan di rumah salah seorang sahabatmu. Waktu itu, aku tak berani menatap wajahmu meski ingin sekali aku beranikan diri untuk mengangkat wajahku dan segera menatapmu. Tapi, entah magnet apa yang membuatku terus tertunduk. Kenakalanku selama ini ternyata tidak berarti apa-apa dihadapanmu, kurasakan sebuah gunung besar bertengger tepat di atas kepalaku dan membuatku terus tertunduk.

Dik, aku juga masih ingat dua hari setelah pernikahan kita, kamu masih tidak mau membuka jilbab didepanku meski aku sudah sah sebagai suamimu. Tidurpun, kita masih berpisah, kamu diatas kasur empuk yang aku belikan beberapa hari sebelum pernikahan, sementara aku harus kedinginan tidur dilantai beralaskan selimut.

Hmm, aku masih sering tersenyum sendirian kala mengingat kata-kataku untuk merayumu agar mau membuka jilbab. "Abang cuma ingin tahu, istri abang nih ada telinganya nggak sih". Kata-kata lembutku pada malam ketiga itu langsung disambar dengan pelototan mata indahmu. "Teruslah dik, mata melotot adik takkan pernah membuat abang takut atau menyerah, malaaah, adik makin terlihat cantik, makin jelas indahnya mata adik".

Setelah kata-kata itu meluncur dari mulut jahilku, bertubi-tubi pukulan sayang mendarat di tubuh dan kepalaku karena adik menganggap aku meledekmu. Tapi waktu itu, aku justru merasakan kehangatan pada setiap sentuhan tanganmu yang mengalir bak air di pegunungan. Karena aku yakin, dibalik pukulan-pukulan kecil itu, deras kurasakan cintamu seiring hujan yang turun sejak selepas maghrib.

Indah bunga seroja di taman mungkin takkan pernah bisa mengungkapkan eloknya cinta kita, cinta yang didasari atas kecintaan kepada Allah. Allah-lah yang menciptakan hati, jiwa dan ragamu begitu rupa sehingga aku mencintaimu. Aku pun berharap, atas dasar cinta Allah pulalah adik mencintaiku. Karena hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga dan mewangi selamanya.

Cinta hakiki adalah cinta kepada zat yang menciptakan cinta itu sendiri, begitu seorang bijak berkata. Cinta tidak dirasa tanpa pengorbanan, kasih sayang bukan sekedar untaian kata-kata indah, dan kerinduan yang terus takkan pernah terwujud jika hanya sebatas pemanis bibir, tambah sang bijak.

Langit akan selamanya cerah, bila kita suburkan cinta ini. Mentari takkan pernah bosan bersinar selama kasih antara kita tetap terpatri dan rembulan pun tetap tersenyum, selama kita isi hari-hari dengan segala keceriaan yang jujur.

Tak terasa, malam semakin larut dik. Baru saja kudengar dentang jam berbunyi duabelas kali. Sementara tangan ini masih asik dengan pena dan secarik kertas putih. Kan kutulis semua rasa bathinku malam ini, semua keindahan, kehangatan, dan hidup dibawah naungan cinta bersamamu karena Allah. Tapi, maafkan aku dik, karena aku juga akan mengkhabarimu hal yang tidak pernah kuceritakan kepadamu sebelumnya.

Kau sandarkan kepalamu di dadaku, lelap sudah malam menghantarmu tidur. Tapi, ah, bunga kecil kita ternyata belum tidur dik, sesekali kurasakan sentuhan kakinya dari dalam perutmu. Rupanya bunga kecil itu sudah mengenaliku sebagai ayahnya, kurasakan berkali-kali diberbagai kesempatan berdampingan denganmu, tangan-tangan kecilnya berupaya menggapai dan menyentuhku seakan memintaku untuk segera menggendongnya.

Malam ini, ada tangis dihatiku yang tidak mungkin aku curahkan padamu. Karena aku tahu, kaupun sudah cukup sering menahan tangismu agar tidak terlihat olehku. Jadi, mana mungkin aku menambahinya dengan air mataku yang mulai menggenang di bibir kelopak mataku ini.

Sebagai suami, aku merasa belum mampu membahagiakanmu dik. Nafkah yang kuberikan kepadamu setiap bulan, tidak pernah cukup bahkan untuk dua minggu pun. Sehingga untuk keperluan dua minggu berikutnya, aku harus meminjamnya dari teman-temanku tanpa sepengetahuanmu dan aku hanya membisikimu, "rizqumminallaah".

Setahun kita menikah, tak sehelaipun pakaian kubelikan untukmu. Bahkan aku sering menangis, saat mengajakmu pergi, adik harus bingung mencari-cari sandal yang layak dipakai. Tak pernah aku mengajakmu untuk berjalan-jalan, karena aku selalu disibukkan dengan segala urusanku, tak peduli hari libur. Aku selalu berharap adik tampil cantik dan segar sepanjang hari, tapi tak pernah kubelikan adik alat-alat kecantikan. Dan yang terakhir, aku tak kuasa mengingatnya dik, meski berat kita harus melalui saat-saat kita makan dengan makanan seadanya, bahkan tidak jarang kita berpuasa. Waktu itu adik bilang, "Biarlah bang, adik lebih rela makan sedikit dan seadanya daripada kita harus berhutang, karena hidup tidak akan tenteram dan selalu merasa dikejar-kejar".

Sebentar lagi, bunga kecil itu akan hadir dik. Akankah aku, ayahnya, membiarkannya tumbuh dengan apa adanya seperti yang aku lakukan terhadapmu dik. Bersyukurlah ia karena mempunyai ibu yang sholehah dan selalu menjaga kedekatannya dengan Allah. Karena, walau gizi yang diberikannya kelak tidak sebanyak kebanyakan anak-anak lainnya, tetapi ibunya akan mengalirkan gizi takwa dihatinya, mengenalkan Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sebagai tauladannya dan mengajarkan Al Qur'an sebagai petunjuk jalannya kelak. Ibunya akan mengajarkan kebenaran kepadanya sehingga mampu membedakan mana hak dan mana bathil,

Dik, jika ia lahir nanti, sirami hatinya dengan dzikir, suburkan jiwanya dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an, hangatkan tubuhnya dengan keteguhan menjalankan dinnya, baguskan pula hatinya dengan mengajarkannya bagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya, ajarkan juga ia berbuat baik kepada orangtua dan orang lain, bimbinglah ia dengan ilmu yang kau punya, sehingga dengan ilmu itu ia tidak menjadi orang yang tertindas. Jadikan jujur sebagai pengharum mulutnya serta kata-kata yang benar, baik, lembut dan mulia sebagai penghias bibirnya. Sematkan kesabaran dalam setiap langkahnya, taburi pula benih-benih cinta di dadanya agar ia mampu mengukir cinta dan kasih sayang dalam setiap perilakunya, dan yang terakhir kenakan takwa sebagai pakaiannya setiap hari.

Jika demikian, insya Allah harapan dan do'a kita untuk tetap bersama sampai di surga kelak akan lebih mudah kita gapai. Aku berharap, engkau membaca surat yang kuselipkan di bawah bantalmu malam ini. Dan jika kau telah membacanya esok pagi, jangan katakan apapun kecuali ciuman hangat di tanganku. Karena dengan begitu, aku tahu kau telah membacanya.
(bayu gawtama, tanggal 22 November 2001)


Wednesday, August 27, 2003

Arti Kehidupan

Ku menempuh sedalam lautan
Ku mencari arti kehidupan
Mendaki gunung kekecewaan
Melelahkan

Kau menjelma seperti khayalan
Kau impian dalam kenyataan
Perjalanan yang penuh likunya
Kini tlah tiba di sisimu selamanya

Engkau bukan yang pertama
Tapi pasti yang terakhir
Di cintamu kutemui arti hidupku

Kau menjelma seperti khayalan
Kau impian dalam kenyataan
Perjalanan yang penuh likunya
Kini tlah tiba di sisimu selamanya



Antara Kita

Antara Kita
Pertama Bekenalan
Tuk Dapat Menggapai
Rasa Saling Cinta

Antara Kita
Saling Percaya Diri
Yang Seharusnya
Kita Memiliki

Begitu Bahagia
Kita Merajut Cinta
Hanyut Dalam Mesra
Yang Tiada Tara

Kau dan Aku Dalam Ikatan Asmara
Janji Suci Disanubari
Satu Cita-cita Kita Berdua
Bila Mengayuh Bahtera Cinta

Cinta Berlabuh
Tanpa Terasa Waktu
Kau Peluk Diriku
Dalam Kemesraan
Hanya Dirimu
Satu Dalam Mimpiku
Antara Berjuta
Kenangan Yang Lalu

Monday, August 25, 2003

Tak Pernah Sebelumnya by. Gaw

Mata indah nan menyejukkan itu
Panahnya menancapkan sesuatu
Hingga keterdalaman jiwa
Semua yang terpendar dari beningnya
Tak pernah sebelumnya
Kulihat yang seindah itu

Panjang tergerai
Yang sengaja dibiarkannya menutupi
Sebagian kening dan matanya
Mengajak tanganku tuk menyibakkan
Rahasia dibalik tirainya
Tak pernah sebelumnya
Kumemiliki keberanian sedahsyat ini

Sentuhan lembut itu
Mendidihkan gejolak yang tak tertelan
Aromanya membelenggu sukma
Tak ada yang bisa kubuat
Selain menatap penuh hasrat
Tak pernah sebelumnya
Kumerasai bumi mewangi

Akhirnya kumengerti
Ianya datang menghadirkan cinta
Sebuah hati yang berbunga
Bertemu rindu terobati
Akan sebuah mimpi
Yang tak pernah sebelumnya
Aku mengira kan menjelma

Friday, August 22, 2003

About Love, Episode: Cinta Abadi

“Ma, itu apa, yang kelap-kelip di atas …” telunjukku mengarah ke langit.

“Itu namanya bintang nak, salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan,” terang Mama dengan sempurna sekaligus bijak.

Kutahu, usiaku dua tahun lebih sedikit waktu itu. Usia yang selalu ingin tahu segala hal dan mengejar seribu jawaban dari siapapun terhadap hal yang baru kulihat. Dan Mama, dialah yang paling sabar menerangkan semua tanya itu, meski tak pernah kupuas, tapi aku cukup yakin saat itu, bahwa Mama segala tahu.

Sejak malam itu, aku selalu berdiri di belakang rumah menengadah ke langit memandangi jutaan bintang yang berkelap-kelip, dan setiap saat itu pula Mama setia menemaniku. Aku ingat, mama cukup kerepotan mencari jawaban ketika aku bertanya, apakah bintang-bintang itu juga punya nama. Dengan cerdik, Mama menjelaskan bahwa bintang-bintang itu sama dengan kita, manusia. Kalau manusia punya nama, berarti bintang pun memiliki nama.

“Yang disebelah sana, namanya siapa ma…”

Keningnya berkerut, otaknya berputar mencari jawaban. Hingga akhirnya, “ooh… yang itu mama tahu, ia adalah bintang mama, karena namanya sama persis dengan nama anak mama ini…” dekapannya begitu hangat, tak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali mama. Waktu itu yang kutahu, mama sekedar menjalankan kewajibannya sebagai orang tua untuk menemani dan membahagiakanku.

Keesokkan harinya, setiap malam tiba. Mama sudah tahu, sebelum waktu tidurku tiba, aku selalu mengajaknya memandangi langit. Karena kini aku semakin senang, sejak mama mengatakan bahwa bintang yang pernah kutunjuk itu adalah aku. Tapi, hari ini mama membuatku kecewa, karena mama tak bisa menemaniku. Mama sakit, begitu kata Papa.

Aku menangis, sebab malam itu aku berniat tidak hanya minta mama menemaniku seperti malam-malam sebelumnya. Tapi aku ingin mama mengambilkanku bintang-bintang itu dan membawanya ke rumah. Aku ingin mereka menjadi temanku bermain hingga aku tak perlu bersedih setiap ketika larut mama mengajakku masuk.

Tapi Mama tetap tak bisa membantuku. Jangankan untuk mengambilkanku bintang-bintang, sekedar duduk bersama di belakang rumah, merasai sentuhan angin yang lembut, dan menyapa kedamaian malam, serta tersenyum membalas lambaian sang bulan pun, mama tak kuat. Hingga malam berakhir, aku masih kecewa. Malam itu bahkan aku tak mau makan, hingga mama yang sedang sakitpun harus memaksakan diri tetap menyenandungkan nyanyian cinta pengantar tidur. Untuk yang ini pun yang aku tahu, adalah juga kewajiban orangtua, menyanyikan lagu pengantar tidur.

Esok harinya aku demam. Karena semalaman tidak mau makan setelah beberapa jam di belakang rumah ‘bermain-main’ dengan bintang-bintang. Meski sedikit cemas, mama tak pernah panik. Sentuhan hangat mama, membaluri ramuan khusus ke seluruh tubuh kecil ini. Dua hari sudah, tak kunjung sembuh demamku. Padahal mama sudah membawaku ke dokter.

Mama semakin panik. Panasku meninggi dan sering mengigau. Tetapi justru disaat mengigau itulah mama tahu obat terbaik untuk menyembuhkanku. (sampai disini, aku masih beranggapan, mencarikan obat, menyembuhkan anak, adalah sekedar kewajiban orangtua) …

Aku tidak tahu apa yang mama perbuat. Setelah terlelap beberapa jam, aku terbangun, dan aku terkejut, hampir tak percaya apa yang kutatap di langit-langit kamarku. Bintang-bintang … mama membuatkanku bintang-bintang dari kertas berwarna metalik, banyak sekali, puluhan, entah, mungkin ratusan. Sebagiannya digantung sebagian lagi dibiarkan berserakan di tempat tidur dan lantai kamar. Kuciumi mama karena telah membawakan bintang-bintang dari langit itu ke rumah. Dan mama benar, kulihat di masing-masing bintang itu ada namanya, salah satunya, ada bintang yang paling bagus dan paling besar, diberinya namaku.

***

Anak mama yang dulu kerap memandangi bintang itu, kini sudah dewasa. Sudah hidup mandiri. Tapi aku tetap anak mama. Kemarin, kutelepon mama mengabariku bahwa aku sedang tidak sehat dan tidak masuk kantor. Beberapa jam kemudian, diantar papa dan salah seorang adikku, mama datang. Aku memang tetap bintangnya mama, dibiarkannya kepalaku bersandar dipeluknya, kurasakan kembali kehangatan itu. hingga aku tertidur.

Sore, mama hendak pulang. Sebenarnya aku ingin sekali menahannya untuk tinggal beberapa hari, tapi adikku berbisik, “Waktu abang telepon, mama sebenarnya sedang sakit …”

Ada setitik air disudut mata ini. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Kini, sekali lagi kusadari. Semua yang dilakukan mama untukku, bukanlah kewajiban. Itulah yang disebut cinta, cinta abadi. Cinta yang takkan pernah bisa aku membalasnya. Dan mama adalah bintang sesungguhnya bagiku. (Bayu Gawtama)

thats why i luv mama, so much

Thursday, August 21, 2003

Doa Seorang Ayah Douglas McArthur

Tuhanku, jadikanlah anakku
seorang yang cukup kuat mengetahui kelemahan dirinya
berani menghadapi kala ia takut
yang bangun dan tidak runduk dalam kekalahan yang tulus
serta rendah hati dan penyantun dalam kemenangan

Oh Tuhan, jadikanlah anakku
seorang yang tahu akan adanya Engkau
dan mengenal dirinya, sebagai dasar segala pengetahuan

Ya Tuhan, bimbinglah ia
bukan di jalan yang gampang dan mudah
tetapi di jalan penuh desakan, tantangan dan kesukaran
Ajarilah ia: agar ia sanggup berdiri tegak di tengah badai
dan belajar mengasihi mereka yang tidak berhasil

Ya Tuhan jadikanlah anakku
seorang yang berhati suci, bercita-cita luhur
sanggup memerintah dirinya sebelum memimpin orang lain
mengejar masa depan tanpa melupakan masa lalu

Sesudah semuanya membentuk dirinya
aku mohon ya Tuhan
Rahmatilah ia, dengan rasa humor
sehingga serius tak berlebihan
berilah kerendahan hati, kesederhanaan dan kesabaran

Ini semua ya Tuhan
dari kekuatan dan keagungan Mu itu
jika sudah demikian Tuhanku
beranilah aku berkata:
"Tak sia-sia hidup sebagai bapaknya"

Wednesday, August 20, 2003

Cium Aku Malam Ini

Belum usai dukaku
Jiwa ini terus bergelut
Gemuruhnya takkan pernah berhenti
Sampai bayangan gelapmu berubah
Mewujudkan cinta yang lama kurindui

Kutahu
Tuhan tak pernah mensandingkan kau untukku
Setidaknya untuk hari ini
Tapi sekedar merindu
Adakah rambu yang tak bisa diterjang?

Kupinta
Agar tak membenciku hanya karena mencintai
Sosok yang selalu hanya menjadi impian
Walau sebenarnya
Impian itu hanya kan terus menjadi impian
Jika tak jua bertumpuk segunung keberanian dalam jiwa
Tuk sekedar mendekati bayang-bayang itu
Tuk menyentuhnya
Agar tak lagi sekedar bayang-bayang

Aku lelah
Setiap saat harus mencumbu bayang
Padahal ianya semakin dekat
Lebih dekat dari yang aku bisa bayangkan
Tapi dukaku lirih masih
Gemuruhnya belum juga berhenti
Sampai kau mendekat
Dan menciumku malam ini

Tak pernah aku sejujur ini
Aroma yang berdenyar dari setiap inci dirimu
Yang mengalirkan sumbu keberanian
Membakar nadi cinta yang sebelumnya terhenti
Bangkitkan asa yang punah bahkan berdebu

Jangan lepaskan ragamu
Dari jiwa yang telah terhangati
Kunanti selalu senandungmu
Tak peduli menciderai pendengaranku
Asal selalu yang terdengar adalah nyanyian cinta

Walau kusemakin tahu
Kau memang bukan untukku
Namun biarkan aku terus merinduimu
Sampai kau benar-benar hadir dalam jiwa
Yang senantiasa menyediakan ruang
Untuk cinta yang mungkin tak pernah terjadi

Tapi justru semakin kurasa
Hangatmu yang teraliri ke setiap ruang jiwa ini
Adalah cinta
Yang dihadirkan dari langit
Dan kini kau bukanlah bayang-bayang

Tak perlu lagi aku menangis
Walau duka itu tak pernah terbasuh
Selama kau masih terus menciumku,
Malam ini

Tuesday, August 19, 2003

Kehadiran by: Gaw

temaram hati sentuh bulir air
jatuh berdenting di genangan duka
membiarkan gelombangnya meluas
hingga tak lagi tepi tersisa
sementara malam terus mendekap

hembusan angin malu menyapa
tak dirasa begitu kuat membakar kering hati
mencoba hadir disaat bara menyala
berarti mendekap sembilu
dan mati ...

adakah cinta kan hadir
disaat raga mati tak berdaya
padahal cinta tak pernah mati
mata boleh tertutup rapat
tapi jiwa terbentang luas menanti air kehidupan

itulah cinta ...

(coretan hati, waktu kuliah)



Jangan Berhenti Mencintaiku by: Gaw

Memang bukan hanya damai
Cinta juga merasai duka
Karena duka meminta air mata
Darimanapun asalnya, air cermin kehidupan

Terjaga di patahan malam
Tuk pastikan rembulan masih setia
Memancarkan sinarnya dari kejauhan
Cinta juga demikian
Tak peduli seabad kau menunggu
Walau hanya siluet yang tak tersentuh
Hadirnya membanjiri damai

Sedikit luka mungkin tak terbasuh
Hanya dengan tak henti bercinta
Asa mungkin tersisa
Tak mengapa luka terus bertambah
Cinta merasai adanya tanpa bersandar
Diatas luka yang seolah mengering

Bisikkan kata manis di telingaku
Agar tetap terasa hadirmu
Jangan pernah berhenti mencintaiku
Sampai aku tak lagi mengenal cinta
Karena apapun yang hadir adalah cinta

(sore pas hujan deras ... Lagi kangen kamu nih say ...)

Wednesday, August 13, 2003

All things are difficult before they are easy. Thomas Fuller

A person starts to live when he can live outside himself. Albert Einstein (1879-1955)

A pessimist sees the difficulty in every opportunity; an optimist sees the opportunity in every difficulty. Winston Churchill, Sir (1874-1965)

Few are those who see with their own eyes and feel with their own hearts. Albert Einstein (1879-1955)

Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration. Thomas Edison

If you want to sing out, sing out, and if you want to be free, be free, 'cause there's a million ways to be, you know that there are... Cat Stevens





Friday, August 08, 2003

Lagu Untuk Sebuah Nama

Mengapa jiwaku mesti bergetar
sedang musikpun manis kudengar
mungkin karena kulihat lagi
lentik bulu matamu
bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan
jatuh bergerai di keningmu
makin mengajakku terpana
kau goreskan gita cinta

mengapa aku mesti duduk disini
sedang kau tepat didepanku
mestinya aku berdiri berjalan kedepanmu
kusapa dan kunikmati wajahmu
atau kuisyaratkan cinta
tapi semua tak kulakukan
kata orang cinta mesti berkorban

mengapa dadaku mesti berguncang
bila kusebutkan namamu
sedang kau diciptakan bukanlah untukku
itu pasti tapi aku tak mau peduli
sebab cinta bukan mesti bersatu
biar kucumbui bayanganmu
dan kusandarkan harapanku

Thursday, August 07, 2003

I Don't Want To Miss A Thing Aerosmith

I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you're far away dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Every moment spent with you is a moment I treasure
Don't want to close my eyes
I don't want to fall asleep
Cause I'd miss you baby
And I don't want to miss a thing
Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
I'd still miss you baby
And I don't want to miss a thing

Lying close to you feeling your heart beating
And I'm wondering what you're dreaming
Wondering if it's me you're seeing
Then I kiss your eyes
And thank God we're together
I just want to stay with you in this moment forever
Forever and ever

Don't want to close my eyes
I don't want to fall asleep
Cause I'd miss you baby
And I don't want to miss a thing
Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
I'd still miss you baby
And I don't want to miss a thing

I don't want to miss one smile
I don't want to miss one kiss
I just want to be with you
Right here with you, just like this
I just want to hold you close
Feel your heart so close to mine
And just stay here in this moment
For all the rest of time

Don't want to close my eyes
I don't want to fall asleep
Cause I'd miss you baby
And I don't want to miss a thing
Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
I'd still miss you baby
And I don't want to miss a thing

Don't want to close my eyes
I don't want to fall asleep
I don't want to miss a thing

Wednesday, August 06, 2003

Yakinlah

Nyanyikanlah lagu indah
hanyalah untukku
waktu temaram datang ketuk hati
Tolong kau dendangkan usaplah nurani
Agar tak kelam

Sekali lagi kuminta coba kau nyanyikan
Semoga dapat kurasa ikhlas mu
Pasti kan kudengar
pasti ku resapi
kasih yakinlah

Bukan ku tak mau mengalunkan laguku
kutakut menyakiti telingamu
Bukan aku enggan memainkan gitarku
sebab cinta bukan hanya nada

Kalau kita saling percaya
Tak perlu nada tak perlu irama
Berjalanlah hanya dengan diam

Monday, August 04, 2003

About Love, Episode: Energi Kecupan

Hari belum dimulai. Jarum pendek pada jam dinding mengarah ke angka 2. Masih terlalu gelap. Tiba-tiba aku terbelalak kaget. Istriku, Ryan, tengah menahan rasa sakit di perutnya. Geriginya saling beradu, sesekali gigi atasnya menangkap bibir bawah untuk mencoba menghilangkan sakit yang takkan pernah aku mengerti kadarnya. Sementara aku menyiapkan mobil, kudengar erangan Ryan semakin keras, si kecil di dalam perutnya mungkin sudah tak sabar hendak melihat dunia. Nakalnya aku, masih sempatnya sedikit nyengir karena senang akan segera menjadi seorang ayah. Terbayang tak lama lagi akan terdengar suara mungil memanggil, Ayah…

Kupacu mobilku secepat mungkin. Masih 2 kilometer lagi rumah sakit bersalin tempat biasa istriku memeriksakan kandungannya setiap bulan. Semakin cepat roda berputar semakin cemas perasaanku, terlebih melihat istriku yang mulai melemah. Tak lagi terdengar erangan dari mulutnya, yang ada hanya desahan buangan nafas dengan sedikit tersengal. Kuyakinkan dia untuk sedikit bersabar, Tinggal dua kelok lagi dik…

Sesaat sebelum turun, diluar halaman depan rumah sakit, kubopong Ryan menuju ruang tengah rumah sakit. Beberapa detik sebelum para suster menyodorkan tempat tidur beroda untuk istriku, sempat Ryan membisikkan sesuatu …. Tak terasa sebulir air mata mengalir dari sudut mataku …

Bagaimana mungkin, disaat kritis dan tengah menahan sakit yang teramat seperti itu ia masih sempat memikirkan kebahagiaan suaminya jika Tuhan berkehendak lain atas sebuah ajal. Memang yang kutahu, saat-saat seperti ini adalah saat mempertaruhkan hidup dan mati bagi seorang ibu. Tapi bagaimana mungkin Ryan masih bisa membagi ruang dalam pikirannya untukku disaat genting seperti saat ini.

Detik demi detik, menit pun berlalu. Tapi masih saja terngiang kata-kata istriku, Mas harus menikah lagi, jika Allah menghendaki ajalku berakhir hari ini….

Hhhhhh … kuhela nafasku panjang. Aku mengutuk-ngutuk diri ini sendirian. Sementara di dalam sana istriku tengah berjuang antara hidup dan mati demi memberikan kebahagiaan berupa sesosok malaikat kecil yang sebentar lagi hadir bersama dalam kehidupan kami, tapi aku masih saja berdiri di sini, di ruang tunggu ditemani tembok putih yang membisu.

Kududuk sejenak, tak sengaja pikiranku melayang. Terbayang wajah istriku yang cantik. 2 tahun menikah, tak terasa sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Berarti juga, bukan hanya satu kecupan yang akan menyemangatiku sebelum berangkat kerja, tapi akan ada lagi satu kecupan dari bibir mungil malaikat kecilku. Kecupan… ya, satu kecupan di pagi hari yang memberikan energi luar biasa setiap kali memulai hari dengan rutinitas kantor. Dan satu kecupan hangat menyambutku di depan pintu sepulang bekerja, yang membasuh semua peluh, yang menghilangkan segala letih dan kepenatan. Kecupan …

Sedetik kemudian …
Aku berlari, membuka pintu ruang persalinan, kulihat istriku masih terus berusaha mengatur nafasnya. Tak percaya aku seberani ini, padahal sebelumnya sudah kuyakini aku takkan sanggup menemaninya bersalin. Aku tak kuasa melihat istriku menderita, bahkan sudah terbayang dalam benakku sejak bulan-bulan terakhir menjelang persalinan ini, sesuatu yang terpahit yang aku tak ingin terjadi pada istriku, termasuk anakku.

Tetapi di menjelang pagi ini,
Kudekati Ryan, kugenggam tangannya erat. Kurasakan jemarinya seperti baru saja menemukan pegangan kuat setelah sebelumnya menggapai-gapai hampir terlelap dalam lautan peluh. Dan sesaat kemudian, kecupan hangat dariku mendarat di keningnya, menyingkirkan semua peluhnya. Mataku terpejam sementara bibirku terus bertengger di kening basahnya. Terlintas energi dahsyat yang selama ini dialirkan oleh Ryan sebelum aku berangkat kerja. Kali ini aku berharap, energi itu bisa diperolehnya dari hangat bibirku di keningnya …

Akhirnya, diiringi segurat do'a …
Sebuah tangis yang kurindu sekian bulan lamanya terdengar. Yang pasti, kulihat juga senyum Ryan menyambut kehadiran malaikat kecil kami itu. Terima kasih Allah. Kupercaya, Engkau turut andil sewaktu energi kecupan itu kualiri kepadanya. Karena juga, aku masih ingin selalu mendapatkan energi itu esok hari, bukan cuma dari satu kecupan, ditambah kecupan mungil itu. (Bayu Gaw)